Tuesday, November 19, 2013

[True Story]: Penyesalan dan Kesetiaan Seekor Singa

Muhammad El-Hilw dang Sulthan
Di awal tahun 1900, pertunjukan sirkus sedang marak dan digemari di Mesir. Kala itu, tersebutlah seorang ahli sirkus ternama, Muhammad El-Hilw. Grup sirkusnya sudah berdiri sejak tahun 1889.

El-Hilw Ia memiliki seekor singa sirkus kesayangannya yang ia beri nama "Sulthan". Ia sudah memelihara dan merawat singa itu sejak kecil. Keduanya sangat dekat seakan memiliki hubungan batik yang erat.

Suatu ketika, di saat pertunjukan yang dihadiri ratusan orang akan berakhir, El-Hilw mengelilingi penonton dengan menunggang sang singa, mereka berdua memberi tabik salam. Penonton yang histeris menyambut keduanya, sehingga barangkali membuat sang singa stress.

Tiba-tiba, tanpa diduga saat itu sang singa melompat sehingga El-Hilw terjatuh. Tidak hanya itu, sang singa pun menyerang pelatihnya itu dengan mencakar punggungnya hingga terluka parah. Para petugas keamanan dengan cekatan menyingkirkan singa yang mengamuk tersebut.

Setelah keadaan aman, El-Hilw dilarikan ke rumah sakit, kondisinya sangat kritis. Tak beberapa menit sampai di rumah sakit, El-Hilw pun menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Sebelum kematiannya itu, El-Hilw sempat berwasiat agar keluarga dan rekan-rekannya tidak menghukum singa tersebut. Ia berpesan agar mereka memperlakukan sang singa dengan baik.

Yang mencengangkan adalah reaksi sang singa pasca kejadian dan kematian sang pelatih. Sejak saat ia kehilangan tuannya itu, sang singa mogok makan. Para awak sirkus menjadi khawatir, kesehatan sang singa semakin memburuk hari demi hari.

Akhirnya mereka menitipkan Sulthan di kebun binatang. Tapi apa yang terjadi? Di sana, Sulthan murung, ia menolak bergaul dengan singa-singa lainnya. Para petugas yang memberinya daging segar merasa heran melihat sang singa tidak menggubris makanan yang mereka suguhkan.

Yang lebih mencengangkan, sang singat selalu menggigit cakarnya yang pernah ia gunakan mencakar sang pelatih. Ia seakan menunjukkan penyesalan yang amat dalam. Hingga kemudian cakarnya itu luka dan infeksi.

Hingga beberapa minggu kemudian, sang singa yang tak mau makan itu pun mati.

Kisah ini diceritakan kembali oleh Dr. Mushtafa Mahmud dalam bukunya : Raitaullah ( Aku melihat Allah".

Hingga kini, keluarga Al-hilw tetap meneruskan sirkus ayah mereka. Di antaranya diteruskan oleh putra beliau, Muhammad Muhammad Ali Al-Hilw yang baru saja wafat tahun 2011 yang lalu. Lalu diteruskan pula oleh keturunannya yang lain. 
loading...

0 komentar:

Post a Comment

Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih