Thursday, January 16, 2014

Misteri Besi Kursani, Perkembangan Metalurgi di Rantau Melayu

Dalam mantera-mantera Melayu, sering terdengar istilah 'besi kursani'. Bagi anda yang pernah menonton film Semerah Padi yang dibintangi oleh Tan Sri P. Ramlee, lagu 'Mantera Semerah Padi' dendangan M.Nasir dimulai dengan istilah ini.

Banyak yang penasaran, apakah gerangan besi kursani itu?

Konon, Besi kursani merupakan salah satu bahan membuat senjata -seperti keris- yang terulung yang memerlukan 20 jenis logam

Betapa misterinya pengetahuan ilmu logam bangsa Melayu. Pada tahun 1154 Masehi, ahli geografi Arab bernama al-Idrisi mencatatkan di dalam kitabnya Al-Raujjar yang menyinggung sedikit tentang dunia logam di rantau Melayu. Al-Idrisi menulis:

"Orang-orang Zabag (Srivijaya) telah bepergian ke Tanah Sofala (diperkirakan, daerah ini kini merupakan sebuah wilayah di dekat Beira, Mozambique, sebuah negara di Afrika Timur) dan mereka mengekspor besi ke daerah tersebut.

Dari sana mereka terus menyebarkannya ke seluruh tanah India. Tiada besi yang mampu menandingi besi-besi mereka, baik dari segi mutu maupun ketajaman"


(Sekedar diketahui, Al-Idrisi merupakan ahli geografi muslim yang lahir di Maroko tahun 1900, dan wafat tahun 1166. Kitab al-Raujjar الروجر yang dikarangnya memiliki judul asli: Nuzhatul Musytaq fi Ikhtiraqil Afaq  نزهة المشتاق في اختراق الآفاق. Dikenal dengan kita al-Raujjar, yang mana Raujar sendiri merupakan tranliterasi dari Ruggero II [1095-1154 M], yaitu Raja Sicilia yang meminta al-Idrisi untuk menuliskan buku ini khas untuknya. Selain itu, Al-Idirisi juga membuatkan sebuah globe besar untuk Ruggero II, di mana pada globe tersebut tergambar peta 7 benua).

Lukisan Al-Idrisi menyerahkan kepada Ruggero II globe dunia.
Bila diperhatikan, dari teks di atas terlihat bahwa Srivijaya mula-mula membina pusat pengumpulan komodoti ekspor besi di benua Afrika. Barulah dari sana mereka menyebarkannya ke India, dan tentu saja tidak mustahil di dunia Arab sekaligus, sebab jalan darat ke India dari Afrika (pesisir timur Afrika) haruslah melewati kawasan Arab.

Keterangan Al-Idrisi ini semakin kuat apabila dihubungakan dengan kenyataab bahwa Mozambique berdekatan dengan Madagaskar, yang mana bangsa-bangsa yang hidup di pulau ini merupakan puak Melayu di Afrika, terutama bangsa Merina yang nenek moyang mereka memang berasal dari Zabag ini.

Bahkan, dari segi bahasa, bangsa Merina di Madagaskar bertutur dalam kelompok bahasa-bahasa Austronesia, beberapa kosakata mereka sangat dekat dengan bahasa Melayu modern, hal ini berbeda dengan bangsa-bangsa yang ada di sekeliling mereka yang terkelompok dalam bahasa-bahasa Afrika.

Hal ini memberikan sedikit gambaran betapa bangsa Melayu sejak dahulunya merupakan bangsa pebisnis yang melintas dan mengarungi samudera untuk berdagang.

Hal lain yang dapat menjadi perhatian, yaitu tentang pengetahuan logam (metalurgi) bangsa Melayu. Pengetahuan kimia tentang besi kursani ini menjadi rahasia turun temurun. Perhatikan petunjuk yang dicatat oleh ahli gegrafi lain bernama Abu Dulaf pada tahun 940 Masehi yang menyatakan:

"Apabila saya sampai di Kalah, saya dapati tempatnya amat indah dengan tembok-tembok kota, taman-taman bunga dan aliran mata-mata air dari bumi. Saya lihat lumbung bijih timah yang tidak ada tolok bandingnya dalam dunia ini. Di dalam kota ada tukang-tukang membuat pedang "qala'i" yaitu pedang Hindi yang tulen…"

Pernaytaan ini akan semakin memberikan titik terang jika dikaitkan dengan catatan al-Idrisi, di mana bangsa-bang Melayu telah lama mengembangkan industri logam, hal ini dapat dilihat dari tapak-tapak peleburan besi Lembah Bujang.

Al-Idrisi dari Arab dan Abu Dulaf dari Bukhara telah mencatatkan petunjuk yang relevan antara satu sama lain.

Lirik lagu Mantera Semerah Padi:

Hei! kersani mengalir lah dikau
Menjadi raksa
Mengisi belikat punggungku
Agar aku bisa berdiri
Tegap dan segak
Bagaikan laksmana Melayu
Hei! sepuluh helai daun sirih
Ku gentas bersama
Bunga cengkih jadilah dikau
Darah merah pekat
Mengisi uratku
Agar bisa aku berlangkah
Gagah dan tampan
Bagaikan si jantan yang berkokok
Di mana bumi ku pijak
Di situ langit ku junjung
Alang-alang menyeluk pekasam
Biar sampai ke pangkal lengan
Aku seru mentera pusakaku
Mentera semerah padi
loading...

0 komentar:

Post a Comment

Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih