Saturday, November 9, 2013

[Kisah Nyata]: Amanah dan Kejujuran Seorang Penjaga Kebun

Dalam sebuah riwayat, dikisahkan ada seorang tukang kebun bernama Mubarak. Ia seorang miskin yang bekerja di sebuah kebun milik majikannya. Ia sudah bekerja di sana beberapa tahun.

Suatu ketika, majikannya -yaitu pemilik kebun tadi yang juga salah seorang saudagar dari Hamdzan- kedatangan tamu, seorang kawan lamanya. Sang majikan ingin menjamu tamunya tersebut dan memerintahkan kepada Mubarak untuk memetik beberapa buah delima.

"Wahai Mubarak, aku ingin engkau mengambil sekeranjang buah delima yang manis... segeralah engkau ke kebun untuk memetiknya". Perintah sang majikan.

”Mubarak pun bergegas menuju ke kebun untuk memetik delima yang diinginkan majikannya. Tak lama kemudian, Mubarak datang dan membawa sekeranjang delima.

Namun ketika sang majikan mengupas buah tersebut, ternyata Mubarak memetik buah yang masam. Sang majikan sedikit kesal, lantas ia kembali memerintahkan Mubarak untuk memetik sekeranjang lagi.

"Jangan salah lagi, pilih buah yang manis..." pesan sang majikan.

Mubarak pun beranjak dan memetiknya dari beberapa pohon yang lain. Namun setelah dimakan oleh sang majikan, ternyata buahnya masih saja masam. Kali ini, majikan marah, ia merasa malu kepada tamunya, namun ia masih bisa memendam rasa marahnya tersebut.

Ia kemudian memerintahkan Mubarak kembali ke kebun dan memilih buah yang sudah manis. Namun sama saja, ternyata setelah dicicipi, buah yang dipetik Mubarak masih masam.

Kontan sang majikan sangat marah. Ia tak habis pikir mengapa selalu dipetik buah yang masam.

“Kamu ini bagaimana, mengapa sudah tiga kali engkau memetik, selalu saja yang masam yang engkau petik? Bukankah engkau sudah bekerja di sini sudah bertahun-tahun? Apakah engkau ingin membuat aku malu di hadapan tamuku?". Tanya majikannya.

Mubarak menjawab:

"Tuan, saya mohon maaf. Saya memang sudah bekerja di kebun Tuan selama bertahun-tahun. Tapi selama ii saya tidak pernah memakan dan mencicip buah delima tuan sebiji pun, karena tuan tidak pernah mengizinkannya hal itu kepada saya. Saya tidak ingin memakan makanan yang tidak halal bagi saya...".

Sang majikan terperangah dengan jawaban penjaga kebunnya itu. Dalam hati, ia sangat kagum akan kejujurannya.

Setelah tamunya itu pergi, beberapa hari kemudian, sang majikan berkata kepada Mubarak:

"Mubarak, engkau tahun bahwa aku mempunyai seorang anak perempuan, dan sampai sekarang sudah banyak yang ingin melamarnya. Menurutmu, siapa yang pantas memperistri putriku ini?”

Mubarak menjawab:

“Tuan, dulu orang-orang jahiliyah menikahkan putrid-­putri mereka lantaran keturunan. Orang Yahudi menikahkan lantaran harta, sementara orang Nashara menikahkan putri karena keelokan paras. Sedangkan kita umat Islam diperintahkan untuk menikahkan anak karena akhlak dan agamanya” Jawab Mubarok.

Sang majikan kembali dibuat takjub dengan pemikirannya ini. Akhirnya majikan tadi pergi dan memberitahu kepada isterinya.

"Istriku, menurutku tidak ada yang lebih pantas untuk menikahi putri kita ini selain Mubarak.” Ujar sang majikan kepada istrinya. Dan sang istri pun setuju.

Akhirnya, Mubarak pun kemudian menikahi putri majikannya tersebut, dan mertuanya memberinya harta yang cukup melimpah.

Di kemudian hari, isteri Mubarak ini melahirkan seorang putra yang diberi nama Abdullah. Abdullah inilah yang di kemudian hari dikenal sebagai Abdullah bin al-Mubarak, seorang ulama besar, pakar hadits, zuhud sekaligus mujahid.

Seorang ulama besar yang merupakan hasil pernikahan terbaik dari pasangan orang tua kala itu. Sampai-sampai Al-Fudhoil bin ‘Iyadh Rohimahullah mengatakan: "Demi pemilik Ka’bah, kedua mataku belum pernah melihat orang yang serupa dengan Ibnu al-Mubarak.

***

Itulah sikap amanah, akhlak terpuji seorang muslim yang diwariskan oleh Rasulullah SAW. Suatu sikap yang berat, dan terkadang pahit, namun berbuah kebahagiaan dan surga.

Amanah adalah sumber kebahagiaan hidup.

Hari ini, kecurangan dan penipuan sudah menjadi semakin banyak terjadi dalam kehidupan sebagian orang. Sangat jarang kita temukan orang jujur lagi dipercaya dalam menunaikan amanah serta yang jauh dari sifat curang dan penipu. Kejujuran sudah menjadi sesuatu yang langka. Berbahagialah Anda yang masih memiliki amanah dan kejujuran sebagaimana sabda Rasulullah SAW.

Dari Abdullah bin Mas'ud ra: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :"Sesungguhnya kejujuran mengantarkan kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan kepada surga. Sesungguhnya seseorang biasa berlaku jujur hingga ia disebut shiddiq (orang yang senantiasa jujur). Sedang dusta mengantarkan kepada perilaku menyimpang (dzalim) darn perilaku menyimpang mengantarkan kepada neraka. Sesungguhnya seseorang biasa berlaku dusta hingga ia disebut pendusta besar." (HR Bukhari Muslim)
loading...

0 komentar:

Post a Comment

Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih