Orang Rajin Bersedekah Itu Bahagia, begini penjelasan ilmiahnya...

Pernahkah kita merasakan, ketika kita mengeluarkan sedekah kepada orang yang membutuhkan, ketika kita bisa membantu meringankan beban orang lain, lalu muncul perasaan bahagian entara dari mana dalam lubuk hari kita?;

Friday, August 31, 2018

Kisah Nyata Tentang Cinta dan Kesetiaan : Zainab Putri Rasulullah Saw

Sebelum Nabi Muhammad saw diangkat menjadi rasul, Abul Ash bin Rabi' menghadap beliau.
“Saya ingin menikahi Zainab, putri sulung Anda”
Sebuah contoh kesantunan dan tatakrama.

Nabi Muhammad saw. menjawab, “Aku tak mau melakukannya sebelum meminta izin padanya”. Sesuai syariat yang nanti akan diwahyukan kepadanya.

Nabi saw. menyampaikannya pada Zainab. “Anak pamanmu mendatangiku dan menyebut-nyebut namamu. Apakah engkau rela ia menjadi suamimu?”

Wajahnya memerah dan ia tersenyum. Malu-malu.

Nabi saw. kemudian menikahkan Zainab dengan Abul Ash. Bermulalah dahsyatnya sebuah kisah cinta. Dari pernikahan berkah ini lahirlah Ali dan Umamah.

Tiba masanya muncul sebuah masalah baru.

Yaitu, terkait diutusnya Nabi Muhammad saw sebagai Rasul Allah. Saat itu Abul Ash sedang bepergian beberapa saat lamanya. Ketika ia kembali, Zainab sudah memeluk Islam dan mengimani risalah yang dibawa ayahnya. Abul Ash pun mengetahuinya.
Zainab berkata, “Aku punya sebuah berita besar untukmu”.

Abul Ash berdiri, lalu meninggalkan Zainab. Zainab mengejarnya, kemudian ia berkata:
“Ayahku diutus sebagai nabi dan aku telah memeluk Islam.”

Abul Ash menjawab, “Bagaimana sikapmu? Beritahu aku!”

Zainab menimpali, “Aku takkan mendustakan ayahku. Karena ia bukan pendusta. Ia adalah orang jujur dan sangat dipercaya. Bukan hanya aku yang berislam kepadanya. Ibuku dan saudara-saudaraku juga melakukannya. Ali bin Abi Thalib sepupumu juga beriman. Anak bibimu, Usman bin Affan juga memeluk Islam. Sahabatmu Abu Bakar juga menyatakan Islam".

Kalau Aku.... kata Abul Ash.
“Aku tak mau nanti orang-orang mengatakan Abul Ash menghinakan kaumnya, kafir dengan nenek moyangnya demi istrinya. Ayahmu pasti akan tertuduh. Mohon maaf. Hargailah sikapku?"
Sebuah dialog cinta yang jauh dari memperturutkan ego dan gengsi.

Zainab tersenyum, “Jika bukan aku, siapa lagi yang akan memaklumimu? Tapi suamiku, aku adalah istrimu. Aku ingin membantumu dalam kebaikan hingga engkau bisa memutuskannya dengan benar.”

Zainab membuktikan kata-katanya selama 20 tahun. Ia bersabar. Setia dengan cintanya. Setia dengan akidahnya.

Abul Ash tetap berada dalam sikapnya. Hingga sampailah saat hijrah nabawi. Zainab menghadap ayahnya.

“Ya Rasulallah, mohon izin aku ingin menetap bersama suamiku.” Bukti cintanya yang sangat dalam. Dan Nabi saw mengizinkannya dengan penuh sayang.

Zainab menetap di Mekah. Saat terjadi Perang Badar, suaminya memutuskan bergabung berperang bersama pasukan Quraisy. Menarget Nabi Muhammad dan kaum muslimin. Suaminya turut memerangi ayahnya. Rasulullah saw..

Bermalam-malam ia menangis dan merintih, tenggelam dalam duka. Ia panjatkan doa dan bermunajat penuh kepasrahan.

“Ya Allah... aku takut jika setiap matahari terbit akan menerima kenyataan bahwa anakku menjadi yatim atau aku kehilangan ayahku...”

Abul Ash bertempur masih dengan keyakinanya. Meski ia sendiri tak benar-benar yakin akan sikapnya. Usailah pertempuran Badar. Abul Ash tertawan. Beritanya sampai ke Mekah.

Dengan penuh cemas ia menanyakan tentang kabar ayahnya.

“Kaum Muslimin menang” ia mendapat kabar demikian. Ia bersujud pada Allah, mensyukuri karunia-Nya. Ia juga bertanya berita tentang suaminya.

Mereka menjawab, “Ia ditawan oleh mertuanya.”
Ia bergegas ingin menebus suaminya. Ia kirimkan kalung perhiasan.
Ia tak punya apa-apa yang berharga selain perhiasan dari ibunya yang ia kenakan. Perhiasan yang selalu melekat di dadanya. Kalung itu kemudian dibawa saudara kandung Abul Ash menghadap Rasulullah saw.

Nabi Muhammad saw terhenyak ketika melihat kalung istrinya, Khadijah yang sangat dikenalnya.
“Tebusan siapa ini?”
“Tebusan Abul Ash bin Rabi`”

Ada tetesan air mengalir dari pelupuk mata beliau, seraya berbisik pelan, ”Ini adalah kalung Khadijah.” Sebuah ungkapan kesetiaan yang terpatri dalam hati. Tak luntur meski jasad pemiliknya sudah bertahun-tahun terpendam dalam tanah.

Beliau kemudian berdiri dan berkata, “Wahai manusia… Lelaki ini tidak aku cela sebagai menantu.”
Sebuah narasi pengakuan dan sikap adil yang nyata.

"Mengapa kalian tak bebaskan ia dari tawanan? Mengapa kalian tak mengembalikan kalung tebusannya kepada Zainab?"

Para sahabat menjawab , “Labbaik, wahai Rasulullah”. Kesantunan dan ketaatan tertulis dalam sejarah.

Nabi saw kemudian memberikan kalung tersebut kepada Abul Ash dan berkata, “Sampaikan kepada Zainab agar jangan mengabaikan kalung Ibunya, Khadijah.” Sebuah pesan cinta dan kesetiaan yang dahsyat.

Nabi saw. berkata, “Wahai Abul Ash aku sampaikan sebuah rahasia.”
Kemudian Abul Ash mendekati Rasulullah saw.

“Wahai Abul Ash. Sesungguhnya Allah sudah memerintahkan kepadaku untuk memisahkan antara perempuan muslimah dan orang kafir. Maka, kembalikanlah putriku kepadaku!”

Dengan penuh penghormatan Abil Ash berkata, “Siap. Aku akan melakukannya!”

Zainab keluar rumah menuju gerbang kota Mekah hendak menyambut jantung hatinya. Sabar ia tunggu kedatangan suaminya. Abul Ash terlihat. Tak lama kemudian ia mendekat. Suaminya membisikinya. “Aku akan pergi”

“Ke mana?” pendar mata binar Zainab kembali meredup.

“Bukan aku, tapi Engkau yang pergi. Aku berjanji menyerahkanmu pada ayahmu!”
“Mengapa?”

“Untuk memisahkan antara aku dan dirimu. Kembalilah pada ayahmu!”. Abul Ash menepati janjinya.

“Mengapa engkau tak membersamaiku saja. Masuk Islam-lah...” Zainab membujuk penuh harap, penuh cinta.

Dan Abul Ash tetap pada pendiriannya. Zainab pun meninggalkan Mekah. Meninggalkan suaminya. Menaati perintah Allah dan ayahnya. Ia hijrah ke Madinah membawa anak-anaknya.

Sejak saat itu, selama 6 tahun silih berganti para lelaki melamarnya. Namun, Zainab tak pernah berkenan menerima. Ia tetap setia menunggu cintanya yang tertinggal di Mekah. Bersama sekeping harap agar mantan suaminya datang menghadap ayahnya dan membersamainya kembali seperti sedia kala.

Setelah tahun-tahun sulit. Menjelang terjadinya Fathu Makkah, Abul Ash sebagaimana biasa ia melakukan perjalanan, berdagang ke negeri Syam.

Dalam perjalanan pulang ke Mekah ia bersama kafilah dagang Quraisy membawa 100 ekor unta dengan 170 orang. Mereka terendus oleh pasukan mata-mata umat Islam. Mereka pun akhirnya ditawan. Namun, Abul Ash berhasil kabur, lenyap dan menghilang.

Abul Ash berlindung di balik kegelapan malam yang semakin gelap serta larut. Ia mengendap-endap memasuki kota Madinah. Bersembunyi beberapa saat.

Menjelang fajar ia semakin mendekat. Rumah Zainab yang ditujunya. Inilah tsiqoh, sebuah kepercayaan.

Zainab bertanya, “Apakah Engkau datang dalam keadaan muslim?”

Abul Ash menjawab, “Bukan. Aku kabur!”

“Mengapa engkau tidak berislam saja”

“Tidak”

Abul Ash meminta jaminan dan perlindungan. Dan Zainab bersedia melindungi. Menjamin dirinya.

“Jangan takut, anak bibiku. Selamat datang wahai Abu Ali dan Abu Umamah”

Rasulullah saw. berdiri di mihrab, mengimami kaum muslimin Shalat Fajar berjamaah. Beliau mengucapkan takbiratul ihram, para makmum di belakang beliau juga bertakbir. Saat itu dari shaf jamaah perempuan, Zainab mengangkat suaranya. Ia berkata, “Aku Zainab binti Muhammad, telah memberi jaminan kepada Abul Ash, maka lindungilah dia.”

Ketika selesai shalat, Nabi Muhammad saw. menoleh kepada para jamaah dan bertanya, “Apakah kalian semua mendengar seperti yang aku dengar?”

Mereka menjawab, “Ya, wahai Rasulullah.”

Nabi Muhammad saw bersabda, “Demi Dzat yang diriku ada dalam genggaman-Nya. Aku tidak tahu kecuali apa yang aku dengar, seperti yang kalian dengar. Sungguh orang yang paling lemah di antara kaum muslimin telah memberi perlindungan.”

Nabi Saw berdiri menyeru, “Wahai para manusia. Sungguh terhadap lelaki ini sebagai menantu saya tidaklah mencelanya. Menantuku ini telah berbicara denganku dan ia membenarkanku, ia memberi janji dan ia menunaikan janjinya terhadapku”.

Penuh khidmat dan hening para sahabat Nabi saw mendengarkannya.

“Bila kalian setuju untuk mengembalikan hartanya dan membiarkannya pulang ke negerinya, maka ini lebih aku sukai. Tetapi bila kalian menolak, maka semua urusan kuserahkan kepada kalian, keputusan ada di tangan kalian. Saya takkan memprotesnya.”

Inilah musyawarah. Beliau tidak menggunakan otoritas kepemimpinannya.

“Kami bersedia menyerahkan kembali hartanya”. para sahabat menyetujui Rasulullah saw. Dan inilah adab dan kesantunan sebagai balasan keteladanan dan tawadhu pemimpin.

Lalu Nabi Saw bersabda, “Wahai Zainab, kita telah memberi perlindungan kepada orang yang engkau beri perlindungan dan jaminan.”

Lalu Rasulullah membersamai putrinya ke rumahnya, “Wahai Zainab! Hormatilah Abul Ash. Dia itu putra bibimu, dia adalah ayah dari anak-anakmu. Tetapi jangan dekati dia, itu tidak halal bagimu.” Syariat dipraktekkan dan dipadu dengan akhlak mulia serta kasih sayang.

Zainab menganggukkan kepala, “Labbaik, wahai Rasulullah.”

Zainab menemui Abul Ash bin Rabi’ dan berkata, “Perceraian kita telah menyulitkan kita. Maukah engkau masuk Islam dan tinggal bersama kami?”.

Harapan dan cinta menyatu, keluar dari bibir putri manusia termulia. Namun, Allah belum mengabulkannya.

Abul Ash mengambil hartanya dan pulang menuju Mekah. Sesampai di kota Mekah ia berkata kepada penduduk Mekah, “Wahai penduduk Mekah, terimalah harta kalian. Apakah masih ada yang kurang?"

Mereka menjawab, “Semoga Allah membalas kebaikan kepadamu. Engkau telah menunaikan amanah dengan sangat baik.”

Abul Ash berkata, "Aku sungguh bersaksi bahwa tiada tuhan kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasul-Nya."

Bergegas, Ia pun pergi berhijrah menuju Madinah. Menjemput hidayahnya. Menyusun kembali kepingan cinta dan kesetiaannya.

Ketika waktu fajar, ia memasuki kota Madinah. Ia bergegas menghadap Nabi Saw. Dia berkata, “Wahai Rasulullah, kemarin Engkau memberi perlindungan kepadaku. Kini, saksikanlah aku datang dan bersaksi bahwa tiada tuhan melainkan Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan-Nya.”
Abul Ash melanjutkan, “Wahai Rasulullah, apakah engkau memberi izin kepadaku untuk kembali (ruju’) kepada Zainab?”

Nabi saw. memegang pundak Abul Ash dan berkata, “Mari berjalan bersamaku.”

Beliau ke rumah Zainab, mengetuk pintu dengan penuh bahagia, “Anakku, Zainab. Ini anak bibimu datang kepadaku. Dia meminta izin kepadaku untuk kembali kepadamu. Bersediakah engkau?”

Maka, nampak muka Zainab kemerahan seraya tersenyum. Malu-malu. Pertanda rela, ungkapan persetujuannya.

Seisi Madinah gegap gempita, menyambut bahagia. Merayakan pertemuan cinta dan kesetiaan. Langit cerah, seputih ketulusan cinta Zainab.

Namun, ini bukan akhir sebuah kisah…

Setahun kemudian, Zainab putri Rasulullah saw. dipanggil oleh Allah. Ajalnya telah sampai.
Isak tangis kesedihan Abul Ash terdengar. Menyayat siapa saja yang mendengarnya. Para sahabat menyaksikan Rasulullah saw mengusapnya. Turut merasakan kesedihan yang mendalam. Menerima takdir Allah dengan penuh keimanan.

Suara berat Abul Ash menyeruak, “Wahai Rasulullah aku tak mampu hidup tanpa Zainab”
Dan benar, setahun kemudian ia menyusul kekasihnya. Menghadap Allah subhânahu wa ta’âlâ.

Itulah kisah tentang cinta dan kesetiaan. Bersyukurlah, Allah telah karuniakan perempuan baik mendampingimu. Rawatlah cintanya. Ajaklah membangun istana cinta di dunia. Kelak Allah akan membalasmu dengan karunia cinta yang abadi, kesetiaan yang tak pernah luntur oleh masa.

Sumber tulisan:
1. https://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=208173 atau di tautan: https://al-maktaba.org/book/31615/34748
2. Beberapa redaksi diambil dari At-Tarikh al-Islamiy karya Mahmud Syakir, Siyar a’lâm an-Nubalâ karya Imam al-Hafizh Syamsuddin adz-Dzahabiy.
3. Hadis jaminan Zainab kepada Abul Ash juga diriwayatkan oleh ath-Thabraniy, al-Hakim dan al-Baihaqi dari riwayat Ummu Salamah ra.

****
Dialihbahasakan oleh al-faqîr ilâ ‘afwi rabbih *Dr. Saiful Bahri* dengan beberapa perubahan redaksi dan penambahan.
loading...

Thursday, August 30, 2018

50 Kaidah Indah Tentang Seni Menyikapi Perbedaan [Arab - Indonesia]

50 kaidah tentang seni menyikapi perbedaan yang harus kita ketahui ketika kita sharing pendapat, antara satu dengan yang  lain :

Camkan baik-baik:

1- أنا لستُ أنت
1. Saya itu bukan anda ( kita berbeda )

2- ليس شرطاً أن تقتنع بما أقتنع به
2. Tidak disyaratkan agar anda meyakini apa yg saya yakini

3- ليس من الضرورة أن ترى ما أرى
3. Bukan keharusan agar anda berpendapat seperti pendapat saya

4- الاختلاف شيء طبيعي في الحياة
4. Perbedaan itu hal yg biasa dalam kehidupan

5- يستحيل أن ترى بزاوية 360°
5. Mustahil anda dapat melihat dari arah 360 derajat

6- معرفة الناس للتعايش معهم لا لتغييرهم
6. Memahami orang itu dalam rangka berinteaksi dengan mereka bukan untuk merubah mereka

7- إختلاف أنماط الناس إيجابي وتكاملي
7. Perbedaan pola pikir manusia adalah hal positif untuk saling melengkapi

8- ما تصلح له أنت قد لا أصلح له أنا
8. Apa yang menurut anda maslahat,  belum tentu maslahat buat saya

9- الموقف والحدث يُغيّر نمط الناس
9. Kondisi dan peristiwa dapat mengubah pola orang

10- فهمي لك لا يعني القناعة بما تقول
10. Pemahaman saya tentang anda bukan berarti saya menerima apa yang anda katakan

11- ما يُزعجك ممكن ألا يزعجني
11. Apa yang membuat anda tidak nyaman,  mungkin tidak buat saya

12- الحوار للإقناع وليس للإلزام
12. Sharing itu untuk meyakinkan bukan untuk mengharuskan

13- ساعدني على توضيح رأيي
13. Bantu saya untuk memperjelas pendapat saya

14- لا تقف عند ألفاظي وافهم مقصدي
14. Jangan terbatas pada kata-kata saya tapi pahami tujuan saya

15- لا تحكم علي من لفظ أو سلوك عابر
15. Jangan menjustifikasi saya karena satu kata atau satu tindak tanduk saya yang terlihat

16- لا تتصيد عثراتي
16. Jangan mencari-cari kesalahan saya

17- لا تمارس علي دور الأستاذ
17. Jangan posisikan anda  sebagai guru saya

18- ساعدني أن أفهم وجهة نظرك
18. Bantu saya untuk memahami pendapat anda

19- اقبلني كما أنا حتى أقبلك كما أنت
19. Terima saya apa adanya sehingga saya juga bisa menerima anda apa adanya

20- لا يتفاعل الإنسان إلا مع المختلف عنه
20.Tidaklah berinteraksi seorang manusia kecuali dengan orang yang berbeda

21- إختلاف الألوان يُعطي جمالاً للّوحة
21. Perbedaan warna memberi keindahan pada tampilan plang papan

22- عاملني بما تحب أن أعاملك به
22. Perlakukan saya seperti halnya anda merasa senang dengan perlakuan saya kepada anda

23- فاعلية يديك تكمن باختلافهما وتقابلهما
23. Aktifitas kedua tangan anda terletak pada perbedaan keduanya

24- الحياة تقوم على الثنائية والزوجية
24. Hidup itu didasarkan atas hubungan bilateral dan perkawinan

25- أنت جزء في كل من منظومة الحياة
25. Anda adalah bagian dari tiap rangkaian kehidupan

26- لعبة كرة القدم تكون بفريقين مختلفين
26. Permainan sepak bola dilakukan dua tim yang berbeda

27- الاختلاف استقلال ضمن المنظومة
27. Perbedaan merupakan kemerdekaan dari keterikatan

28- أبنك ليس أنت وزمانه ليس زمانك
28. Anak anda bukanlah anda,  masanyapun bukan masa anda

29- زوجتك أو زوجك وجه مقابل وليس مطابقاً لك كاليدين
29. Istri anda,  atau suami anda adalah sisi yg berlawanan tidak sama seperti dua tangan

30- لو أن الناس بفكر واحد لقتل الإبداع
30. Kalau manusia berfikiran sama , maka inovasi jadi mati

31- إن كثرة الضوابط تشل حركة الإنسان
31. Banyaknya aturan membelenggu gerak manusia

32- الناس بحاجة للتقدير والتحفيز والشكر
32. Manusia itu butuh untuk dihargai, dimotivasi dan diberi balasan

33-  لا تُبخس عمل الآخرين
33. Jangan remehkan kerjaan orang lain

34- إبحث عن صوابي فالخطأ مني طبيعي
34. Carilah yang benar yg ada pada diri saya, adanya kesalahan pada saya juga hal biasa

35- انظر للجانب الإيجابي في شخصيتي
35. Lihatlah sisi positif pada pribadi saya

36- ليكن شعارك وقناعتك في الحياة : يغلب على الناس الخير والحب والطيبة
36. Jadikan semboyan dan kepuasan anda dalam hidup ini : " Kebaikan, kecintaan dan kebersihan memenuhi semua orang"

37- ابتسم وانظر للناس باحترام وتقدير
37. Tersenyumlah dan pandanglah orang dengan hormat dan penghargaan

38- أنا عاجز من دونك
38. Saya tak mampu tanpa bantuamu

39- لولا أنك مختلف لما كنت أنا مختلف
39. Kalaulah bukan karena anda berbeda niscaya saya tidak berbeda
4m

40- لا يخلو إنسان من حاجة وضعف
40. Manusia itu tidak luput dari kebutuhan dan kelemahan

41- لولا حاجتي وضعفي لما نجحت أنت
41. Kalaulah bukan karena kebutuhanku dan kelemahanku niscaya anda tak sukses (karena kesuksesan itu dipergilirkan)

42- أنا لا أرى وجهي لكنك أنت تراه
42. Saya tidak bisa melihat muka saya sendiri, tapi anda bisa melihat wajah saya

43- إن حميت ظهري أنا أحمي ظهرك
43. Kalau punggung saya terjaga saya dapat menjaga punggung anda

44- أنا وأنت ننجز العمل بسرعة وبأقل جهد
44. Saya dan anda dapat bekerja dengan cepat dengan sedikit kerja keras

45- الحياة تتسع لي أنا وأنت وغيرنا
45.  Hidup itu terbentang luas untuk saya,  anda dan orang lain

46- ما يوجد يكفي الجميع
46. Apa yang ada mencukupi semuanya

47- لا تستطيع أن تأكل أكثر من ملء معدتك
47. Anda tidak akan mampu makan lebih dari yang memenuhi perut anda

48- كما لك حق فلغيرك حق
48. Seperti halbya anda punya hak orang lain juga punya hak

49- يمكنك أن تغير نفسك ولا يمكنك أن تغيرني.
49. Mungkin anda bisa mengubah diri anda tapi tidak bisa mengubah diri saya

50- تقبل اختلاف الآخر وطوّر نفسك
50. Terimalah perbedaan orang lain dan kembangkan diri anda

وأخيراً :
 تكسيرك لمجاديف غيرك لا يزيد أبداً من سرعة قاربك
Terakhir :
Merusak/memecahkan dayung orang lain tidaklah menambah kecepatan perahu anda


loading...

Wednesday, August 29, 2018

Berjemur di Bawah Cahaya Matahari... Cara Sehat Tanpa Biaya... Obati Banyak Penyakit

Salah satu aktivitas sehat yang sudah banyak ditinggalkan orang modern: Berjemur di bawah cahaya matahari. Kemajuan zaman banyak membut orang manja, terbiasa di ruang ber-AC.... padahal, aktivitas berjemur sangat bermanfaat untuk kesehatan manusia.

Anda bisa berjemur matahari sambil jalan-jalan di taman, atau sekedar rekreasi setelah makan atau sambil jalan-jalan ketika matahari bersinar.

Jangan meremehkan berjemur di bawah matahari, tidak menghabiskan uang sepeser pun, tidak perlu repot, yang pasti adalah: matahari berperan besar terhadap kesehatan.

"Sinar matahari adalah harta karun, berjemur di bawah sinar matahari adalah baik.
Dalam tradisi perubatan Cina, matahari dipercaya menambah "Yang" energi kepada para lanjut usia

Tidak hanya itu, masih banyak manfaat lain dari sinar matahari:

- Matahari merupakan anti kanker, membuat imunitas jadi  kuat hingga bisa berumur panjang.

Apabila seseorang ingin menjadi sehat, perlu energi "Yang" yang membuat anggota badan hangat, organ internal yang kuat dan sehat. Dengan matahari memberi kita penyembuhan terbaik secara alami.

1. Membuat pembuluh darah lebih sehat.*
Matahari yang cukup akan membantu vitamin D menjadi lebih aktif, sehingga mengurangi peradangan, menjadikan pembuluh darah lebih baik.

2. Meningkatkan harapan hidup.
3. Kurangi risiko kanker.
4. Meningkatkan imunitas. Meningkatkan kemampuan tubuh melawan penyakit.

Berjemur matahari adalah metode memperbaiki tubuh yang paling baik di dunia. Bgmn caranya? Pastikan untuk menguasai cara berjemur yang benar!

Matahari memberi kalsium kpd rambut kepala.
Sinar matahari di atas kepala, dapat sepenuhnya meningkatkan penyerapan kalsium.

Berjemur punggung dan sistem pencernaan.

Matahari membantu menyehatkan jantung dan paru-paru. 
Matahari yang menyinari bagian punggung sangat bermanfaat bagi jantung dan paru-paru.

Kaki tidak lagi kram.
"Kaki yang dingin sering kali adalah akibat terhindar dari matahari. Matahari bukan saja bisa mjd cara yang baik untuk menyingkirkan kaki yang dingin, efektif meringankan kram kaki, tapi juga untuk mempercepat penyerapan kalsium kaki, sehingga kaki tulang lebih kencang, pencegahan osteoporosis yang baik. Terutama mereka yang memiliki rheumatoid arthritis.

Matahari mengaktivasi darah, berperan dalam proses meringankan dan penyembuhan penyakit.

Waktu-waktu yang terbaik untuk berjemur matahari adalah:

Pada umumnya jam 7 pagi sampai jam 9 paling cocok untuk berjemur. Pada titik ini sinar matahari yang kuat, cahaya ultraviolet yang lemah, peran tubuh manusia dari kehangatan, bisa membuat tubuh panas, meningkatkan sirkulasi darah dan metabolisme, peredaran darah, meningkatkan vitalitas manusia.

Pukul 4 sore sampai jam 5 adalah waktu terbaik juga untuk berjemur, periode waktu ini karakteristik radiasi ultraviolet adalah yang terbaik.

Waktu-waktu di atas adalah yang tepat membuat cadangan "vitamin sinar matahari" - vitamin D tubuh lebih banyak-. Meningkatkan penyerapan kalsium dan fosfor usus, meningkatkan kalsifikasi tulang, dan meningkatkan kebugaran fisik.

Bagai mana kita memanfaatkan matahari setiap hari?
Dlm 40 menit sampai sekitar satu jam, sedikit keringat, sedikit mengantuk untuk mendapatkan hasil terbaiknya.

Bersemangatlah mengatur waktu untuk berjemur matahari yang telah Tuhan sediakan. Temukan tempat yang sepi untuk bejemur, tutup mata dengan tenang atau dengarkan musik yang santai dan elegan, jangan mainkan handphone, bertelepon, bersemangat ngobrol atau olah raga begitu keras. Bukan tidak boleh, tapi jangan membuang kesempatan yang Tuhan berikan untuk memperbaiki diri melalui matahari!

Matahari yang Tuhan sediakan memberi kita kesempatan mengatasi penyakit, tanpa harus mengeluarkan biaya atau merepotkan.
loading...

Monday, August 27, 2018

[Fiqih Kurban]: Apa Hukum Menjual Kulit dan Kepala Hewan Qurban?

Orang yang berkurban maupun wakil orang yang berkurban seperti panitia Idul Adha atau yayasan sosial atau pondok pesantren dan semisalnya tidak boleh menjual kulit hewan kurban, kepalanya, bulunya, dagingnya, termasuk juga asesoris hewan kurban seperti tali kekang, pelana, dan lain-lain.

Dalil yang menunjukkan tidak bolehnya menjual semua bagian hewan kurban yang telah sah dijadikan hewan kurban adalah hadis berikut ini,

عَنْ عَلِيٍّ قَالَ أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَقُومَ عَلَى بُدْنِهِ وَأَنْ أَتَصَدَّقَ بِلَحْمِهَا وَجُلُودِهَا وَأَجِلَّتِهَا وَأَنْ لَا أُعْطِيَ الْجَزَّارَ مِنْهَا قَالَ نَحْنُ نُعْطِيهِ مِنْ عِنْدِنَا

Artinya:
Dari Ali, ia berkata, “Rasulullah ﷺ memerintahkan kepadaku untuk menangani (menyembelih) unta kurban beliau, menyedekahkan dagingnya, kulitnya dan asesorisnya, dan (beliau juga memerintahkan agar) aku tidak memberi sedikitpun (daging kurban da asesorisnya) itu kepada tukang jagal’. Ali berkata, ‘kami memberi (upahnya) dari (harta) kami sendiri” (Muslim, juz 6 hlm 470)

Dalam riwayat di atas, Rasulullah ﷺ melarang membayar jagal dengan daging kurban atau asesorisnya. Hal ini menunjukkan daging kurban tidak bisa lagi diakadkan yang bersifat mu’awadhoh (tukar menukar dengan kompensasi). Oleh karena akad ijaroh tidak boleh memakai iwadh (kompensasi) dengan bagian tubuh hewan kurban, maka akad jual beli juga terlarang karena jual beli juga tergolong mu’awadhoh sebagaimana ijaroh.

Yang menguatkan adalah hadis riwayat Abu Hurairah berikut ini,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ بَاعَ جِلْدَ أُضْحِيَّتِهِ فَلَا أُضْحِيَّةَ لَهُ»

Artinya:
“Dari Abu Hurairah , ia berkata, Rasulullah  bersabda, “Barangsiapa menjual kulit kurbannya maka tidak ada (pahala) kurban baginya” (Al-Mustadrok ‘Ala Ash-Shohihain, juz 2 hlm 422)

Riwayat di atas secara implisit cukup jelas melarang menjual kulit hewan kurban, karena pelanggaran terhadap hal itu membuat ibadah kurban tidak diterima. Hadis ini dishahihkan oleh Al-Albani.

Lagipula hewan kurban adalah harta yang sudah diberikan kepada Allah. Maka itu menjadi hak Allah. Tidak lagi menjadi hak milik bagi orang yang berkurban atau panitia kurban yang menjadi wakil orang yang berkurban. Karena hewan kurban sudah menjadi hak Allah, maka seluruh bagian tubuhnya termasuk asesorisnya harus dibagi kepada orang-orang yang diperintahkan Allah untuk memperolehnya seperti fakir miskin, orang yang menderita, tetangga, kerabat, dan orang-orang yang berharap. Jadi ini seperti wakaf. Apa yang sudah diwakafkan, tidak boleh lagi diperjualbelikan.

Al-Hajjawi berkata,

ولا يبيع جلدها ولا شيئا منها بل ينتفع به

“…tidak (boleh) menjual kulitnya (hewan kurban) dan tidak pula bagian apapun dengan hewan kurban, tetapi (yang boleh adalah) memanfaatkannya (Zadu Al-Mustaqni’ Fi Ikhtishori Al-Muqni’, hlm 96)

Adapun alasan bahwa orang yang berkurban boleh memakan daging kurbannya sendiri, sehingga ini dipahami sebagai kemubahan intifa’, lalu dipahami bahwa intifa’ terhadap kulit dengan cara dijual atau dipakai hukumnya mubah sebagaimana mubahnya intifa’ daging kurban dengan cara dimakan, maka argumentasi ini tidak bisa diterima karena ini adalah qiyas, dan tidak ada qiyas dalam ibadah. Hukum asal daging kurban adalah sah diberikan kepada Allah. Hukum asalnya, berdasarkan hal ini, haram juga bagi orang yang berkurban untuk memakan daging kurbannya. Tetapi karena memang ada dalil yang mengkhususkannya, yakni mubahnya orang berkurban memakan sebagian daging kurban maka hal itu tidak mengapa, yakni hanya untuk makan saja dan tidak boleh diseret lebih jauh kebolehan untuk menjual.

Adapun pendapat yang mengatakan boleh menjual kulit kurban jika diniatkan untuk sedekah, maka ini juga masih berat diterima. Karena persoalannya bukan sekedar bagaimana mencapai target sedekah saja, tetapi yang harus dipastikan adalah bersedekah dengan cara yang dikehendaki syariat. Kisah Umar menunjukkan apa yang telah diniatkan untuk Allah tidak bisa lagi diperjual belikan, meski dengan niat untuk dimanfaatkan lebih baik. Bukhari meriwayatkan,

عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ أَبِيهِ سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ
حَمَلْتُ عَلَى فَرَسٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَأَضَاعَهُ الَّذِي كَانَ عِنْدَهُ فَأَرَدْتُ أَنْ أَشْتَرِيَهُ مِنْهُ وَظَنَنْتُ أَنَّهُ بَائِعُهُ بِرُخْصٍ فَسَأَلْتُ عَنْ ذَلِكَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَا تَشْتَرِهِ وَإِنْ أَعْطَاكَهُ بِدِرْهَمٍ وَاحِدٍ فَإِنَّ الْعَائِدَ فِي صَدَقَتِهِ كَالْكَلْبِ يَعُودُ فِي قَيْئِهِ

Artinya:
Dari Zaid bin Aslam dari bapaknya aku mendengar ‘Umar bin Al Khaththob radliallahu ‘anhu berkata: “Aku memberi (seseorang) kuda yang untuk tujuan digunakan berperang di jalan Allah lalu orang itu menyia-nyiakannya (tidak memanfaatkan sebagaimana mestinya). Kemudian aku berniat membelinya kembali darinya karena aku menduga di akan menjualnya dengan murah. Lalu aku tanyakan hal ini kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka Beliau bersabda: “Jangan kamu membelinya sekalipun orang itu menjualnya dengan harga satu dirham, karena orang yang mengambil kembali shadaqahnya seperti anjing yang menjilat kembali ludahnya”. (H.R. Al-Bukhari, juz 9 hlm 89)

Adapun orang miskin yang menerima daging kurban atau kulit hewan kurban atau kepala hewan kurban atau asesoris hewan kurban, maka boleh baginya untuk menjualnya karena dia telah berhak terhadap hewan kurban tersebut. Dalam hal ini hukumnya tidak bisa disamakan dengan hukum orang yang berkurban atau panitia yang mewakilinya.

Sebagai pengayaan, bisa dibaca artikel kami tentang hukum memberi upah jagal kurban dengan kepala, kulit dan semisalnya dalam tautan berikut ini [KLIK]. Wallahu A'lam.
loading...

Friday, August 24, 2018

Hukum Memberi Upah Sembelih [Jagal] Kurban Dari Kulit Atau Kepala Hewan Qurban

Jagal kurban tidak boleh diberi upah dengan diambilkan dari kepala hewan kurban yang disembelih, kulitnya, dagingnya, bulunya, termasuk talinya, pelananya dan lain-lain.

Intinya semua bagian tubuh hewan kurban dan asesorisnya tidak boleh diberikan kepada tukang jagal sebagai upah. Pemberian upah tukang jagal harus diambilkan dari harta lain milik orang yang berkurban, atau panitia yang mengurusi penyembelihan hewan kurban.

Dalil yang menjadi dasar ketidakbolehan memberi upah tukang jagal dari bagian tubuh atau asesoris hewan kurban adalah hadis berikut ini,


عَنْ عَلِيٍّ قَالَ أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَقُومَ عَلَى بُدْنِهِ وَأَنْ أَتَصَدَّقَ بِلَحْمِهَا وَجُلُودِهَا وَأَجِلَّتِهَا وَأَنْ لَا أُعْطِيَ الْجَزَّارَ مِنْهَا قَالَ نَحْنُ نُعْطِيهِ مِنْ عِنْدِنَا

Artinya:
Dari Ali, ia berkata, “Rasulullah ﷺ memerintahkan kepadaku untuk menangani (menyembelih) unta kurban beliau, menyedekahkan dagingnya, kulitnya dan asesorisnya, dan (beliau juga memerintahkan agar) aku tidak memberi sedikitpun (daging kurban da asesorisnya) itu kepada tukang jagal’. Ali berkata, ‘kami memberi (upahnya) dari (harta) kami sendiri” (Muslim, juz 6 hlm 470)

Dalam hadis di atas Ali menceritakan perintah Rasulullah ﷺ kepadanya untuk mengurus penyembelihan hewan kurban milik Rasulullah ﷺ dan membagi-baginya. Rasulullah ﷺ juga berpesan agar tukang jagal tidak diberi apapun dari bagian hewan kurban termasuk asesorisnya. Hal ini menunjukkan, tidak boleh membayar upah tukang jagal dengan diambilkan dari bagian tubuh hewan kurban maupun asesorisnya.

Lagipula hewan kurban adalah harta yang sudah diberikan kepada Allah. Maka itu menjadi hak Allah. Tidak lagi menjadi hak milik bagi orang yang berkurban atau panitia kurban yang menjadi wakil orang yang berkurban. Karena hewan kurban sudah menjadi hak Allah, maka seluruh bagian tubuhnya termasuk asesorisnya harus dibagi kepada orang-orang yang diperintahkan Allah untuk memperolehnya seperti fakir miskin, orang yang menderita, tetangga, kerabat, dan orang-orang yang berharap.

Adapun jika tukang jagal itu diberi daging kurban atau kepalanya atau kulitnya bukan sebagai upah, tetapi karena mereka miskin, atau karena mereka berharap maka hal ini tidak mengapa karena tukang jagal dalam kondisi ini termasuk keumuman golongan yang disebutkan Allah dalam Al-Qur’an berhak mendapatkan daging kurban. Ibnu Qudamah berkata,


فَأَمَّا إنْ دَفَعَ إلَيْهِ لِفَقْرِهِ، أَوْ عَلَى سَبِيلِ الْهَدِيَّةِ، فَلَا بَأْسَ؛ لِأَنَّهُ مُسْتَحِقٌّ لِلْأَخْذِ، فَهُوَ كَغَيْرِهِ، بَلْ هُوَ أَوْلَى؛ لِأَنَّهُ بَاشَرَهَا، وَتَاقَتْ نَفْسُهُ إلَيْهَا

Artinya:
“…Adapun jika dia (orang yang berkurban itu) memberinya (tukang jagal itu) karena kefakirannya atau dalam konteks hadiah, maka itu tidak mengapa. Karena ia (tukang jagal itu) berhak untuk mengambil, jadi dia seperti yang lainnya. Bahkan dia lebih utama karena dialah yang menangani (penyembelihan) kurban itu dan dirinya juga berminat kepadanya…” (Al-Mughni, juz 450)

Wallahua’lam.
loading...

Friday, August 17, 2018

Ingin Jadi Orang Besar? Ingat Pesan FD Roosevelt: You Are What You Think

Tokoh besar dunia, Franklin Delano Roosevelt (1882-1945), Presiden USA yang ke32 pernah mengatakan :
"Small Minds discuss people,
Average Minds discuss events,
Great Minds discuss ideas
".
Maknanya kira-kira begini:

Pikiran Sempit, membicarakan orang.
Pikiran Rata-rata, membicarakan peristiwa.
Pikiran Besar, membicarakan gagasan”.

Maka sebagai akibatnya...

Orang yang berpikiran sempit akan menghasilkan "gosip".
Orang yang berpikiran rata2, akan menghasilkan "pengetahuan".
Orang yang berpikiran besar akan menghasilkan "solusi".

Ketiga jenis pikiran ini "ada"  di dalam setiap otak kita.
Pikiran mana yg lebih mendominasi kita, begitulah apa yg dihasilkannya.

Kalau setiap saat otak kita dipenuhi oleh Pikiran Sempit, maka kita akan selalu asyik dengan urusan orang lain, namun tidak mnghasilkan apa2, kecuali perseteruan.

Akan tetapi bila Pikiran Besar yg mendominasi, maka ia akan aktif menemukan terobosan baru.

Orang yang berpikiran sempit senang menggunakan kata tanya “siapa”,
Orang yang berpikiran rata2 senang mnggunakan kata: “ada apa”,

Sedangkan,
Orang yang berpikiran besar selalu memanfaatkan kata tanya: “mengapa dan bagaimana”.

Dalam melihat satu peristiwa yang sama, misalnya jatuhnya buah apel dari pohonnya, akan cenderung ditanggapi berbeda.

Orang yang berpikiran sempit  akan tertarik dengan pertanyaan: “siapa sih yang kemarin  kejatuhan buah apel?"

Orang yang  berpikiran rata-rata  akan bertanya: “Apakah sekarang sudah mulai musim panen buah apel?"

Sedangkan orang yang berpikiran besar : “Mengapa buah apel itu jatuh kebawah, bukannya keatas?"

Dan... pikiran yang terakhir itulah yg konon menginspirasi Sir Isaac Newton menemukan 'teori gravitasi-nya yang sangat terkenal!

Tidak ada satupun prestasi atau karya di dunia ini yang dihasilkan oleh Pikiran Sempit.

Di samping itu, ketiga jenis pikiran ini juga mempunyai ‘makanan favorit' yg berbeda.

Si pikiran sempit biasanya senang melahap "tabloid, infotaintment, koran merah".
Si pikiran rata2 amat berselera dengan "koran berita"
Si pikiran besar memilih "buku" yang membangkitkan INSPIRASI.

Semoga dengan berbagai bentuk pikiran tersebut, kita lebih cenderung untuk didominasi oleh Pikiran Besar (Great Minds)...

Ingat:
You are what you think
loading...

Thursday, August 16, 2018

Beberapa Ketentuan Yang Perlu Diperhatikan Dalam Membagi Hewan Qurban

Daging kurban didistribusikan kepada tiga golongan: Pertama; Orang yang berkurban, Kedua; Orang-orang fakir miskin sebagai shodaqoh dan Ketiga; Para kerabat, tetangga, pengunjung dan semisalnya sebagai hadiah.

Dasar ketentuan ini adalah Firman Allah SWT;

{فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ} [الحج: 28]

Maknanya:
Maka makanlah sebagian darinya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir.”

{فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ} [الحج: 36]

Maknanya:
Maka makanlah sebagian darinya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang mengharap.”

Lafadz “makanlah sebagian darinya” pada surat Al-Hajj;28 menunjukkan bahwa orang yang berkurban diizinkan memakan sebagian dari daging hewan yang telah dikurbankannya. Lafadz ini menjadi dalil golongan yang pertama.

Perintah untuk memberi makan orang sengsara lagi fakir pada ayat yang sama yaitu lafadz “berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir” menunjukkan bahwa daging kurban diberikan kepada orang-orang fakir miskin sebagai shodaqoh. Lafadz ini menjadi dalil golongan yang kedua.

Perintah untuk memberikan kepada Qoni’ dan Mu’tarr pada surat Al-Hajj;36 yaitu lafadz; “beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang mengharap” menunjukkan bahwa daging kurban diberikan kepada kerabat, keluarga, tetangga, pengunjung dan semisalnya sebagai hadiah. Penjelasannya; Qoni’ adalah orang yang bersikap nerima (qonaah) dengan keadaannya sehingga tidak meminta-minta meskipun kekurangan, sementara Mu’tarr adalah orang yang mengharapkan untuk diberi daging kurban meskipun tidak meminta secara langsung. Lafadz ini menjadi dalil golongan yang ketiga.

Lebih dari itu ada riwayat yang menunjukkan bahwa Rasulullah SAW sendiri mendistribusikan daging kurban dengan membaginya menjadi tiga bagian.

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ ، فِي صِفَةِ أُضْحِيَّةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : يُطْعِمُ أَهْلَ بَيْتِهِ الثُّلُثَ ، وَيُطْعِمُ فُقَرَاءَ جِيرَانِهِ الثُّلُثَ ، وَيَتَصَدَّقُ عَلَى السُّؤَّالِ بِالثُّلُثِ .} رَوَاهُ الْحَافِظُ أَبُو مُوسَى الْأَصْفَهَانِيُّ ، فِي الْوَظَائِفِ ، وَقَالَ : حَدِيثٌ حَسَنٌ.

Artinya:
Dari Ibnu Abbas ketika mendeskripsikan kurban Rasulullah SAW, Ibnu Abbas berkata; “Beliau memberi makan keluarganya sepertiga, memberi makan tetangga-tetangganya yang miskin sepertiga, dan bershodaqoh kepada peminta-minta sepertiga.” (H.R.Abu Musa Al-Ashfahany dalam Wadho-if dan beliau berkata; hadis hasan)

Diriwayatkan bahwa Ibnu Mas’ud dan Ibnu Umar juga berfatwa demikian.

Orang Kafir boleh diberi daging kurban tanpa membedakan apakah kafirnya termasuk Ahlul Kitab ataupun Musyrik. Alasannya, ketika Allah memerintahkan memberi orang miskin yang sengsara dengan lafadz; الْبَائِسَ الْفَقِيرَ dan juga memerintahkan memberi Qoni’ dan Mu’tarr dengan lafadz الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ, semuanya disebut dengan lafadz umum dan mutlak tanpa dibatasi Muslim saja. Karena itu boleh hukumnya memberi orang Kafir daging kurban selama dia tergolong Faqir, Qoni’ dan Mu’tarr.

Kadar 1/3 yang diberikan kepada pelaku kurban, 1/3 bagi orang miskin dan 1/3 bagi keluarga/tetangga/pengunjung bukan kadar yang bersifat mengikat. Alasannya; Allah tidak menyebut kadar dalam Al-Quran, tetapi hanya menjelaskan kepada siapa daging kurban itu diberikan. Karena itu, selama distribusi daging kurban diberikan kepada tiga golongan tersebut berapapun kadar masing-masing, maka perintah cara mendistribusikan daging kurban telah dilakukan. Karena itu, boleh saja dibagi dengan cara; pemilik;1/3, fakir;1/3, tetangga 1/3, atau; pemilik; ½, fakir ¼, tetangga ¼, dan seterusnya.

Patut pula diketahui bahwa yang didistribusikan dari hewan kurban yang telah disembelih itu bukan hanya dagingnya, tetapi juga kulitnya, kepala, bahkan asesoris tubuhnya (misalnya pelana, kalung dan lain-lain). Dalil yang menunjukkan adalah hadis berikut;

عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَقُومَ عَلَى بُدْنِهِ وَأَقْسِمَ جُلُودَهَا وَجِلَالَهَا

Artinya:
Dari Ali r.a beliau berkata; “Rasulullah SAW memerintahkan kepadaku agar mengurusi hewan beliau yang disiapkan untuk menjadi kurban, membagi kulitnya dan juga pakaian hewan tersebut.

Lafadz Jilal pada hadis di atas adalah bentuk jamak dari Al-Jullu/Al-Jallu. Definisi Al-Jullu sebagaimana keterangan dalam Tajul ‘Arus adalah; ما تُلْبَسُه الدابَّةُ لِتُصانَ به (sesuatu yang dipakaikan kepada hewan untuk melindunginya). Jadi riwayat ini menjadi dalil yang jelas bahwa yang dibagikan dari hewan kurban bukan hanya dagingnya tapi seluruh bagian hewan termasuk asesorisnya.

Wallahu’alam.
loading...

Monday, August 13, 2018

Mengenal Borosilicate Glass, Kaca Berkualitas Tinggi Tahan Panas Ekstrim

Kaca Borosilicate (Borosilicate Glass) adalah salah satu jenis kaca yang paling berkualitas di dunia. Disebut demikian, karena  mengandung unsur trioksida boron (B - 2 - 3) o 5 ~ 13% (m/m). Pada tahun 1997, dirilis oleh ISO 12775" produksi massal normal kaca komposisi klasifikasi dan metode pengujian yang ditetapkan dalam borosilicate glas (termasuk gelas netral) yang mengandung boron trioksida (B - 2-3 o) lebih besar dari 8% (m/m).

Karena kekuatan dan ketahanannya, kaca jenis ini sering dijadikan sebagai bahan perkakas sehari hari seperti botol makanan dan minuman, panci dan lain sebagainya.

Menggunakan bahan borosilicate glas untuk botol memberikan keutungan yang luar biasa, terutama mengingat daya tahan panasnya yang tinggi, dibandingkan dengan kaca biasa, terutama resistensi dampak dan suhu resistansi tinggi.

Bahkan jika Anda Panaskan boron silikon kaca dan menempatkannya dalam air dingin, boron kaca tidak akan retak.

Banyak orang yang telah menguji borosilicate glas secara pribadi, ada yang membakarnya di atas api selama 20 menit, dan ternyata tidak berdampak apa-apa terhadap kaca.

Sekarang borosilicate glas mulai banyak digunakan untuk perkakas masak dalam microwave, oven, surya tabung reaktor kimia, dll. Bahkan, sekarang ini borosilicate glass mulai digunakan untuk banyak perkakas.

Untuk saat ini, borosilicate glas dinilai sebagai kaca teraman di dunia, karena itu tak heran botol  susu bayi saat ini juga menggunakan bahan ini. Bahan borosilicate glas dikenal sebagai bahan yang transparan dan halus, mudah dibersihkan,  dan tidak mudah ditempeli kotoran, tanah terhadap minyak, asam dan alkali.

JIka kaca borosilicate glas diadu dengan kaca lain, maka kaca lain akan pecah dengan mudah. Jika kaca biasa memiliki residu (serbuk) tidak demikian halnya dengan kaca jenis ini.

Berikut adalah standar internasional untuk bahan borosilicate glas : Internasional standar ISO 4802. 1-4802 
loading...

[Waspada Dosa Besar]: Menyebarkan Berita Bohong

Di tengah perkembangan media berita disertai dengan adanya perubahan-perubahan sosial yang disaksikan oleh alam, demikian pula perkembangan dan perubahan yang beraneka ragama pada beragam sisi kehidupan,

Di masa ini, muncul fenomena sosial yang berbahaya… fenomena “isu”, yaitu tersiarnya dan tersebarnya berita yang tidak valid di tengah masyarakat dan individu-individu tanpa sandaran kebenaran yang jelas, akan tetapi hanya bersandar kepada penukilan semata dalam kondisi yang tidak jelas, rancu, dan penuh keraguan.

Hal ini mengakibatkan munculnya ketakutan di kalangan masyarakat serta keguncangan, yang tentunya mengakibatkan dampak yang buruk bagi individu dan masyarakat bahkan negara.

Karenanya isu-isu tersebut memberikan dampak negatif dan akibat yang buruk. Hal ini tidaklah mengherankan, isu-isu tersebut muncul karena banyak sebab dan tumbuh dibalik banyak faktor, diantaranya yang paling berbahaya adalah bahwa isu-isu tersebut merupakan sarana yang dimanfaatkan oleh musuh untuk memerangi umat Islam, memerangi agama dan dunia umat Islam, stabilitas keamanan, perekonomian, ketenteraman umat Islam, baik dalam suasana perang maupun suasana damai dengan para musuh.

Isu-isu disebarkan pada waktu yang pas, dan ditanamkan di tanah yang subur serta pada kesempatan yang cocok, untuk merealisasikan kepentingan-kepentingan busuk dan tujuan-tujuan yang kotor. Kerenanya isu merupakan modalnya orang-orang munafiq yang Allah berfirman tentang mereka :

لَئِنْ لَمْ يَنْتَهِ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْمُرْجِفُونَ فِي الْمَدِينَةِ لَنُغْرِيَنَّكَ بِهِمْ ثُمَّ لا يُجَاوِرُونَكَ فِيهَا إِلا قَلِيلا (٦٠)مَلْعُونِينَ أَيْنَمَا ثُقِفُوا أُخِذُوا وَقُتِّلُوا تَقْتِيلا (٦١)

Artinya:
Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik, orang- orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah (dari menyakitimu), niscaya Kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka, kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di Madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar, dalam Keadaan terlaknat. di mana saja mereka dijumpai, mereka ditangkap dan dibunuh dengan sehebat-hebatnya” (QS Al-Ahzaab : 60-61)

Dari sini maka betapa banyak isu yang menggerogoti tubuh umat ini serta melemahkan berbagai aktifitasnya, serta mewujudkan harapan musuh untuk memberikan kemudaratan kepada kaum muslimin dan mengganggu kemaslahatan kaum muslimin, juga mendukung terwujudnya tujuan buruk mereka.

Karenanya syari’at yang mulia datang untuk memberikan pengarahan yang jelas untuk menjaga masyarakat dan melindunginya dari isu-isu yang tidak benar, serta tersiarnya berita-berita dusta, maka syari’at memerintahkan untuk menjaga lisan dan menahan pena-pena agar tidak menulis dan menyatakan perkara-perkara yang tidak ada bukti kebenarannya. Allah berfirman :

وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا (٣٦)

Artinya:
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya". (QS Al-Isra’ : 36)

Dalil-dalil telah memperingatkan terlarangnya dusta dengan berbagai macam modelnya, diantaranya adalah ikut menyebarkan isu padahal telah diketahui tidak benarnya isu tersebut, atau ikut menyebarkan berita yang dibangun diatas dugaan dan tebakan/ramalan. Allah berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ (١١٩)

Artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar". (QS At-Taubah : 119)

Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda ;

وإن الكذب يهدي إلى الفجور وإن الفجور يهدي إلى النار

Artinya:
Dan sesungguhnya kedustaan mengantarkan kepada perbuatan fujur dan perbuatan fujur mengantarkan kepada neraka” (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Penyebaran berita-berita tanpa mengecek kebenarannya terlebih dahulu terlarang dalam syari’at, serta dibenci menurut tabi’at dan tradisi. Sungguh betapa banyak penyebaran berita-berita yang kosong dari bukti kebenarannya telah menimbulkan kemudorotan yang besar, dan melahirkan keburukan yang besar. Karenanya datang larangan yang tegas dalam menyebarkan suatu berita yang seorang muslim tidak memiliki sandaran yang menunjukkan kebenarannya serta dasar yang benar dalam menyebarkannya. Allah berfirman

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ (١٨)

Artinya:
"Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir". (QS Qoof : 18)

Nabi kita shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

Artinya:
Cukuplah seseorang telah berdosa jika menyampaikan seluruh yang ia dengar".

Waspadalah…!, waspadalah..! jangan sampai kalian ikut berpartisipasi dalam menyebarkan berita-berita yang tidak ada dasar akan kebenarannya, dan tanpa ilmu akan benarnya berita tersebut, karena hal itu termasuk dari ikut menyebarkan kedustaan serta ikut menyampaikan kedustaan. Allah berfirman tentang sifat-sifat para hambaNya yang bertakwa:

وَالَّذِينَ لا يَشْهَدُونَ الزُّورَ (٧٢)

Artinya:
"Dan orang-orang yang tidak menyaksikan kedustaan." (QS Al-Furqoon : 72)

Dan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim

ألا أخبركم بأكبر الكبائر قالوا بلى يا رسول الله قال الإشراك بالله وعقوق الوالدين وكان متكئا فجلس فقال ألا وقول الزور وشهادة الزور فما زال يكررها حتى قلنا ليته سكت

Artinya:
"Maukah aku kabakan kepada kalian tentang dosa terbesar dari dosa-dosa besar?. Mereka (para sahabat) berkata ; “Tentu wahai Rasulullah”. Beliau berkata ; “Berbuat syirik kepada Allah, dan durhaka kepada kedua orang tua”. Tadinya Nabi dalam kondisi berbaring maka lalu beliaupun duduk kemudian berkata : “Dan perkataan dusta, bersaksi dusta”, beliau terus mengulang-ngulangnya hingga kami berkata : “Seandainya jika beliau diam

Maka menyebarkan berita yang tidak benar serta menyebarkan isu-isu yang tidak ada tali kekangnya merupakan bentuk kedustaan kepada kaum muslimin serta menipu mereka. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده

Artinya:
Seorang muslim yang sejati adalah yang kaum muslimin selamat dari keburukan lisan dan tangannya” (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Menyebarkan berita kosong dan isu termasuk “qiila wa qoola” (katanya dan katanya) merupakan sikap yang ditolak dalam Islam dalam kondisi apapun dan dalam model apapun. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melarang “katanya dan katanya”, dalam lafal Muslim dari hadits Abu Hurairah

ويكره لكم قيل وقال وكثرة السؤال وإضاعة المال

Artinya:
Dan Rasulullah membenci dari kalian “Katanya dan katanya”, banyak bertanya, dan membuang-buang harta

Maka jagalah lisanmu wahai saudaraku, jagalah penamu dan tulisan-tulisanmu dari menyebarkan berita-berita yang tidak ada bukti kebenarannya, maka engkau akan selamat dan mendapatkan pahala. Jika tidak, maka engkau akan terjerumus dalam dosa yang nyata dan kedustaan yang besar …!

Dalam sunan Abu Dawud dengan sanad yang shahih bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

بِئْسَ مَطِيَّةُ الرَّجُلِ زَعَمُوْا

Artinya:
Seburuk-buruk kebiasaan seseorang adalah menjadikan perkataan “persangkaan mereka” sebagai kendaraannya

Dan dalam shahih Muslim

من حدث بحديث وهو يرى أنه كذب فهو أحد الكاذبين

Artinya:
Barang siapa yang menyampaikan suatu pembicaraan dan ia menyangka bahwa pembicaraan tersebut adalah dusta maka ia adalah salah satu dari dua pendusta

Sesungguhnya sikap seorang muslim yang benar dan metode yang tepat dalam menghadapi isu-isu berita-berita kosong, berita-berita yang bermacam-macam yang tidak diketahui kebenarannya serta tidak diyakini kevalidannya, sikap yang wajib ditempuh adalah mengikuti petunjuk Allah dan RasulNya. Allah berfirman

وَلَوْلا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ لَمَسَّكُمْ فِي مَا أَفَضْتُمْ فِيهِ عَذَابٌ عَظِيمٌ (١٤)إِذْ تَلَقَّوْنَهُ بِأَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُولُونَ بِأَفْوَاهِكُمْ مَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمٌ (١٥)

Artinya:
"Sekiranya tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kamu tentang berita bohong itu. (ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal Dia pada sisi Allah adalah besar." (QS AN-nuur : 14-15)

Allah berfirman:

وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الأمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الأمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلا قَلِيلا (٨٣)

Artinya:
"Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil Amri). kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu)". (QS An-Nisaa : 83)

Sikap tersebut adalah mengecek dan mencari kejelasan dan tidak tergesa-gesa untuk menyebarkan berita yang tidak ada sandaran kebenarannya dengan memperhatikan kaidah mewujudkan kemaslahatan dan menolak kemudorotan dalam menyebarkan berita dan menyiarkannya kepada masyarakat umum. Allah berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ (٦)

Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu". (QS Al-Hujurat : 6)

Dan dalam sabda Nabi yang shahih :

التأني من الله والعجلة من الشيطان

Ketenangan/tidak tergesa-gesa dari Allah dan ketergesaan dari syaitan

Al-Hasan berkata :

المسلم وقاف حتى يتبين 

Artinya:
Seorang muslim berhenti hingga ia mencari kejelasan”.

Dan diantara bentuk keselamatan yang besar dan keamanan yang sempurna adalah selamatnya seorang muslim dari tenggelam dalam menyebarkan berita-berita dusta dan isu-isu yang tidak benar.

Kemudian ditekankan kepada masyarakat muslim dalam menghadapi isu-isu berita tentang saudara-saudara mereka sesama muslim yang berita tersebut tidak ada bukti kebenarannya, terlebih lagi berita tentang orang yang telah dikenal kebaikan dan keutamannya, hendaknya mereka beradab dengan adab al-Qur’an dan mereka mengikuti petunjuk Al-Qur’an yang mulia.

Allah berfirman :

لَوْلا إِذْ سَمِعْتُمُوهُ ظَنَّ الْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بِأَنْفُسِهِمْ خَيْرًا وَقَالُوا هَذَا إِفْكٌ مُبِينٌ (١٢)

Artinya:
"Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: “Ini adalah suatu berita bohong yang nyata.” (QS An-Nuur : 12)

وَلَوْلا إِذْ سَمِعْتُمُوهُ قُلْتُمْ مَا يَكُونُ لَنَا أَنْ نَتَكَلَّمَ بِهَذَا سُبْحَانَكَ هَذَا بُهْتَانٌ عَظِيمٌ (١٦)

Artinya:
"Dan mengapa kamu tidak berkata, di waktu mendengar berita bohong itu: “Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini, Maha suci Engkau (ya Tuhan kami), ini adalah Dusta yang besar.” (QS An-Nuur : 16)

Wajib bagi seorang muslim untuk menjauhkan diri dari menyebarkan berita-berita buruk demikian juga kabar-kabar yang membongkar aib-aib hingga ia selamat dari dosa dan kesalahan yang besar. Allah berfirman :

إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ (١٩)

Artinya:
"Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang Amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui." (QS AN-Nuur : 19)

Para ulama berkata : Ayat ini merupakan dasar hukum tentang membatasi perbuatan-perbuatan keji dengan berbagai modelnya untuk tidak disebarkan agar tidak terlihat oleh mata dan tidak terdengar oleh telinga serta agar tidak menjadi buah bibir masyarakat
     
Sesungguhnya fenomena tersebarnya isu-isu di masyarakat merupakan penyakit yang bisa mengancam stabilitas masyarakat. Di masa sekarang penyebaran isu telah menjadi tindakan yang terorganisir yang dibangun di atas perencanaan yang matang sesuai dengan tujuan-tujuan tertentu, melalui media-media sehingga tersebar dengan cepat sebagaimana nyala api pada kayu yang kering dan cepatnya cahaya dan gelombang, melalui media-media komunikasi modern.

Karenanya wajib bagi masyarakat untuk bersatu padu dalam memerangi isu-isu dan mematikannya sesuai dengan pengarahan Islami yang telah lalu penjelasannya.

Dan wajib bagi media-media untuk konsisten terhadap timbangan yang benar dalam menyebarkan berita yang benar dan cek silang terhadap berita yang akan disebarkan. Para pekerja media-media tersebut akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan Allah tentang umat, mereka diberi amanah dalam membawa pemikiran masyarakat muslim, serta mereka berpengaruh dalam stabilitas keamanan masyarakat. Barang siapa yang mengabaikan amanah maka ia akan merugi. Allah berfirman

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (٢٧)

Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. (QS Al-Anfaal : 27)

Saudara-saudaraku se Islam, termasuk amalan yang terbaik dan tersuci adalah bershalawat kepada Nabi yang termulia, Allahumma shalli ‘alaa Muhammad…

Ya Allah perbaikilah keadaan kami dan keadaan kaum muslimin, Ya Allah hilangkanlah kesedihan… hilangkanlah penderitaan…, Ya Allah selamatkanlah hamba-hambaMu dari segala fitnah dan bencana…

Wahai Yang Maha Agung, Ya Allah jagalah saudara-saudara kami di manapun mereka berada, Ya Allah jadilah Engkau sebagai penolong bagi mereka wahai Yang Maha Perkasa dan Maha Kuat, Ya Allah berilah taufiqMu kepada pelayan dua kota suci, arahkanlah ia kepada perkara yang Engkau cintai dan ridhoi, Ya Allah tolonglah agama ini dengannya, dan tinggikanlah kaum muslimin dengannya…. Ya Allah ampunilah kaum muslimin dan muslimat, baik yang hidup di antara mereka maupun yang telah meninggal, Ya Allah berikanlah kebaikan dunia kepada kami dan juga kebaikan akhirat serta jagalah kami dari adzab neraka.
loading...

Friday, August 10, 2018

Subhanallah... Ternyata Beginilah Irama Asli Adzan Bilal Bin Rabah... Tonton dan Simak Sampai Akhir Ya...

Siapa yang tak kenal dengan sahabat Rasulullah yang satu ini, sosoknya tercatat dengan tinta emas dalam sejarah Islam.

Beliau adalah Bilal bin Rabah, Muazin Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Perjuangan Bilal mempertahankan aqidah menjadi kisah yang meleganda hingga har ini. Sebuah kisah yang tidak akan pernah membosankan, walaupun terus diulang-ulang sepanjang zaman. Kekuatan alurnya akan membuat setiap orang tetap penasaran untuk mendengarnya.

Bilal lahir di daerah as-Sarah sekitar 43 tahun sebelum hijrah. Ayahnya bernama Rabah, sedangkan ibunya bernama Hamamah, seorang budak wanita berkulit hitam yang tinggal di Mekah. Karena ibunya itu, sebagian orang memanggil Bilal dengan sebutan ibnus-Sauda’ (putra wanita hitam).

Bilal dibesarkan di kota Ummul Qura (Mekah) sebagai seorang budak milik keluarga bani Abduddar. Saat ayah mereka meninggal, Bilal diwariskan kepada Umayyah bin Khalaf, seorang tokoh penting kaum kafir.

Ketika Mekah diterangi cahaya agama baru dan Rasul yang agung Shalallahu ‘alaihi wasallam mulai mengumandangkan seruan kalimat tauhid, Bilal adalah termasuk orang-orang pertama yang memeluk Islam. Saat Bilal masuk Islam, di bumi ini hanya ada beberapa orang yang telah mendahuluinya memeluk agama baru itu, seperti Ummul Mu’minin Khadijah binti Khuwailid, Abu Bakar ash-Shiddiq, Ali bin Abu Thalib, ‘Ammar bin Yasir bersama ibunya, Sumayyah, Shuhaib ar-Rumi, dan al-Miqdad bin al-Aswad.

Bilal merasakan penganiayaan orang-orang musyrik yang lebih berat dari siapa pun. Berbagai macam kekerasan, siksaan, dan kekejaman mendera tubuhnya. Namun ia, sebagaimana kaum muslimin yang lemah lainnya, tetap sabar menghadapi ujian di jalan Allah itu dengan kesabaran yang jarang sanggup ditunjukkan oleh siapa pun.

Orang-orang Islam seperti Abu Bakar dan Ali bin Abu Thalib masih memiliki keluarga dan suku yang membela mereka. Akan tetapi, orang-orang yang tertindas (mustadh’afun) dari kalangan hamba sahaya dan budak itu, tidak memiliki siapa pun, sehingga orang-orang Quraisy menyiksanya tanpa belas kasihan. Quraisy ingin menjadikan penyiksaan atas mereka sebagai contoh dan pelajaran bagi setiap orang yang ingin mengikuti ajaran Muhammad.

Kaum yang tertindas itu disiksa oleh orang-orang kafir Quraisy yang berhati sangat kejam dan tak mengenal kasih sayang, seperti Abu Jahal yang telah menodai dirinya dengan membunuh Sumayyah. Ia sempat menghina dan mencaci maki, kemudian menghunjamkan tombaknya pada perut Sumayyah hingga menembus punggung, dan gugurlah syuhada pertama dalam sejarah Islam.

Sementara itu, saudara-saudara seperjuangan Sumayyah, terutama Bilal bin Rabah, terus disiksa oleh Quraisy tanpa henti. Biasanya, apabila matahari tepat di atas ubun-ubun dan padang pasir Mekah berubah menjadi perapian yang begitu menyengat, orang-orang Quraisy itu mulai membuka pakaian orang-orang Islam yang tertindas itu, lalu memakaikan baju besi pada mereka dan membiarkan mereka terbakar oleh sengatan matahari yang terasa semakin terik. Tidak cukup sampai di sana, orang-orang Quraisy itu mencambuk tubuh mereka sambil memaksa mereka mencaci maki Muhammad.

Adakalanya, saat siksaan terasa begitu berat dan kekuatan tubuh orang-orang Islam yang tertindas itu semakin lemah untuk menahannya, mereka mengikuti kemauan orang-orang Quraisy yang menyiksa mereka secara lahir, sementara hatinya tetap pasrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kecuali Bilal, semoga Allah meridhainya. Baginya, penderitaan itu masih terasa terlalu ringan jika dibandingkan dengan kecintaannya kepada Allah dan perjuangan di jalan-Nya.

Orang Quraisy yang paling banyak menyiksa Bilal adalah Umayyah bin Khalaf bersama para algojonya. Mereka menghantam punggung telanjang Bilal dengan cambuk, namun Bilal hanya berkata, “Ahad, Ahad … (Allah Maha Esa).” Mereka menindih dada telanjang Bilal dengan batu besar yang panas, Bilal pun hanya berkata, “Ahad, Ahad ….“ Mereka semakin meningkatkan penyiksaannya, namun Bilal tetap mengatakan, “Ahad, Ahad….”

Mereka memaksa Bilal agar memuji Latta dan ‘Uzza, tapi Bilal justru memuji nama Allah dan Rasul-Nya. Mereka terus memaksanya, “Ikutilah yang kami katakan!”

Bilal menjawab, “Lidahku tidak bisa mengatakannya.” Jawaban ini membuat siksaan mereka semakin hebat dan keras.

Apabila merasa lelah dan bosan menyiksa, sang tiran, Umayyah bin Khalaf, mengikat leher Bilal dengan tali yang kasar lalu menyerahkannya kepada sejumlah orang tak berbudi dan anak-anak agar menariknya di jalanan dan menyeretnya di sepanjang Abthah Mekah. Sementara itu, Bilal menikmati siksaan yang diterimanya karena membela ajaran Allah dan Rasul-Nya. Ia terus mengumandangkan pernyataan agungnya, “Ahad…, Ahad…, Ahad…, Ahad….” Ia terus mengulang-ulangnya tanpa merasa bosan dan lelah.

Suatu ketika, Abu Bakar Rodhiallahu ‘anhu mengajukan penawaran kepada Umayyah bin Khalaf untuk membeli Bilal darinya. Umayyah menaikkan harga berlipat ganda. Ia mengira Abu Bakar tidak akan mau membayarnya. Tapi ternyata, Abu Bakar setuju, walaupun harus mengeluarkan sembilan uqiyah emas.

Seusai transaksi, Umayyah berkata kepada Abu Bakar, “Sebenarnya, kalau engkau menawar sampai satu uqiyah-pun, maka aku tidak akan ragu untuk menjualnya.”

Abu Bakar membalas, “Seandainya engkau memberi tawaran sampai seratus uqiyah-pun, maka aku tidak akan ragu untuk membelinya.”

Ketika Abu Bakar memberi tahu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bahwa ia telah membeli sekaligus menyelamatkan Bilal dari cengkeraman para penyiksanya, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Abu Bakar, “Kalau begitu, biarkan aku bersekutu denganmu untuk membayarnya, wahai Abu Bakar.”

Ash-Shiddiq Rodhiallahu ‘anhu menjawab, “Aku telah memerdekakannya, wahai Rasulullah.”

Setelah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengizinkan sahabat-sahabatnya untuk hijrah ke Madinah, mereka segera berhijrah, termasuk Bilal Rodhiallahu ‘anhu. Setibanya di Madinah, Bilal tinggal satu rumah dengan Abu Bakar dan ‘Amir bin Fihr. Malangnya, mereka terkena penyakit demam. Apabila demamnya agak reda, Bilal melantunkan gurindam kerinduan dengan suaranya yang jernih :

Duhai malangnya aku, akankah suatu malam nanti
Aku bermalam di Fakh dikelilingi pohon idzkhir dan jalil
Akankah suatu hari nanti aku minum air Mijannah
Akankah aku melihat lagi pegunungan Syamah dan Thafil

Tidak perlu heran, mengapa Bilal begitu mendambakan Mekah dan perkampungannya; merindukan lembah dan pegunungannya, karena di sanalah ia merasakan nikmatnya iman. Di sanalah ia menikmati segala bentuk siksaan untuk mendapatkan keridhaan Allah. Di sanalah ia berhasil melawan nafsu dan godaan setan.

Bilal tinggal di Madinah dengan tenang dan jauh dari jangkauan orang-orang Quraisy yang kerap menyiksanya. Kini, ia mencurahkan segenap perhatiannya untuk menyertai Nabi sekaligus kekasihnya, Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam. Bilal selalu mengikuti Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam ke mana pun beliau pergi.

Selalu bersamanya saat shalat maupun ketika pergi untuk berjihad. Kebersamaannya dengan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam ibarat bayangan yang tidak pernah lepas dari pemiliknya.

Ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam selesai membangun Masjid Nabawi di Madinah dan menetapkan azan, maka Bilal ditunjuk sebagai orang pertama yang mengumandangkan azan (muazin) dalam sejarah Islam.

Biasanya, setelah mengumandangkan azan, Bilal berdiri di depan pintu rumah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam seraya berseru, “Hayya ‘alashsholaati hayya ‘alalfalaahi…(Mari melaksanakan shalat, mari meraih keuntungan….)” Lalu, ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam keluar dari rumah dan Bilal melihat beliau, Bilal segera melantunkan iqamat.

Suatu ketika, Najasyi, Raja Habasyah, menghadiahkan tiga tombak pendek yang termasuk barang-barang paling istimewa miliknya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengambil satu tombak, sementara sisanya diberikan kepada Ali bin Abu Thalib dan Umar ibnul Khaththab, tapi tidak lama kemudian, beliau memberikan tombak itu kepada Bilal. Sejak saat itu, selama Nabi hidup, Bilal selalu membawa tombak pendek itu ke mana-mana. Ia membawanya dalam kesempatan dua shalat ‘id (Idul Fitri dan Idul Adha), dan shalat istisqa’ (mohon turun hujan), dan menancapkannya di hadapan beliau saat melakukan shalat di luar masjid.

Bilal menyertai Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam dalam Perang Badar. Ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah memenuhi janji-Nya dan menolong tentara-Nya. Ia juga melihat langsung tewasnya para pembesar Quraisy yang pernah menyiksanya dengan hebat. Ia melihat Abu Jahal dan Umayyah bin Khalaf tersungkur berkalang tanah ditembus pedang kaum muslimin dan darahnya mengalir deras karena tusukan tombak orang-orang yang mereka siksa dahulu.

Ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menaklukkan kota Mekah, beliau berjalan di depan pasukan hijaunya bersama ’sang pengumandang panggilan langit’, Bilal bin Rabah. Saat masuk ke Ka’bah, beliau hanya ditemani oleh tiga orang, yaitu Utsman bin Thalhah, pembawa kunci Ka’bah, Usamah bin Zaid, yang dikenal sebagai kekasih Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan putra dari kekasihnya, dan Bilal bin Rabah, Muazin Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam.

Shalat Zhuhur tiba. Ribuan orang berkumpul di sekitar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, termasuk orang-orang Quraisy yang baru masuk Islam saat itu, baik dengan suka hati maupun terpaksa. Semuanya menyaksikan pemandangan yang agung itu. Pada saat-saat yang sangat bersejarah itu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam memanggil Bilal bin Rabah agar naik ke atap Ka’bah untuk mengumandangkan kalimat tauhid dari sana. Bilal melaksanakan perintah Rasul Shalallahu ‘alaihi wasallam dengan senang hati, lalu mengumandangkan azan dengan suaranya yang bersih dan jelas.

Ribuan pasang mata memandang ke arahnya dan ribuan lidah mengikuti kalimat azan yang dikumandangkannya. Tetapi di sisi lain, orang-orang yang tidak beriman dengan sepenuh hatinya, tak kuasa memendam hasad di dalam dada. Mereka merasa kedengkian telah merobek-robek hati mereka.

Saat azan yang dikumandangkan Bilal sampai pada kalimat, “Asyhadu anna muhammadan rasuulullaahi (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)”.

Juwairiyah binti Abu Jahal bergumam, “Sungguh, Allah telah mengangkat kedudukanmu. Memang, kami tetap akan shalat, tapi demi Allah, kami tidak menyukai orang yang telah membunuh orang-orang yang kami sayangi.” Maksudnya, adalah ayahnya yang tewas dalam Perang Badar.

Khalid bin Usaid berkata, “Aku bersyukur kepada Allah yang telah memuliakan ayahku dengan tidak menyaksikan peristiwa hari ini.” Kebetulan ayahnya meninggal sehari sebelum Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam masuk ke kota Mekah..

Sementara al-Harits bin Hisyam berkata, “Sungguh malang nasibku, mengapa aku tidak mati saja sebelum melihat Bilal naik ke atas Ka’bah.”

AI-Hakam bin Abu al-’Ash berkata, “Demi Allah, ini musibah yang sangat besar. Seorang budak bani Jumah bersuara di atas bangunan ini (Ka’bah).”

Sementara Abu Sufyan yang berada dekat mereka hanya berkata, “Aku tidak mengatakan apa pun, karena kalau aku membuat pernyataan, walau hanya satu kalimat, maka pasti akan sampai kepada Muhammad bin Abdullah.”

Bilal menjadi muazin tetap selama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam hidup. Selama itu pula, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam sangat menyukai suara yang saat disiksa dengan siksaan yang begitu berat di masa lalu, ia melantunkan kata, “Ahad…, Ahad… (Allah Maha Esa).”

Sesaat setelah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengembuskan napas terakhir, waktu shalat tiba. Bilal berdiri untuk mengumandangkan azan, sementara jasad Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam masih terbungkus kain kafan dan belum dikebumikan. Saat Bilal sampai pada kalimat, “Asyhadu anna muhammadan rasuulullaahi (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)”, tiba-tiba suaranya terhenti. Ia tidak sanggup mengangkat suaranya lagi. Kaum muslimin yang hadir di sana tak kuasa menahan tangis, maka meledaklah suara isak tangis yang membuat suasana semakin mengharu biru.

Sejak kepergian Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, Bilal hanya sanggup mengumandangkan azan selama tiga hari. Setiap sampai kepada kalimat, “Asyhadu anna muhammadan rasuulullaahi (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)”, ia langsung menangis tersedu-sedu. Begitu pula kaum muslimin yang mendengarnya, larut dalam tangisan pilu.

Karena itu, Bilal memohon kepada Abu Bakar, yang menggantikan posisi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam sebagai pemimpin, agar diperkenankan tidak mengumandangkan azan lagi, karena tidak sanggup melakukannya. Selain itu, Bilal juga meminta izin kepadanya untuk keluar dari kota Madinah dengan alasan berjihad di jalan Allah dan ikut berperang ke wilayah Syam.

Awalnya, ash-Shiddiq merasa ragu untuk mengabulkan permohonan Bilal sekaligus mengizinkannya keluar dari kota Madinah, namun Bilal mendesaknya seraya berkata, “Jika dulu engkau membeliku untuk kepentingan dirimu sendiri, maka engkau berhak menahanku, tapi jika engkau telah memerdekakanku karena Allah, maka biarkanlah aku bebas menuju kepada-Nya.”

Abu Bakar menjawab, “Demi Allah, aku benar-benar membelimu untuk Allah, dan aku memerdekakanmu juga karena Allah.”

Bilal menyahut, “Kalau begitu, aku tidak akan pernah mengumandangkan azan untuk siapa pun setelah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam wafat.”

Abu Bakar menjawab, “Baiklah, aku mengabulkannya.” Bilal pergi meninggalkan Madinah bersama pasukan pertama yang dikirim oleh Abu Bakar. Ia tinggal di daerah Darayya yang terletak tidak jauh dari kota Damaskus. Bilal benar-benar tidak mau mengumandangkan azan hingga kedatangan Umar ibnul Khaththab ke wilayah Syam, yang kembali bertemu dengan Bilal Radhiallahu ‘anhu setelah terpisah cukup lama.

Umar sangat merindukan pertemuan dengan Bilal dan menaruh rasa hormat begitu besar kepadanya, sehingga jika ada yang menyebut-nyebut nama Abu Bakar ash-Shiddiq di depannya, maka Umar segera menimpali (yang artinya), “Abu Bakar adalah tuan kita dan telah memerdekakan tuan kita (maksudnya Bilal).”

Dalam kesempatan pertemuan tersebut, sejumlah sahabat mendesak Bilal agar mau mengumandangkan azan di hadapan al-Faruq Umar ibnul Khaththab. Ketika suara Bilal yang nyaring itu kembali terdengar mengumandangkan azan, Umar tidak sanggup menahan tangisnya, maka iapun menangis tersedu-sedu, yang kemudian diikuti oleh seluruh sahabat yang hadir hingga janggut mereka basah dengan air mata. Suara Bilal membangkitkan segenap kerinduan mereka kepada masa-masa kehidupan yang dilewati di Madinah bersama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam..Bilal, “pengumandang seruan langit itu”, tetap tinggal di Damaskus hingga wafat.

Disalin dari Biografi Ahlul Hadits, yang bersumber dari Shuwar min Hayaatis Shahabah, karya Doktor ‘Abdurrahman Ra’fat Basya

Nah, Bagaimanakah irama azan Bilal yang sebenarnya? Kita masih dapat mengetahui irama tersebut berkat adanya sanad berijazah yang diteruskan secara sambung bersambung hingga har ini. Seperti yang dilantukan oleh Syaikh Hisyam At-Thiyyarah berikut ini.


loading...

[Khutbah Jum'at] Hiduplah Di Dunia Laksana Seorang Asing Atau Musafir Yang Singgah di Perjalanan

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
مَعَاشِرَ المُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله

Marilah kita senantiasa meningkatkan mutu keimanan dan kualitas ketaqwaan kita, dengan senantiasa mengoptimalkan ketaatan kita kepada Allah SWT dalam kehidupan dunia yang fana ini.

مَعَاشِرَ المُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله

Imam al-Bukhari dalam riwayat haditsnya menceritakan bahwa suatu ketika Rasulullah saw. memegang pundak Abdullah bin Umar r.a sambil berkata:

كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ

Artinya:
"Jadilah kamu di dunia ini seakan-akan orang asing atau seorang pengembara"

Ungkapan pendek Rasulullah ini memberikan pelajaran yang luas dan mendalam. Sungguh, manusia yang normal, hatinya tidak akan melekat bergantung kepada sesuatu di negeri yang asing baginya, justru hatinya akan senantiasa terikat dengan negeri asalnya. Sebagus apapun hidup terasing di negeri asing, pasti dia akan tetap berpikir bagaimana kembali kenegeri asalnya, dan memperbaiki kehidupan di negeri yang tidak asing baginya.

Begitu juga seorang pengembara atau musafir, dia tidak akan membawa sesuatu yang justru akan membuat dia payah dalam perjalanannya. Dia tidak akan membangun istana di perjalanannya, yang kelak akan dia tinggalkan dan tidak akan kembali lagi. Oleh sebab itulah maka Rasulullah meminta untuk memposisikan hidup didunia seperti orang asing atau pengembara.

مَعَاشِرَ المُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله

Bekal terbaik dalam perjalanan dunia ini adalah taqwa, yakni menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Allah berfirman:

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ

Artinya:
Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa, dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal. (QS. Al Baqarah : 197)

Alangkah sangat disayangkan dan tidak masuk akal jika dalam pengembaraan di tempat yang asing dan fana ini justru perbekalan terbaik dibuang, kemudian ditukar dengan sesuatu dari negeri asing nan fana ini. Dengan alasan untuk memakmurkan negeri fana ini, taqwa justru dibuang, aturan Allah disingkirkan, syari’ah-Nya di pinggirkan untuk kemudian diganti dengan aturan-aturan yang mengatasnamakan rakyat, yang pada faktanya hanya berpihak pada konglomerat dan semakin menyengsarakan rakyat.

Sungguh ketika taqwa, bekal terbaik ini, kita tukar dengan sesuatu di negeri asing yang fana ini, maka penderitaanlah yang akan kita peroleh, bukan hanya di negeri tujuan yg kekal, namun penderitaan ini juga terasa di negeri asing nan fana ini.

Seorang musafir yang berakal tidak akan menghabiskan uangnya untuk membeli koper besar yang penuh dengan barang-barang yg tidak diperlukan di negeri asalnya. Karena koper besar itu justru akan membebani dirinya dan cenderung membuat dirinya kelelahan dalam perjalanan, yang pada gilirannya akan membuat dirinya menderita di perjalanan dg membawa sesuatu yg tdk berguna di negeri asalnya.

Kaum Muslimin Jamaah Jumat yang dirahmati Allah SWT

Namun banyak yang lupa bahwa dunia sejatinya adalah sebuah terminal persinggahan untuk menuju terminal terakhir, kehidupan akhirat yang kekal. Saat ini kita berkelana di atasnya sebagai seorang pengembara atau musafir menempuh perjalanan yang sangat jauh menuju terminal terakhir. Di sanalah kelak orang akan menuai kebahagiaan yang sejati, sebagaimana juga akan menuai penderitaan yang abadi. Allah berfirman:

بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا – وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى

Artinya:
"Tetapi kamu orang-orang kafir memilih kehidupan dunia. Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS al-A’la [87]: 16-17)

Semoga dengan sisa umur kita di dunia ini, Allah menjadikan kita sebagai musafir cerdas yang tidak tertipu dengan dunia dengan menjual bekal terbaik kita yakni taqwa. Semoga Allah memberi kekuatan kepada kita untuk mengorbankan sebagian kesenangan kesenangan dunia kita untuk kita jadikan bekal menuju tempat abadi kelak, meluangkan waktu kita untuk mengkaji aturan-aturan Allah dan berupaya seoptimal mungkin untuk mengamalkan, menyebarkan dan memperjuangkannya. Hanya dengan itulah bekal taqwa akan kita peroleh. Bekal yang akan memudahkan kehidupan diperjalanan dunia, bahkan ketika sampai ke tempat tujuan. Allah berfirman:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Artinya:
Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al A’raf : 96)

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْاَنِ الْعَظِيم، وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الاَيَاتِ وَ الذِّكْرِ الحَْكِيْم اَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاَسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيمَْ – لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ فَاسْتَغْفِرُوهُ اِنَّهُ هُوَالْغَفُوْرُ الرَّحِيمِ

Khutbah Kedua:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. عِبَادَ الله، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَقَرَابَتِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ أَجْمَعِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ جَمِيْعَ وُلاَةَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَانْصُرِ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

loading...

Wednesday, August 8, 2018

Kumpulan Kata Mutiara [Quoates] Bya HAMKA (Haji Abdul Malik Karim Amrullah]

Walaupun telah lama meninggalkan kita, nama dan jasa Buya Hamka  serasa tak mudah untuk dilupakan. Melalui karyanya, kata-kata nasihatnya, membuat kita merasa seakan-akan beliau masih berada di tengah-tengah kita.

Sebelum meninggalkan dunia menuju ke alam barzakh, beliau telah meninggalkan banyak kata-kata hikmah yang berharga untuk kita.

Nama lengkap beliau adalah Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Beliau dilahirkan  di Sungai Batang, Maninjau, Sumatera Barat, pada tanggal 17 Februari 1908. 

Sepanjang hidupnya, beliau mengabdikan diri sebagai seorang penulis, politikus, aktivis dan ulama hingga beliau tutup mata meninggal dunia pada 24 Julai 1981.

Semasa hayatnya, beliau pernah menerima beberapa penghargaan yang tinggi tarafnya. Beliau pernah mendapat:
  • Doktor Kehormat dari Universiti al-Azhar Mesir pada 1959M.
  • Guru Besar (Profesor) oleh Universiti Moestopo Jakarta pada 1960M.
  • Doktor Kehormat oleh Universiti Kebangsaan Malaysia pada 1974M.
  1. Walaupun musnah harta dan benda, harga diri janganlah jatuh
  2. Kecantikan yang abadi terletak pada keelokan adab dan ketinggian ilmu seseorang. Bukan terletak pada wajah dan pakaiannya.
  3. Pepatah orang Makassar: Anak lelaki tak boleh dihiraukan panjang. Hidupnya ialah untuk berjuag. Jikalau perahunya telah ia kayuh ke tengah, Ia tidak boleh bersurut pulang, Meskipun bagaimana besar gelombang, Biarkan kemudi patah, biarkan layar robek, Ia lebih mulia baginya dari pada membalik haluan pulang.
  4. Jangan bersikap melebihi daripada ukuran diri, baik waktu duduk dalam satu majlis atau dalam cara berpakaian, cara berkenderaan, cara makan dan minum, cara berumah tiang dan berbujang pelayan, hendaklah tubuh sepanjang berbayang-bayang; yakni bersikap sederhana.
  5. Pergaulan mempengaruhi didikan otak. Oleh itu, untuk kebersihan jiwa hendaklah bergaul dengan orang beradab dan berbudi mulia yang dapat kita kutip manfaatnya.
  6. Kemerdekaan sauatu negara dapat dijamin teguh berdiri apabila berpangkal pada kemerdekaan jiwa.
  7. Dia lupa...nikmat yang ada dalam tanggnya dia lupa karena mengharapkan nikmat yang akan datang. 
  8. Bukan dilarang membuat cita-cita yang baru tetapi berfikirlah dengan wajar, yang akan datang itu disyukuri yang telah ada itu lebih disyukuri lagi. 
  9. Orang gelisah kerana mengharapkan yang baru, dia lupa keadaan kekayaan yang sedia ada.
  10. Jangan takut jatuh, kerana yang tidak pernah memanjatlah yang tidak pernah jatuh. Yang takut gagal, kerana yang tidak pernah gagal hanyalah orang-orang yang tidak pernah melangkah. Jangan takut salah, kerana dengan kesalahan yang pertama kita dapat menambah pengetahuan untuk mencari jalan yang benar pada langkah yang kedua.
  11. Jika engkau fikir miskin, senangkan pulalah hatimu kerana engkau telah terlepas dari suatu penyakit jiwa, penyakit kesombongan yang selalu menimpa orang kaya. Senangkan hatimu kerana tiada orang yang akan hasad dengki kepada engkau lagi lantaran kemiskinanmu. 
  12. Kefakiran dan kemiskinan adalah nikmat, yang tidak ada jalan bagi orang lain buat kecil hati dan tidak ada pintu bagi kebencian.
  13. Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencuba, kerana di dalam mencuba itulah kita menemukan dan belajar membangunkan kesempatan untuk berhasil
  14. Supaya engkau beroleh sahabat, hendaklah diri engkau sendiri sanggup menyempurnakan menjadi sahabat orang.
  15. Meninjau sejarah hendaklah dengan rasa cinta, seakan-akan kita turut hidup dengan mereka. Oleh itu, rasa hati dan suka duka kita sekarang, adalah rasa hati dan suka duka yang telah mereka tinggalkan buat selama-lamanya.
  16. Jangan ditangisi barang yang hilang, tetapi syukurilah apa yang masih ada. Kelak jika yang masih ada itu hilang, ditangisi pula.
  17. Hata hukama: Hendaklah adab sopan anak-anak itu dibentuk sejak kecil kerana ketika kecil mudah membentuk dan mengasuhnya. Belum dirosakkan oleh adat kebiasaan yang sukar ditinggalkan.
  18. Biarpun seribu kapal tenggelam di tengah lautan, tetapi cita-cita manusia tidak pernah padam.
  19. Kita harus yakin bahawa apa yang ditentukan oleh Allah buat kita, itulah yang terbaik.
  20. Kalau hidup sekadar hidup, babi di hutan juga hidup. Kalau bekerja sekadar bekerja, kera juga bekerja.
Semoga rahmat Allah SWT senantiasa tercurah kepada Buya.
loading...