Pada tulisan lalu, kita sudah membahas tentang eksistensi manusia sebelum Nabi Adam a.s melalui pemikiran Abdul Sabur Shahin yang kontroversial. [
BACA DI SINI]
Pada tulisan kali ini, kita akan mencoba membandingkannya dengan perspektif yang lain. Mudah-mudahan bisa memperkaya khazanah keilmuwan dan wawasan kita.
|
ilustrasi manusia purba dalam perspektif Barat |
Masa pra-Adam telah menjadi perdebatan berkelanjutan tanpa ada titik penyelesaian, baik dikalangan sejarawan maupun penyaduran teks-teks kuno dan kitab terdahulu.
Saat ini, sejarawan banyak yang meyakini bahwa ada makhluk seperti manusia yang hidup di zaman Pra Adam, kontroversi ini terus berlanjut dengan berbagai hipotesis siapa sebenarnya makhluk hidup di Bumi yang menjadi pemimpin sebelum Adam.
Hipotesis Pra-Adamite atau Preadamism adalah keyakinan bahwa manusia ada sebelum Adam, asumsi yang bertentangan dengan keyakinan menggambarkan Adam sebagai manusia pertama seperti yang dinyatakan dalam Alkitab dan Alquran. Preadamism berbeda dari keyakinan Ibrahim secara konvensional, bahwa Adam adalah manusia pertama. Dan sejarah Preadamism mungkin sudah ada sejak kemunculan Pagan awal.
Dalam bahasan ini, beberapa bukti berupa karya tulis Hugh Ross, Dr John R W Stott, Isaac De La Peyrere, memberi bukti secara arkeologis ataupun sisi ilmiah yang disertai dengan dalil yang tertulis dalam literatur Kristen dan Islam. Beberapa pernyataan mereka cukup mengejutkan, bahwa sebelum Adam diturunkan kepermukaan Bumi telah ada generasi-generasi yang sama sekali mirip dengan manusia. Kalangan ilmuwan menyebutnya Hominid, tetapi ada pula yang memberi penjelasan bahwa Chain (Kain, Qabil) salah satu keturunan Adam menikahi manusia Pra Adam, begitupula dengan penduduk kotanya.
Menelusuri Manusia Pra Adam
Hugh Ross menyarankan, bahwa mungkin makhluk yang mirip dengan manusia sebelum turunnya Adam adalah bipedal yang menggunakan peralatan batu menjelajahi bumi selama ratusan ribu hingga jutaan tahun lalu. Ross memang tidak mempercayai evolusi biologis, meskipun dirinya menerima evolusi kosmik dan geologi dan waktu evolusi. Dia mempercayai urutan umum yang sama tentang peristiwa dan urutan yang sama evolusionis, meskipun pada dasarnya dia mepercayai bahwa Tuhan menciptakan Adam dari tanah.
Tetapi, beberapa fosil manusia yang ditemukan justru menunjukkan kehidupan lebih awal dari silsilah Adam, sehingga dia mendalilkan adanya makhluk dengan karakteristik mirip manusia yang punah sebelum Adam dan Hawa turun ke Bumi. Dunia tak lain merupakan tempat kematian, kekerasan dan kerusakan selama jutaan tahun hingga Rose menyatakan, langkah demi langkah pendekatan untuk penciptaan primata bipedal yang bisa kita lihat dalam catatan fosil baru-baru ini mungkin cukup mencerminkan pemahaman Allah tentang kesulitan bentuk kehidupan lain akan bertemu dalam beradaptasi dengan manusia.
Pada tahun 1655, Prancis Isaac La Peyrere menerbitkan teori yang mengatakan bahwa tidak hanya Adam, sebelumnya juga ada makhluk yang sama berasal dari Pra-Adam. Dia bukan diciptakan Allah dari tanah, begitu pula istri Chain (Kain, Qabil) dan penduduk kotanya berasal dari pra-Adam.
Pada abad ke-18 dan ke-19, orang-orang berkulit putih dan berkulit hitam tampak jelas dibedakan, minoritas Kristen berpikir bahwa Tuhan telah menciptakan orang-orang berkulit hitam terpisah dari Adam, sehingga mereka meyakini bahwa ras ini keturunan pra-Adam. Pra-Adamisme berupa polygenism atau beberapa kreasi dari berbagai ras, pendukung gagasan ini sering berpikir bahwa orang-orang berkulit hitam merupakan kelompok makhluk rendah yang dapat diperlakukan sebagai budak. Sehingga teori Pra Adam menjadi pembenaran ilmiah untuk menyebarluaskan perbudakan dan pertahanan rasisme.
Pada abad ke-20 muncul teori Darwin dan penemuan lanjutan dari fosil manusia purba, banyak ilmuwan dan sejarawan mengadopsi evolusi teistik. Mereka beranggapan usia makhluk ini relatif muda daripada Adam, tetapi mereka mengatakan bahwa fosil manusia itu berasal dari makhluk yang mirip dengan manusia pra-Adam. John RW Stott mengatakan, Adam dan Hawa merupakan sejarah tidak bertentangan dengan keyakinan, bahwa beberapa bentuk pra Adam yang disebut Hominid tampaknya telah berada di Bumi selama ribuan tahun sebelumnya. Teori-teori manusia Pra Adam telah digunakan beberapa orang Kristen untuk menyelaraskan ilmu pengetahuan dan Alkitab. Pra-Adamism juga bertentangan dengan kitab suci yang menceritakan tentang Hawa, bahwa Tuhan menciptakannya dari salah satu tulang rusuk Adam dan bukan dari beberapa makhluk yang sudah ada.
Antropolog Marvin Lubenow menjelaskan beberapa bukti yang bersifat perbuatan dosa diduga terjadi pada masa pra-Adam. Catatan fosil manusia, termasuk contoh kanibalisme dan cedera akibat kekerasan, dan berbagai penyakit termasuk sifilis. Menurutnya kebanyakan manusia pra-Adam tampaknya terbiasa dengan pola hidup kekerasan dan tanpa norma berdasarkan tingkat bukti fosil.
Ross meyakini bahwa suku Aborigin dan Indian Amerika hidup sekitar 80,000 hingga 100,000 tahun yang lalu. Tetapi dia menyebutkan batas waktu Adam dan Hawa sekitar 10,000 hingga 25,000 tahun lalu, berarti suku Aborigin dan Indian bukan keturunan Adam dan Hawa.
Ross pernah mengatakan, sekitar 2 hingga 4 juta tahun yang lalu Allah mulai menciptakan mamalia seperti manusia atau hominid. Makhluk-makhluk ini berdiri dengan dua kaki, memiliki otak besar, dan menggunakan alat. Beberapa diantaranya mengubur mayat dan melukis pada dinding gua. Tetapi mereka sangat berbeda, mereka tidak mempunyai semangat, tidak mempunyai hati nurani, tidak menyembah Allah atau mendirikan praktek keagamaan. Dan semua makhluk ini punah, kemudian sekitar 10 hingga 25 ribu tahun yang lalu, Allah menggantinya dengan Adam dan Hawa.
Jika pada tulisan sebelumnya telah dikemukakan tentang perspektif Dr. Abdul Shabur Shahih yang kontroversial di kalangan sunni, ternyata di kalangan ulama syi'ah juga terdapat pandangan nyaris senada dengan perspektif kontroversial tersebut.
Disetbukan, bahwa berdasarkan riwayat yanga da, dinyatakan bahwa sebelum turunnya Adam, ada beberapa generasi yang mirip dengan manusia, mereka disebut insan atau bangsa Nisnas. Ahli tafsir Muhammad Husain Thabathabai (1903 - 1981) dari kalangan Syi'ah mengatakan:
Dalam sejarah Yahudi disebutkan, usia jenis manusia semenjak diciptakan hingga kini tidak lebih dari 7000 tahun. Tetapi ilmuan Geologi meyakini bahwa usia manusia lebih dari jutaan tahun berdasarkan fosil yang merupakan peninggalan peninggalan manusia. Tidak ada dalil yang menetapkan bahwa fosil ini adalah nenek moyang manusia saat ini, dan juga tidak ada dalil yang bisa menolak kemungkinan bahwa mereka berhubungan dengan salah satu periode Pra-Adam.
Di sisi lain, penyusun Tafsir Ayyasyi (yang juga dari kalangan ulama syi'ah) meriwayatkan dari Hisyam bin Salim dan Hisyam bin Salim dari Imam Shadiq As yang berkata:
Apabila malaikat tidak melihat makhluk bumi sebelumnya yang menumpahkan darah, dari mana asal mereka, lantas berkata; "Apakah Engkau akan menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan di dalamnya dan menumpahkan darah?"
Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi. Yakni suatu kaum yang akan menggantikan satu kaum lainnya, kurun demi kurun, dan generasi demi generasi, sebagaimana firman-Nya "Dia-lah yang menjadikan kamu sebagai khalifah di bumi" (Al-An'aam 165)
Syaikh Shaduq dalam al-Khishal meriwayatkan Imam Baqir barkata:
Allah swt semenjak menciptakan bumi, menciptakan tujuh alam yang di dalamnya kemudian punah, dimana tidak satupun alam itu berasal dari generasi Adam Bapak Manusia, dan Allah senantiasa menciptakan mereka dimuka bumi dan mengadakan generasi demi generasi, alam demi alam muncul, hingga akhirnya Dia menciptakan Adam Bapak Manusia dan keturunannya berasal darinya.
Syaikh Shaduq dalam kitab Tauhid mengutip riwayat dari Imam Shadiq berkata:
Kalian mengira bahwa Allah tidak menciptakan manusia lain selain kalian. Bahkan Dia menciptakan ribuan Adam dimana kalian adalah generasi Adam terakhir...
Al-Khisa'i diriwayatkan dari Imam Shadiq berkata:
"Allah menciptakan dua belas ribu alam yang masing-masing lebih besar dari tujuh petala langit dan tujuh petala bumi. Tiada satu pun dari penghuni satu alam pernah berpikir bahwa Allah menciptakan alam lainya selain alam (yang ia huni)"
Dari berbagai literatur di atas, setidaknya muncul gambaran atau perspektif bahwa Adam dijadikan Allah sebagai khalifah atau pemimpin dipermukaan Bumi. Lalu muncul pertanyaan: Untuk siapa memimpin, apakah Adam diturunkan untuk memimpin generasi sebelumnya yang lebih banyak berbuat dosa, saling membunuh dan membuat kerusakan, dan memberikan peringatan kepada mereka?
Yang jelas, semua ini tentu saja hanya persepektif manusia, karena tidak ada wahyu yang qath'i yang menjadi sandaran itu semua. Dr. Zaghluol al-Najjar -seperti yang telah dikemukakan- dalam tulisan sebelumnya menyatakan bahwa pandangan seperti Dr. Abdul Shabur Shahin dibangun dari filsafat materialisme.
Wallahu A'lam
Referensi
The Genesis Question: Scientific Advances and the Accuracy of Genesis. By Hugh Ross, 2nd Edition August 2001
Understanding the Bible. By Dr John R W Stott, 1982
Prae-Adamitae: Sive Exercitatio Super Versibus Duodecimo. by Isaac De La Peyrere 1655
Translation of Al-Mizan, by Muhammad Husein Tabatabai
Khisal, by Sheikh Saduq, hadith 54.
Tafsir Nemouneh, Tafsir Kawthar, by Naser Makarem Shirazi
James Tissot, Adam and Eve Driven From Paradise. Public domain via Wikimedia Commons
Sumber tulisan: Facebook