Monday, December 12, 2016

Bersuka Cita Menyambut Kelahiran Rasulullah Saw...

Imam as-Suyuthi dalam kitabnya yang berjudul: Husnul Maqshid Fî ‘Amal al-Maulid (hlm. 19,20) berkata:

“Saya melihat dalam kitab yang ditulis oleh Imam para qura, al-Hafizh Syamsuddin Ibn al-Jazari yang berjudul ‘Arfut Ta’rîf Bil Maulid asy-Syarîf berkata:

“Abu Lahab pernah dimimpikan setelah kematiannya. Ditanyakan kepadanya: “Bagaimana keadaanmu?”

Abu Lahab menjawab: “Aku di dalam neraka. Hanya saja, setiap hari Senin Allah memberikan keringanan kepadaku; aku dapat menghisap air di antara jariku seukuran ujung jari. Hal ini disebabkan aku dahulu waktu masih hidup pernah memeluk Tsuwaibah (budak perempuan Abu Lahab yang dibebaskan) ketika ia memberikan kabar gembira lahirnya Nabi Muhamad Saw, juga karena aku mengizinkan Tsuwaibah untuk menyusuinya”.

Penuturan di atas disampaikan oleh Imam Abul Khair Muhammad bin Muhammad Ibn al-Jazary dalam kitabnya, ‘Arfut Ta’rîf Bil Maulid asy-Syarîf, hal. 9, persis seperti yang dinukil oleh Imam as-Suyuthi.

Imam Ibn al-Jazary kemudian berkata: “Makna riwayat di atas telah sampai kepada kami hadits dari Nabi Muhammad saw”.

Hadits yang dimaksud oleh Imam Ibnul Jazary di atas, boleh jadi adalah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih nya, hadits nomor 5101, di mana disebutkan dalam hadits tersebut:

قال عروة، وثويبة مولاة لأبي لهب: كان أبو لهب أعتقها، فأرضعت النبي صلى الله عليه وسلم، فلما مات أبو لهب أريه بعض أهله بشر حيبة، قال له: ماذا لقيت؟ قال أبو لهب: لم ألق بعدكم غير أني سقيت في هذه بعتاقتي ثويبة [رواه البخاري]

Artinya: “Urwah bin az-Zubair berkata: “Tsuwaibah adalah budak Abu Lahab yang dibebaskan, ia pernah menyusui Nabi Muhammad saw. Ketika Abu Lahab meninggal dunia, sebagian anggota keluarganya bermimpi bertemu dengan dia dalam keadaan sangat jelek penuh kesedihan dan kesusahan. Ia bertanya kepadanya: “Apa yang kamu terima?” Abu Lahab menjawab: “Aku tidak mendapatkan kebahagiaan setelah kalian. Hanya saja, aku diberi minum sedikit dari sini (yaitu air yang keluar seukuran ujung jari dari antara ibu jari dengan telunjuk sebagaimana disebutkan dalam riwayat lainnya=pent). Hal itu, karena aku memeluk Tsuwaibah (ketika ia mengabarkan lahirnya Nabi Muhammad saw=pent)” (HR. Bukhari).

Imam Al-Jazary dalam kitabnya tersebut (hal. 10) kemudian berkata--dan perkataan beliau ini dikutip oleh banyak ulama, di antaranya oleh Imam as-Suyuthi dalam Husnul Maqshid Fî ‘Amal al-Maulid (hal. 20)--:

“Apabila Abu Lahab yang jelas-jelas kafir dan jelas-jelas terdapat ayat al-Qur’an yang mencelanya, diberikan kebaikan di dalam neraka karena kegembiraannya pada malam kelahiran Nabi Muhamamd saw, maka bagaimana dengan keadaan seorang muslim ummat Nabi Muhammad saw yang mengesakan Allah, dan yang selalu bergembira dengan kelahiran Nabi Muhammad saw, serta senantiasa mencurahkan semua kekuataan yang dimilikinya untuk mencintai Rasulullah saw? Demi diriku yang berada dalam kekuasaan Allah, balasannya dari Allah kelak adalah akan dimasukan ke dalam surga yang penuh kenikmatan karena karuniaNya”.

Al-Hafizh Syamsuddîn bin Nâshiruddîn ad-Dimasyqi, dalam kitabnya: “Mauridus Shâdî fî Maulidil Hâdî (hal. 20), sebagaimana juga dinukil oleh Imam as-Suyuthi, mengatakan: “Hadits yang menjelaskan bahwa Abu Lahab diberikan keringanan siksa oleh Allah setiap hari Senin, karena ia memeluk Tsuwaibah, sebagai rasa gembira dengan kelahiran Nabi Muhammad Saw, adalah Hadits Shahih”.

Al-Hafizh Syamsuddin ad-Dimasyqi kemudian menyampaikan bait syair di bawah ini yang kemudian banyak dikutip dan disampaikan oleh para ulama setelahnya, seperti disebutkan juga oleh Imam az-Zurqany dalam Syarahnya terhadap kitab al-Mawahib al-Laduniyyah Bil Minah al-Muhammadiyyah (1/261):

إذا كان هذا كافرا جاء ذمّه ... وتبّت يداه في الجحيم مخلّدا
أتي أنه في يوم الاثنين دائما ... يخفّف عنه للسرور بأحمدا
فما الظنّ بالعبد الذي كان عمره ... بأحمد مسرورا؛ ومات موحّدا "

Artinya: 

“Apabila orang ini (Abu Lahab) yang jelas-jelas kafir dan tercela
Kedua tangannya telah binasa dan kekal di dalam neraka
Ada keterangan bahwa setiap hari senin selamanya (ada bahagia)
Siksanya diringankan karena gembira dengan kelahiran Ahmad, (Nabi Mulia). 
Maka bagaimana dengan seseorang yang selama hidupnya
Selalu bahagia dengan Nabi Ahmad (nama lain dari Nabi Muhammad saw) dan meninggal dalam bertauhid (kepada Allah Yang Maha Esa)?”

Semoga kita semua termasuk orang yang selalu berbahagia dan bergembira dengan kelahiran baginda Rasulullah saw-- yang menurut jumhur ulama beliau dilahirkan pada hari Senin, tanggal 12 Rabi’ul Awwal—sehingga kita semua termasuk yang mendapatkan balasan istimewa dimaksud, di dunia dan akhirat, âmîn.

Marhaban bika yâ sayyidî yâ Rasûlullâh. 

Selamat datang bulan Rabiul Awwal, bulan dilahirkannya baginda Rasulullah saw.

Allôhumma sholli wasallim wabârik ‘alaika ya sayyidî ya Rasulullah, wa ‘alâ âlika, wa ashhâbika ajma’în.
loading...

0 komentar:

Post a Comment

Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih