Wednesday, October 15, 2014

[True Story]: Harga Sebuah Keajaiban

Sally, gadis kecil 8 tahun, secara tak sengaja mendengar orang tuanya membicarakan adik lelakinya, Georgi yang menderita sakit parah.

Hanya operasi yang sangat mahal yang bisa menyelamatkan hidupnya, tapi mereka tak punya biaya.

Sally mendengar ayahnya berkata, “Hanya KEAJAIBAN yang bisa menyembuhkannya”.

Mendengar itu, Sally membuka tabungannya, dikeluarkannya semua isinya ke lantai dan kemudian menghitungnya.

Dengan membawa uang tabungan itu, Sally menyelinap keluar dan pergi ke apotek.

“Apa yang kau perlukan?”, tanya apoteker.

“Aku mau menolong adikku, dia sakit dan aku mau membeli keajaiban”, jawab Sally.

“Apa?!" Sang apoteker sedikit bingung.

“Ayahku mengatakan hanya keajaiban yang bisa menyelamatkan jiwanya. Jadi berapa harganya ?”

“Kami tidak menjual keajaiban, adik kecil” jawab apoteker.

“Tapi saya punya uang. Katakan saja berapa harga keajaiban ?”

Seorang pria berpakaian rapi yang yang mendengar percakapan Sally dan apoteker mendekat dan bertanya,

“Keajaiban jenis apa yang dibutuhkan adikmu ?”.

“Saya tak tahu”, jawab Sally. Air mata mulai menetes di pipinya.

“Saya hanya tahu dia sakit parah dan ayah mengatakan bahwa ia perlu dioperasi.
Orang tuaku tak mampu membayarnya, tapi saya punya uang ini”.

“Berapa uang yang kamu punya?”, tanya pria itu lagi.

“Satu dollar, sebelas sen” jawab Sally dengan yakin.

“Kebetulan sekali”, kata pria itu sambil tersenyum, “Satu dollar dan sebelas sen, harga yang tepat untuk membeli keajaiban, yang dapat menolong adikmu!”

Orang itu mengambil uang Sally, kemudian memegang tangan Sally,

“Bawa saya kepada adikmu, saya mau bertemu dengannya dan orang tuamu”

Pria itu adalah Dr. Carlton Armstrong, seorang ahli bedah terkenal. Operasi dilakukan tanpa biaya dan tak butuh waktu yang lama Georgi kembali ke rumah dalam keadaan sehat.

Orang tuanya sangat bahagia. Sally tersenyum.

Dia tahu pasti berapa harga keajaiban tersebut, Satu dollar dan sebelas sen! ditambah dengan keyakinan.
loading...

0 komentar:

Post a Comment

Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih