Monday, December 8, 2014

10 Karakter Pribadi Muslim

1. Salimul Aqidah (Good Faith)
Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan - ketentuan-Nya.

Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya:

Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta alam
(QS 6:162).

Karena memiliki aqidah yang salim (bersih) merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam dakwahnya kepada para sahabat di Mekah, Rasulullah SAW mengutamakan pembinaan aqidah, iman dan tauhid.

2. Shahihul Ibadah (Right Devotion)
Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah Rasulullah SAW yang penting, dalam satu hadithnya; beliau telah bersabda:

عَÙ†ْ Ù…َالِÙƒٌ (Ù‚َالَ رَسُولُ اللَّÙ‡ِ صَÙ„َّÙ‰ اللَّÙ‡ُ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِ ÙˆَسَÙ„َّÙ…َ): ÙˆَصَÙ„ُّوا ÙƒَÙ…َا رَØ£َÙŠْتُÙ…ُونِÙŠ Ø£ُصَÙ„ِّÙŠ (رواه البخاري)

Maksud hadits:

Dari Malik (telah bersabda Rasulullah SAW):
Dan shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.”
[H.R. Bukhari]

Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahawa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasulullah SAW yang bermaksud tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.

3. Matinul Khuluq (Strong Character)
Akhlak yang kukuh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia merupakan sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah mahupun dengan makhluk-makhluk-Nya.

Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Kerana begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah SAW diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah di dalam Al- Qur’an,

Allah SWT berfirman:

Dan sesungguhnya kamu benar- benar memiliki akhlak yang agung’ (QS 68:4).

4. Qowiyyul Jismi (Physical Power)
Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi) merupakan salah satu sisi peribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani bermaksud seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fizikalnya yang kuat.

Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan kondisi fizikal yang sihat atau kuat, apalagi berperang/ bersungguh-sungguh (jihad) di jalan Allah dan bentuk- bentuk perjuangan lainnya. Oleh kerana itu, kesihatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengubatan.

Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi, dan jangan sampai seorang muslim sentiasa jatuh sakit. Kerana kekuatan jasmani juga termasuk yang penting,

maka Rasulullah SAW bersabda:

Mu’min yang kuat lebih aku cintai daripada mu’min yang lemah
(HR. Muslim).

5. Mutsaqqoful Fikri (Intelligence in Thinking)
Intelek dalam berfikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi peribadi muslim yang penting. Kerana itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas) dan Al-Qur’an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia antuk berfikir, misalnya firman Allah yang bermaksud:

"Mereka bertanya kepadamu tentang, khamar dan judi. Katakanlah: ‘pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.’ Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ‘Yang lebih dari keperluan.’ Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir"
(QS 2:219).

Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan tindakan berfikir. Oleh itu seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas.

Dapat kita bayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatkan pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu. Oleh karena itu Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektual seseorang sebagaimana firman-Nya yang bermaksud:

"Katakanlah: samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran"
(QS 39:9).

6. Mujahadatun Linafsihi (Continence/ Self restraint towards Nafs)
Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatun linafsihi) merupakan salah satu keperibadian yang harus ada pada diri seorang muslim, karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk.

Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu akan ada ketika seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Oleh kerana itu hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus dikawal supaya tunduk pada ajaran Islam,

Rasulullah SAW bersabda:
"Tidak beragama seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran islam)"
(HR. Hakim).

7. Harishun ‘ala Waqtihi (Good time management)
Pandai menjaga dan memanfaatkan waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT banyak bersumpah di dalam Al-Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya.

Allah Swt memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama, yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tidak sedikit manusia yang rugi.

Kerana itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan:

Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu.

Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi. Oleh kerana itu setiap muslim amat dituntut untuk memanfaatkan waktunya dengan baik, sehingga waktu dapat berlalu dengan penggunaan yang efektif, tidak ada yang sia-sia. Maka diantara yang diingatkan oleh Nabi SAW adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sihat sebelum sakit, muda sebelum tua, lapang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.

8. Munazhzhamun fi Syu’unihi (Well Organized)
Teratur dalam suatu urusan (munzhzhamun fi syuunihi) termasuk keperibadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur’an maupun sunnah. Oleh kerana itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah mahupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya.

Dengan kata lain, suatu urusán dikerjakan secara profesional, sehingga apapun yang dikerjakannya, sikap profesional selalu mendapat perhatian darinya. Bersungguh-sungguh, bersemangat dan sanggup berkorban, adanya kesinambungan dan berkongsi ilmu pengetahuan merupakan diantara yang mendapat perhatian secara serius dalam menunaikan tugas-tugasnya.

9. Qodirun ‘alal Kasbi (Independent)
Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan mandiri (qodirun alal kasbi) merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya hanya dapat dilaksanakan apabila seseorang memiliki kemandirian (kemampuan diri), terutama dari segi ekonomi.

Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dipegangnya kerana tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Kerana itu peribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya raya bahkan memang harus kaya agar dia dapat menunaikan ibadah separti haji dan umrah, zakat, infaq, sedekah, dan mempersiapkan masa depan yang baik.

Oleh kerana itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al-Qur’an malah hadits berkenaan perkara itu memilik keutamaan yang sangat tinggi. Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik, agar dengan keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rezeki dari Allah SWT, kerana rezeki yang telah Allah sediakan harus diambil dan mengambilnya memerlukan skill atau keterampilan.

10. Naafi’un Lighoirihi (Giving Contribution)
Bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighoirihi) merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksudkan tentu sahaja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaannya kerana dirinya tadi bermanfaat besar.

Maka jangan sampai seorang muslim itu ada yang tidak saling membantu dan tidak berusaha menjadi agen perubahan yang bermanfaat. Ini bermakna setiap muslim itu harus selalu berfikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya sehabis mungkin untuk dapat memberikan manfaat dalam hal-hal tertentu sehingga jangan sampai seorang muslim itu tidak mampu mengambil peranan yang baik dalam masyarakatnya.

Dalam kaitan inilah, Rasulullah SAW bersabda:
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain"
(HR. Qudhy dari Jabir).

Demikian secara umum keperibadian seorang muslim yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadith, sesuatu yang perlu kita jadikan sebagai kayu ukur pada diri kita masing-masing.
loading...

0 komentar:

Post a Comment

Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih