Tuesday, January 21, 2014

[Kisah Nyata Bakti Seorang Anak]: Haizan Al-Fahidi Menangis Karena Dikalahkan Pengadilan Atas Gugatan Mengasuh Ibunya!

Tahukah anda siapa pria tua di samping ini? Dia bukan orang terkenal, bukan selebritis, bukan bintang sepakbola. Tapi kisah hidupnya sungguh menggugah nurani.

Dialah Haizan al-Fahidi, perkaranya di Pengadilan Arab Saudi menjadi buah bibir dan ibrah buat semua orang.

Haizan yang sudah tua renta menangis di ruang persidangan setelah hakim mengalahkan gugatannya terhadap saudara kandungnya sendiri. Apa yang membuat Haizan menangis?

Apakah karena uang? Kalah dalam warisan? Kalah dalam kasus sengketa kepemilikan? Bukan! Perkara yang digugat oleh Haizan memang terbilang aneh, bahkan mungkin satu-satunya di dunia ini!

Kisah Haizan bermula sejak beberapa tahun lalu, kala itu Haizan merawat ibunya yang telah tua renta dengan penuh kasih sayang. Sang ibu hanyalah seorang wanita miskin yang tidak memiliki harta. Haizan ingin menunjukkan bakti pada sang ibu.

Namun tak lama kemudian, datanglah saudara kandung Haizan dari kota lain dan meminta kepada Haizan agar ia diizinkan pula merawat sang ibu bersama mereka!

Haizan menolaknya. Ia beralasan bahwa dirinya masih sanggup merawat sang ibunda tercinta. Dua orang bersaudara ini tidak ada yang mau mengalah, keduanya ingin merawat sang ibu. Perseteruan mereka pun berakhir di Pengadilan!.

Di depan hakim, Haizan menyatakan bahwa dirinya lah yang paling berhak merawat sang ibu yang sudah renta dan uzur itu.

Beberapa kali persidangan mereka lalui demi memenangkan gugatan 'aneh' itu. Sang hakim pun dibuat bingung, kepada siapakah pengasuhan sang ibu manula itu akan diberikan? Akhirnya sang hakim memerintahkan kepada petugas untuk membawa sang ibu hadir di ruang persidangan,

Ketika sang ibu didatangkan, hakim bertanya:

"Di antara kedua putramu ini, siapakah yang lebih engkau sukai untuk mengasuhmu?".

Sang ibu terdiam sejenak. Matanya menoleh kepada kedua anaknya yang bersiteru itu. Lalu ia berkata:

"Tuan hakim yang mulia... mataku yang kanan ini melihat kepada Haizan, sementara mataku yang kiri selalu melihat saudaranya (namanya dirahasiakan)... Aku tidak bisa memilih...".

Akhirnya, sang hakim memutuskan sendiri bahwa sang ibu diasuh oleh adik Haizan karena dipandang lebih mampu dalam berbagai hal.

Ketika putusan dibacakan, Haizan menangis sejadi-jadinya, ia merasa inilah kerugian terbesar dalam hidupnya.

Alangkah mahalnya air mata yang diteteskan Haizan... Air mata yang dirindukan oleh jutaan ibu yang dititipkan anak-anak mereka di panti-panti jompo... Air mata yang dirindukan oleh para ayah yang terlantar di sudut-sudut kampung...
loading...

0 komentar:

Post a Comment

Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih