Saturday, November 15, 2014

Memulai Usaha Dengan Tawakkal

Bismillah. Hanya dengan dengan nama-Nya kita melangkah; melakukan segala sesuatu untuk meraih ridha Allah 'Azza wa Jalla semata-mata. Tiada yang lebih patut untuk menjadi pengharapan kita melebihi ridha Allah Ta'ala.

Bismillah. Kepada Allah Ta'ala kita berserah diri dan sepenuhnya berbaik sangka atas sifat-sifat-Nya yang Maha Mulia, Maha Tahu, Maha Suci, Maha Bijaksana lagi Maha Sempurna. Tak ada yang terjadi di muka bumi ini tanpa sepengetahuan Allah Yang Maha Suci lagi Maha Melihat.

Sebelum melangkah ke luar rumah, kokohnya keyakinan dan baguskan niat. Tancapkan tawakkal di awal sebelum memulai ikhtiar. Jangan salah langkah, bukan terutama soal kaki ini, tetapi salah langkah dalam sikap kita kepada Allah Ta'ala. Ingatlah untuk bertawakkal di awal. Bukan saat gagal, baru belajar tawakkal. Sesungguhnya tawakkal itu awal dari usaha, selama melakukan ikhtiar hingga di penghujung usaha. Bertawakkallah kepada Allah Ta'ala dan berusaha dengan gigih.

Awali langkah dengan mengucap "bismillah" seraya benar-benar meyakini. Banyak orang yang mengucap basmalah, tapi tak merasai artinya, tidak menghayati, tidak pula meyakini. Padahal inilah bekal utama tawakkal. Sebelum melakukan segala sesuatu, kita bertawakkal kepada Allah Ta'ala dan menyadari kelemahan diri. Kepada-Nya kita mengharap pertolongan dan kekuatan.

Ingatlah do'a keluar rumah yang Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam ajarkan:

بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ

"Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada-Nya. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan-Nya." (HR. Abu Dawud, Tirmidzi & Ibu Hibban).


Bukankah tawakkal itu sesudah usaha dan do'a? Tidak. Bahkan sebelum usaha, sebelum melangkahkan kaki keluar rumah, kita dituntunkan untuk tawakkal. Justru kita dapati pelajaran dari hadits do'a keluar rumah tersebut bahwa do'a dan tawakkal mendahului usaha. Tawakkal beriring usaha.

Jadi, berdo'alah seraya bertawakkal kepada Allah Ta'ala. Iringi dengan usaha yang sebaik-baiknya. Tetap tawakkal selama berusaha.

Yang dimaksud "sebaik-baiknya" ialah melakukan usaha sebagai wujud tawakkal, menyempurnakan dengan mengilmui dan memperhatikan tuntunan. Ini berarti tawakkal menuntut konsekuensi berupa kesungguhan dalam melakukan.

Berkait dengan tawakkal, Allah Ta'ala berfirman:

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ

Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (segala keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya” (QS Ath-Thalaaq, 65: 3).

Alangkah tinggi kedudukan tawakkal sehingga Allah Ta'ala berjanji akan mencukupkan segala keperluannya. Maka, kita perlu berupaya untuk sungguh-sungguh tawakkal. Kita pasrah dan yakin kepada Allah Ta'ala atas apa yang kita usahakan; sebelum, selama hingga sesudah melakukan usaha. Kita ridha kepada-Nya.

Pada do'a keluar rumah juga terdapat hauqalah. Inilah pernyataan pengakuan kita kepada Allah Ta'ala betapa kita lemah tak berdaya. Kita mengingat dan menyadari sepenuhnya bahwa kita sungguh tak berdaya, tak pula punya kesanggupan berupaya tanpa pertolongan Allah 'Azza wa Jalla. Kita membaguskan persangkaan kita kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Di antara bentuk baik sangka kepada Allah ialah keyakinan bahwa jika kita lemah, Allah Ta'ala yang Maha Perkasa akan menguatkan. Jadi, baik sangka itu bukan lafazkan wirid "Aku bisa. Tak ada yang tidak mungkin". Ini justru menggeser tawakkal; dari tawakkal Allah Ta'ala menjadi tawakkal kepada diri sendiri.

Pernyataan kalimat hauqalah juga mempertegas sikap tawakkal kepada Allah Ta'ala sebelum memulai usaha; sebelum kaki melangkah jauh. Sesungguhnya hauqalah merupakan kunci surga. Kita lazimkan mengucap hauqalah, meyakini, memegang teguh dan tidak mengotorinya dengan syubhat.

Nabi shallalahu ’alaihi wa sallam berkata kepada Abu Musa radhiyallahu 'anhu:

ألا أدلك على باب من أبواب الجنة ؟ قلت بلى ، قال: لا حول ولا قوة إلا بالله

"Maukah engkau aku tunjukkan salah satu dari pintu surga?" Aku berkata, ‘tentu’. Beliau bersabda, ‘Laa haula wala quwwata illa billah.” (HR. Tirmidzi & Ahmad).

Hadits tersebut sekaligus menjadi pelajaran agar senantiasa tawakkal kepada Allah Ta'ala. Bukan kepada asbab (hal-hal yang menjadi sebab). Selanjutnya kita meminta perlindungan kepada Allah Ta'ala dengan sebaik-baik perlindungan. Inilah makna dari do'a lain keluar rumah, yakni:

اللَّهُمَّ أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ

"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari tersesat atau disesatkan, tergelincir atau digelincirkan, menzalimi atau dizalimi, dan membodohi atau dibodohi.” (Do'a dari hadits riwayat Abu Dawud & Ibnu Majah).


Ada tawakkal, ada pinta perlindungan kepada Allah 'Azza wa Jalla. Ada do'a, ada pelajaran. Sungguh di setiap do'a yang shahih senantiasa ada pelajaran aqidah di dalamnya jika kita menghayati dan meyakini.

Semoga catatan sederhana ini bermanfaat dan barakah.

[Dikutip dari tulisan Muhammad Fauzil Adhim]
loading...

0 komentar:

Post a Comment

Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih