Monday, January 6, 2014

Kisah Si Cantik dan Si Buruk Rupa Yang Jadi Penghuni Syurga

Syahdan, suatu ketika Al-Atabi berjalan menelusuri lorong kota Bashrah untuk suatu keperluan. Tapi langkahnya tertegun ketika melihat seorang wanita yang sangat cantik yang sedang bersenda gurau dengan seorang lelaki tua buruk rupa. Setiap kali wanita itu berbisik, laki-laki tersebut pun tertawa.

Al Atabi yang penasaran kemudian memberanikan diri bertanya kepada wanita itu. “Saudari, bolehkah aku tahu siapa laki-laki bersama anda ini?”

“Ohya? Dia adalah suamiku... memangnya kenapa?”. ujar wanita tersebut seraya menoleh sambil tersenyum kepada suaminya.

“Maafkan saya, saya hanya takjub melihat kalian berdua, engkau ini seorang wanita yang cantik dan menawan, Apakah engkau dapat bersabar dengan suami seperti itu? Tidakkah engkau merasa risih dan malu kepada orang-orang?" Al-Atabi meneruskan pertanyannya kepada kedua suami istri tersebut.

“Begini Tuan.. Semua ini adalah kebaikan... Coba Tuan fikirkan, barangkali dengan mendapatkan wanita sepertiku, maka suamiku itu akan bersyukur. Sedangkan aku, dengan mendapatkan suami seperti dirinya, maka aku bersabar... Bukankah orang yang sabar dan syukur adalah termasuk penghuni surga? Tidak pantaskah aku bersyukur kepada Allah atas karunia ini?” Jawab wanita tersebut dengan mantap, sedangkan suaminya hanya tersenyum mengangguk.

Al-Atabi kemudian meninggalkan wanita bersama suaminya itu disertai kekaguman.

Kisah ini banyak dinukil para ulama, salah satunya oleh Ulama Al Azhar, Dr Mustafa Murad dalam bukunya Qashashush Shaalihiin. Kedua ulama tersebut tidaklah kagum kepada wanita itu karena kecantikannya. Mereka kagum karena agamanya.

Dan benarlah pesan Rasulullah: “Wanita itu dinikahi karena empat hal; karena hartanya, kedudukannya, kecantikannya dan agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Wanita yang baik agamanya, ketika ia kaya, ia tidak sombong. Ia justru dermawan, suka berinfaq dan mendukung perjuangan dakwah suami dengan hartanya.

Wanita yang baik agamanya, ketika ia memiliki kedudukan tinggi dan nasab yang mulia, ia tidak menghina orang lain. Ia justru menjadi wanita yang mulia dan menggunakan kedudukannya untuk membela kebenaran.

Wanita yang baik agamanya, ketika ia cantik, ia tidak membuat suaminya resah. Ia justru menjadi penghibur hati dan penyejuk mata bagi suaminya tercinta. Wallahu a’lam bish shawab.
loading...

0 komentar:

Post a Comment

Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih