Thursday, July 25, 2013

Makalah: Sejarah Perkembangan Filologi [Download .Pdf .Doc Available]

Bagi yang membutuhkan makalah tentang sejarah perkembangan Filologi, berikut admin share salah satu makalah yang barangkali bisa membantu. Link download dalam format Microsoft word tersedia di akhir tulisan. Terima kasih.

SEJARAH PERKEMBANGAN FILOLOGI
A. Pengertian Filologi
Kita ketahui bahwa sejarah perjalanan umat manusia telah dimulai sejak lama, secara pasti tidak. Diketahui berapa ribu atau berapa juta tahun yang lalu umur sejarah manusia di muka bumi ini dimulai. Bukti-bukti sejarah kehidupan manusia di masa lampau itu dapat kita temukan di masa kini.
Banyak peninggalan nenek moyang yang bisa kita jumpai, baik dalam bentuk benda fisik seperti candi, prasasti, senjata, alat-alat rumah tangga, atau naskah, maupun dalam bentuk nonfisik seperti tradisi, budaya, pola pikir, dan sejenisnya. Sebagai manusia dan bangsa yang menghargai peninggalan nenek moyangnya, upaya mempelajari, melestarikan, dan menumbuh kembangkan warisan leluhur itu Kita lakukan.
Naskah-naskah klasik sebagai salah satu jenis produk budaya pada masa lampau cukup penting keberadaannya. Penting karena dalam naskah-naskah tersebut terkandung banyak hasil pemikiran pada cendikiawan pendahulu kita yang kini kita warisi. Karya-karya tersebut harus kita pelajari agar hormat kita kepada nenek moyang kita bertambah karena perkenalan kita dengan karya-karya mereka yang berkualitas. Beragamnya warisan sastra klasik bangsa kita oleh para pakar disebutnya dengan beberapa istilah. Akan tetapi, yang dimaksud tetap sama, mengacu kepada karya-karya tradisional dari daerah-daerah nusantara. Keragaman yang ditandai bahasa yang digunakan, beragama karena budaya yang mereka kenalkan lewat karya-karyanya, beragam karena pemikiran yang mereka lontarkan. Keseragaman pada satu hal, yakni hampir semua karya mereka tidak pernah dimilikinya sebagai karya sendiri. Jarang yang mencantumkan penulis dalam karya klasik. Penulis atau mungkin penyalin beranggapan bahwa karya itu milik bersama.
Keragaman karya klasik itu dapat ditinjau dari berbagai segi yang umum, yakni (1) naskah- naskah yang berisi teks sejarah, (2) naskah-naskah keagamaan, (3) naskah-naskah sains, dan (4) naskah-naskah kesusastraan. Naskah yang sangat berharga itu berserakan tempatnya. Banyak yang belum dikenal masyarakat. Kekhawatiran atas kepunahan nasakah itu harus diwaspadai, harus ada yang mencoba melestarikannya, harus ada yang mengenalkannya dalam bahasa sekarang. Oleh karena itu, salah satu studi keilmuan mengarahkan pandangannya ke sana, pada naskah-naskah, yaitu filologi. Filologi merupakan salah satu bentuk usaha manusia menggali harta terpendam itu.
Lebih khusus lagi, Filologi merupakan ilmu yang bidang kajiannya adalah meneliti naskah- naskah klasik peninggalan masa lalu. Kajian atau studi yang dilakukan dalam filoogi merupakan kajian kritis karena di dalamnya ada proses memilah dan memilih dengan tingkat kehati-hatian yang sangat tinggi. Segala sesuatu dilakukan untuk mendapat naskah asli atau setidaknya mendekati keaslian. Dalam filologi, naskah yang demikian disebut naskah yang autoritatif.
Penelitian naskah dalam filologi tidak hanya meneliti bentuk fisik naskah tetapi juga sampai kandungan terdalam yang ada di dalamnya. Ada upaya untuk merekonstruksiatau menghadirkan kembali ide-ide, pola pikir, atau rumusan-rumusan hikmah kehidupan yang telah dicapai para pendahulu kita.
Dengan demikian filologi merupakan ilmu yang menghubungkan kita dangan landasan kokoh masa lalu agar maksimal meningkatkan kualitas kita (sebagai bangsa yang memiliki sejarah yang demikian panjang) di masa kini dan masa yang akan datang.

B. Tujuan Filologi
Secara umum, filologi bertujuan mengungkapkan hasil pemikiran, pengalaman, dan budaya yang hidup pada masa lalu. Dengan cara seperti itu muncul juga manfaatnya, yakni terkodifikasinya nilai-nilai budaya klasik, melestarikan budaya yang terkandung dalam naskah itu dan memperkenalkannya kepada masyarkat.
Tujuan-tujuan khusus yang menjadi ciri khas flologi sebagai berikut:
1. mengungkapkan gambaran naskah dari segi fisik dan isinya;
2. mengemukakan persamaan dan perbedaan antarnaskah yang berbeda;
3. menjelaskan pertalian antarnaskah.
4. menguraikan fungsi isi, cerita dan fungsi teksnya.
5. Menyajikan suntingan teks yang mendekati teks asli, autoritatif, bersih dari kesalahan untuk keperluan penelitian dalam berbagai bidang ilmu (sastra, bahasa, filsafat).
6. Menyajikan terjemahan hasil suntingan teks dan tulisan dan bahasa yang mudah dipahami masyarakat luas (misalnya dalam tulisan dan bahasa Indonesia).

Kebudayaan Yunani lama memiliki pengaruh cukup besar bagi masyarakat Barat pada umumnya. Peranan nilai-nilai kebudayaan Yunani lama terlihat dari berbagai aspek kehidupan. Mitologi Yunani sering dirasa pas untuk mengungkapkan pikiran. Bahkan para ilmuwan sering menggunakan istilah yang berasal dari legenda Yunani kuna.
Menyajikan ilmu Yunani kuna sangat penting, mengingat kebudayaan Yunani kuna hingga saat ini tetap dianggap sebagai sumber bagi segala ilmu pengetahuan. Usaha untuk mengungkapkan kebudayaan Yunani kuna ini dilakukan oleh ilmu filologi yang juga berasal dari kebudayaan Yunani kuna.

C. Filologi di Eropa Daratan
Ilmu filologi diketahui berasal dari kawasan kerajaan Yunani, tepatnya di kota Iskandariyah. Pada abad ke-3 s.M, bangsa ini berhasil membaca naskah-naskah Yunani lama yang berasal dari abad ke-8 s.M. dalam huruf yang berasal dari huruf bangsa Funisia, dan kemudian dikenal sebagai huruf Yunani. Huruf-huruf ini ditulis pada satu sisi bahan yang terbuat dari daun papirus. Bentuknya berupa gulungan, sehingga tidak mudah untuk menyimpannya karena memerlukan tempat yang luas, dan setelah dibaca harus digulung kembali agar bagian awal naskah selalu berada di depan. Isinya adalah rekaman tradisi lisan mereka pada abad-abad sebelumnya. Bahan yang diteliti antara lain karya sastra Homerus, dan ilmu pengetahuan yang hingga saat ini tetap memiliki nilai agung seperti tulisan Socrates dan Aristoteles.
Pada abad ke-3 S.M, kota Iskandariyah merupakan pusat ilmu pengetahuan. Banyak naskah dengan berbagai disiplin ilmu ditelaah. Naskah-naskah tersebut dikenali huruf-hurufnya, bahasanya, dan dipahami isinya. Kemudian naskah tersebut ditulis kembali dengan huruf dan bahasa yang digunakan pada saat pengerjaan itu. Para penggarap naskah ini kemudian dikenal sebagai ahli filologi. Dan metode yang mereka gunakan kemudian disebut ilmu filologi.
Penggarapan naskah tidak hanya dilakukan demi ilmu pengetahuan. Naskah-naskah juga disalin untuk kemudian diperdagangkan. Semakin banyak usaha penyalinan naskah, namun semakin besar pula kemungkinan terjadinya kerusakan pada bacaan, karena proses penyalinan yang tidak sesuai, atau pun karena kemampuan penyalin yang terbatas. Kegiatan filologi Iskandariyah makin ramai hingga jatuhnya kota ini ke tangan bangsa Romawi pada abad ke-1 s.M. Selanjutnya, kegiatan filologi berpusat di kota Roma. Bahan telaah utamanya tetap naskah Yunani kuna. Pada abad kesatu, perkembangannya berupa pembuatan resensi naskah-naskah tertentu. Kegiatan ini terus berkembang hingga pada abad ke-4 kerajaan Romawi terpecah menjadi Romawi Barat dan Romawi Timur. Peristiwa ini mempengaruhi perkembangan filologi selanjutnya.

D. Filologi di Romawi Barat dan Romawi Timur
Di daerah Romawi Barat, kegiatan filologi mengikuti kegiatan filologi Yunani abad ke-3 S.M. Penggarapan naskah dalam bahasa Latin yang sudah digarap secara filologis sejak abad ke-3 S.m. Bentuk naskah latin itu berupa puisi dan prosa yang banyak mewarnai dunia pendidikan di Eropa pada abad-abad selanjutnya. Tradisi ini dikembangkan di kerajaan Romawi Barat, dan bahasa Latin menjadi bahasa ilmu pengetahuan. Sejak terjadi Kristenisasi di Eropa, kegiatan filologi digunakan untuk kepentingan agama, dan naskah-naskah Yunani kuna ditinggalkan karena dianggap jahiliah. Sejak abad ke-4, mulai digunakan codex (bentuk buku) menggunakan bahan kulit binatang yang lebih awet dari pada papirus, dan lebih mudah dibaca karena telah dilengkapi dengan nomor halaman.
Pada waktu telaah teks Yunani di Romawi Barat tampak mundur, tampak mulai bermunculan pusat-pusat teks Yunani di Romawi Timur. Masing-masing kota menjadi pusat studi dalam bidang tertentu yang selanjutnya berkembang menjadi perguruan tinggi dan menghasilkan tenaga ahli dalam bidang masing-masing. Pada masa ini, mulai muncul kebiasaan menulis tafsir di tepi sebuah naskah, yang disebut scholia. Meskipun begitu, Romawi Timur dianggap kurang ahli dalam menelaah teks-teks Yunani lama. Hal ini melatar belakangi diadakannya kuliah filologi di berbagai perguruan tinggi.

E. Filologi di Zaman Renaisans
Menyebarnya era Renaisans di Eropa pada abad ke-13 hingga ke-16 menyebabkan munculnya kecenderungan pada aliran humanisme. Kata asal uhumanisme” dari “uhumaniora” (kata Yunani) atau “uamunista” (kata Latin), yang semula berarti guru yang mengelola tata bahasa, retorika, puisi, dan filsafat. Karena bahan yang diperlukan berasal dari teks klasik, terjadi pergeseran arti menjadi aliran yang mempelajari sastra klasik untuk menggali kandungan isinya. Maka, kegiatan telaah teks lama timbul kembali. Ketika kekuasaan Romawi Timur (Bizantium) jatuh ke tangan bangsa Turki pada abad ke-15, ahli filologi berpindah ke Eropa Selatan, terutama Roma. Di sana mereka menjadi pengajar, penyalin naskah, atau penerjemah teks Yunani dalam bahasa Latin. Penemuan mesin cetak oleh Gutenberg pada abad ke-15 juga mempengaruhi perkembangan filologi. Kemudahan menyalin naskah dan kebutuhan naskah yang semakin meningkat dari perguruan tinggi meningkatkan perkembangan filologi. Filologi juga digunakan untuk kepentingan telaah ilmu agama. Dalam perkembangannya, filologi sempat digunakan untuk mengkaji naskah nonklasik. Hasilnya, pengertian filologi menjadi kabur dengan ilmu bahasa. Mulai abad ke-19 ilmu bahasa itu berdiri sendiri, menjadi Linguistik, dan Filologi mendapat pengertian aslinya kembali.

F. Filologi di Kawasan Timur Tengah
Bangsa Yunani lama telah sejak lama menanamkan kebudayaannya hingga di kawasan Timur Tengah. Ide filsafati dan ilmu eksakta daerah Timur Tengah terutama didapat dari bangsa Yunani lama. Perguruan tinggi sebagai pusat berbagai ilmu pengetahuan yang berasal dari Yunani. Dalam perkembangan sejarahnya, puncak perkembangan ilmu pengetahuan Yunani di kawasan Timur Tengah yaitu pada zaman dinasti Abasiyah. Pada masa kepemimpinan Makmun (809-833) perkembangan itu mencapai puncaknya. Diistananya terkumpul sejumlah ilmuwan dari negara lain yang mempelajari berbagai disiplin ilmu dan diberi fasilitas yang baik.
Dikenal ada tiga penerjemah handal pada saat itu. Salah satunya adalah Hunain yang melakukan banyak hal dengan mendata naskah-naskah yang diterjemahkan maupun yang belum diterjemahkan, dan tempat penyimpanannya secara lengkap. Ia juga melakukan kritik teks yang tajam dengan jangkauan naskah sebanyak mungkin. Berkatnya dapat diketahui metode filologi yang digunakan pada saat itu. Kegiatan filologi juga diterapkan pada naskah-naskah yang dihasilkan penulis dari daerah itu.
Timur Tengah dikenal memiliki dokumen lama berisi nilai-nilai agung. Sebelum kedatangan Islam, Timur Tengah telah memiliki karya sastra yang mengagumkan. Setelah kedatangan Islam pun karya sastra mistik Islam berkembang maju. Kedatangan bangsa Barat di kawasan ini menyebabkan karya sastra mereka dikenal dunia Barat. Meluasnya kekuasaan dinasti Umayah ke Spanyol dan Andalusia membawa ilmu pengetahuan Yunani yang telah diserap bangsa Arab kembali ke Eropa dengan baju Islam. Hingga Bahasa Arab dipelajari sebagai alat untuk mempelajari naskah-naskah yang ditulis dalam bahasa tersebut. Terdapat pusat studi ketimuran di berbagai tempat di Eropa yang menghasilkan ahli- ahli dalam mengkaji naskah-naskah Timur Tengah.

G.Filologi di Kawasan Asia India
Sejak beberapa abad sebelum Masehi, bangsa Asia telah memiliki peradaban yang tinggi. Sejak mengenal huruf, sebagian besar kebudayaan mereka ditulis dalam bentuk naskah yang memberi banyak informasi mengenai kehidupan mereka di masa lampau. Di antara bangsa Asia yang dipandang memiliki dokumen masa lampau adalah India. Penelitian terhadap India menunjukkan adanya kontak secara langsung dengan Yunani pada zaman Raja Iskandar Zulkarnain yang melakukan perjalanan sampai India pada abad ke-3. Terlihat adanya perpaduan dengan kebudayaan Yunani pada bentuk patung dan nilai-nilai ilmunya. Sejak abad ke-1 mulai terjadi kontak langsung bangsa India dengan Cina.
Sekelompok pendeta Buddha mengadakan perjalanan dakwah ke Cina, dan sesudah itu musafir Cina berziarah ke tempat-tempat suci agama Buddha di India. Dalam perjalanan itu, mereka sempat menerjemahkan naskah-naskah India ke dalam bahasa Cina. Bahkan ada ringkasan delapan bab ilmu kedokteran India dalam bahasa Cina. Kontak antara bangsa India dengan Timur Tengah mungkin terjadi sejak awal sebelum bertemu dengan bangsa lain. Kemungkinan ini sangat kuat mengingat letak geografis kedua kebudayaan besar ini berdekatan tanpa terbatas kondisi alam tertentu. Sayangnya belum didapati keterangan yang memadai dari sedikit dokumen yang menunjukkan kontak antara keduanya. Hanya terdapat terjemahan naskah India ke dalam bahasa Persi dan catatan musafir Arab-Persi mengenai beberapa aspek kebudayaan India dalam kunjungannya ke tempat tersebut. Naskah India yang dipandang paling tua berupa kesusastraan Weda, ialah kitab suci agama Hindu yang disusun mungkin pada abad ke-6 s.M. Setelah periode Weda disusunlah naskah- naskah kitab suci lain. Selain naskah dengan nilai agama dan filsafat, ada juga naskah lama India yang berisi wiracarita misalnya Mahabarata dan Ramayana serta karya yang berisi ilmu pengetahuan seperti ilmu kedokteran, tata bahasa, hukum, dan politik. Telaah Filologi terhadap naskah-naskah India baru dilakukan setelah adanya kontak dengan bangsa Barat, yaitu setelah ditemukannya jalan laut ke India. Proses mengenal kubudayaan India bertahap, mulai dari bahasa daerah, bahasa Sansekerta, baru kemudian ditemukan kitab Weda. Sejak itu lah kegiatan filologi terhadap naskah India semakin berkembang dan membuahkan hasil yang sangat berarti seperti berbagai kamus dan tata bahasa Sansekerta.
H. Filologi di Kawasan Nusantara
Nusantara adalah kawasan yang termasuk Asia Tenggara. Seperti kawasan Asia pada umumnya, Nusantara telah memiliki peradaban tinggi dan diwariskan pada generasi selanjutnya melalui berbagai media, salah satunya tulisan berupa naskah. Kawasan Nusantara terbagi dalam berbagai etnis dengan ciri khas masing-masing tanpa meninggalkan sifat khas kebudayaan Nusantara. Keinginan untuk mengkaji naskah-naskah Nusantara hadir setelah ketangan bangsa Barat. Yang pertama menyadari nilai berharga naskah Nusantara adalah pedagang yang ingin mendapat untung dari penjualan naskah tersebut. Datangnya bangsa Barat dan ditulisnya buku tentang kebudayaan Nusantara oleh Frederik de Houtman menimbulkan minat besar bangsa Barat pada Nusantara.
Dan walaupun terdapat beragam suku dengan bahasa yang berbeda-beda namun untuk mendekati bangsa ini langkah pertama yang diperlukan adalahkemampuan bahasa Melayu. Karena kemampuan berbahasa Melayu akan membuka komunikasi dengan pribumi dan bangsa lain yang juga mengunjungi daerah ini. Selanjutnya pengamatan terhadap bahasa melalui pembacaan naskah dilanjutkan oleh para penginjil yang dikirim dalam jumlah besar oleh VOC. Bahasa Nusantara dipelajari untuk kepentingan tugas penginjil. Hasilnya adalah penelitian dan catatan rapi mengenai kebudayaan bahkan hingga suku yang belum mengenal tulisan.
Karena keterbatasan tenaga, awalnya kegiatan filologi hanya sampai pada tahap menyunting. Yaitu menyajikan naskah pada bentuk aslinya ditambahkan keterangan pendahuluan. Pada tahapan selanjutnya, naskah disunting dalam bentuk transliterasi dalam huruf latin. Perkembangan selanjutnya adalah suntungan naskah disertai terjemahannya dalam bahasa asing. Pada abad ke- 20 muncul suntingan yang lebih mantap dengan kritik teks disertai terjemahan dalam bahasa Belanda, Inggris, atau Jerman. Juga muncul terbitan ulang dari naskah yang sudah pernah disunting dengan maksud untuk menyempurnakan. Pada saat itu juga banyak terbit naskah- naskah keagamaan baik Melayu maupun Jawa, sehingga dapat dikaji oleh ahli teologi serta selanjutnya menghasilkan karya ilmiah dalam bidang tersebut. Selanjutnya banyak diterbitkan suntingan-suntingan naskah dengan pembahasan isi ditinjau dari berbagai disiplin.
Pada periode mutakhir mulai dirintis telaah naskah-naskah Nusantara dengan analisis berdasarkan ilmu sastra barat. Banyak terdapat analisis struktural, fungsi, dan amanat pada naskah-naskah tersebut. Besarnya minat dan kesempatan pada masa-masa selanjutnya mendorong terbitnya kamus bahasa-bahasa Nusantara. Kajian terhadap naskahnya juga membuka kebudayaan Nusantara dan mengangkat nilai-nilai luhur yang tersimpan di dalamnya. Sedangkan dari Indonesia sendiri, tokoh pribumi yang diakui sebagai ahli filologi adalah Husein Djayadiningrat dengan penelitian mengenai sejarah Banten.
Sedangkan setelah perang dunia kedua hanya terdapat sedikit ahli filologi dengan sedikit karya yang dihasilkan. Selanjutnya setelah perginya nama-nama besar R.M.Ng. Poerbatjaraka dan Prof. R. Prijana ahli filologi sangat sulit ditemukan. Usaha mencari karya filologi dari bangsa sendiri bisa dibilang sia-sia. Belum dapat ditemukan sumbangan yang berarti dalam bidang filologi dari dua universitas tertua di Indonesia, yaitu Universitas Indonesia dan Universitas Gadjah Mada. Sehingga sumbangan filologi dalam perkembangan kebudayaan nasional pun hampir tak ada. Nusantara seharusnya bersyukur atas peninggalan tertulis dari generasi sebelumnya.

Untuk itu diperlukan kajian filologi yang memadai sehingga dapat digunakan untuk mengetahui kebudayaan dan sejarah kehidupan sebelumnya. Sebenarnya kajian filologi akan sangat berguna juga karena dapat digunakan dalam bidang ilmu lain. Sayangnya kajian filologi saat ini belum terlihat hasil yang berarti. Bila saja ilmu filologi dilengkapi dengan ilmu sosial lainnya seperti arkeologi maupun antropologi, tentu akan didapati hasil yang lebih baik.

DOWNLOAD MAKALAH INI DALAM FORMAT WORD
loading...

2 comments:

Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih