Thursday, June 18, 2015

[Tarikh]: Siapa Gerangan Raja Hindia Yang Bertemu Dengan Rasulullah SAW? Adakah Kemungkinan Salah Seorang Raja di Nusantara?

lukisan tentang Cheraman Perumal
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam kitabnya al-Mustadrak (kitab al-‘At’imah Vol. 4, halaman 150), dari sahabat Sa'id al-Khudri r.a, disebutkan bahwa ada seorang raja dari negeri India (al-hind) yang datang membawa hadiah kepada Rasulullah Saw berupa tembikar yang berisi jahe.

Hadits tersebut secara lengkap berbunyi sebagai berikut:

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: «أَهْدَى مَلِكُ الْهِنْدِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَرَّةً فِيهَا زَنْجَبِيلٌ فَأَطْعَمَ أَصْحَابَهُ قِطْعَةً قِطْعَةً وَأَطْعَمَنِي مِنْهَا قِطْعَةً

Artinya:

"Dari Abu Sa’id Al-Khudri ra. berkata: ada seorang raja dari Hindia memberikan hadiah kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sebuah tembikar yang berisi jahe. Lalu Nabi shallallahu alaihi wa sallam memberi makan kepada sahabat–sahabatnya dari jahe tersebut sepotong demi sepotong, dan Nabi shallallahu alaihi wa sallam pun memberikan saya sepotong jahe dari dalam tembikar itu" (HR. Hakim, hadits nomor. 7190)

Berbagai keterangan disampaikan oleh para ulama tentang hadits di atas dan siapa sosok raja Hindia tersebut. Ada yang mengatakan bahwa raja Hindia tersebut merupakan seorang sahabat Rasulullah Saw, sebab ia hidup di masa Rasul menyatakan beriman kepada Rasulullah Saw.

Memang, di sisi kesahihan, banyak juga ulama yang meragukan kesahihan hadits tersebut. Al-Razi dan Abu Zar'ah menyatakan bahwa hadits tersebut adalah hadits munkar. Sedangkan al-Haitsami dalam Majma' al-Zawaid menyatakan bahwa hadit serumah juga diriwayatkan oleh al-Thabrani dalam Miu'jam al-Awsath, sementara di dalam perawinya terdapat seseorang bernama Amru bin Hikam yang lemah. Lebih dari itu, dalam riwayat Thabrani disebutkan bahwa raja tersebut adalah Raja Romawi, bukan Raja Hindia.

Syaikh Abdul Majid al-Zandani dalam kitabnya berjudul (بينات الرسول صلى الله عليه وآله وسلم ومعجزاته) menyebutkan bahwa raja tersebut adalah Raja Hindia yang beriman, adapun sebab berimannya raja tersebut adalah disebabkan peristiwa terbelahnya bulan (insyiqaq al-qamar) yang merupakan salah satu mukjizat Rasulullah Saw. Diperkirakan, raja tersebut menyaksikan peristiwa hebat itu dan mendengar tentang nubuwwat Rasul, sehingga ia datang langsung ke Mekkah untuk menyatakan keimanannya.

Secara umum, para ulama membenarnya terjadinya peristiwa bulan terbelah, namun peristiwa kedatangan raja Hindia tersebut banyak diragukan para ulama.

Dengan asumsi bahwa hal tersebut benar adanya, lantas siapakah gerangan raja tersebut? Dari negeri hindia manakah ia berasal? Sebab frasa Hindia pada masa dahulu disematkan orang pada negeri-negeri yang jauh di timur, mulai dari anak benua India hingga samudera hindia yang jauh .

Syaikh Abdul Majid al-Zandani menyebutkan bahwa raja India tersebut merupakan raja dari Malabar yang bernama Chakrawati Farmas. Hal tersebut dikuatkan dalam tulisan sejarawan M. Hamidullah dalam bukunya "Muhammad Rasulullah".

Hamidullah menyebutkan bahwa dalam sebuah dokumentasi manuskrip naskah tua di  India Office Library, London (nomor referensi: Arab, 2807, 152-173) yang mencatat peristiwa tersebut. Hamidullah menulis:
“There is a very old tradition in Malabar, South-West Coast of India, that Chakrawati Farmas, one of their kings, had observed the splitting of the moon, the celebrated miracle of the Holy Prophet (pbuh) at Mecca, and learning on inquiry that there was a prediction of the coming of a Messenger of God from Arabia, he appointed his son as regent and set out to meet him. He embraced Islam at the hand of the Prophet, and when returning home, at the direction of the Prophet, died at the port of Zafar, Yemen, where the tomb of the “Indian king” was piously visited for many centuries.” The old manuscript in the 'India Office Library' contains several other details about King Chakrawati Farmas and his travel.
[Ada tradisi yang sangat tua di Malabar, barat laut pantai India, yaitu tentang Chakrawati Farmas, salah satu raja-raja mereka, yang pernah menyaksikan peristiwa terbelahnya bulan, itulah suatu peristiwa ajaib yang terkenal yang terjadi di masa Nabi (saw) di Mekkah. Dari apa yang ia pelajari,  ia menemukan bahwa ada prediksi tentang kedatangan seorang utusan Allah dari negeri Arab. Karena itu, ia pun menunjuk putranya sebagai pengganti, sementara ia berangkat untuk bertemu dengan sang Nabi tersebut. Dia pun memeluk Islam di hadapan sang Nabi. Dan ketika kembali ke rumah, ia pun meninggal dunia di sekitar pelabuhan Zafar, Yaman, sehingga di sana terdapat makam "Raja India" yang saleh dikunjungi manusia selama berabad-abad kemudian].
Menurut al-Maududi, yang kejadian terbelahnya bulan tersebut berlangsung di Mina, Makkah sekitar lima tahun sebelum Nabi saw Hijrah ke Madinah. Syahdan, bulan telah terbelah menjadi dua bagian yang berbeda di depan mata mereka. Kemudian, keduanya bergabung kembali, dan peristiwa ini tentu saja disaksikan oleh mata di seluruh dunia saat itu.

Relevansi lainnya, bahwa hal ini pula yang menjadi alasan logis mengapa orang-orang dari Malabar yang menjadi komunitas pertama di India yang menerima Islam. Pasca peristiwa kunjungan raja mereka ke Mekkah, hubungan antara Malabar dengan Jazirah Arab semakin intens, volume perdagangan kedua negeri meningkat. Selain itu, Malabar pun menjadi tempat persinggahan kapal-kapal Arab yang melakukan perjalanan ke China lewat jalur laut.

Masjid tertua di India, Cheraman Juma Masjid di Kerala
Disebutkan juga, bahwa sebelum diutusnya Nabi Muhammad (saw), Malabar juga memiliki komunitas Kristen yang cukup banyak, yaitu para pengikut Isa Almasih. Diyakini, bahwa St. Thomas telah bermigrasi ke Malabar dan meninggal di sana. Mereka adalah kelompok nasrani ahli tauhid, dan tak tersentuh oleh perkembangan teologis sampai datangnya penjelajah Portugis, Vasco da Gama.

Ahli sejarah lain menyebutkan bahwa raja Hindia tersebut adalah Cheraman Perumal, yaitu seorang Raja dari Kerajaan Kodungallur, Kerala, India.


tulisan pada dinding masjid Cheraman, Kerala India
Dalam legenda yang terkenal di masyarakat Kerala, bahwa setelah masuk Islam, Sang Raja berganti nama sebagaiTajuddin, dan ia kemudian menikah dengan putri Raja Jeddah dan tinggal di sana beberapa lama.

Selain itu, ia juga dikenal dengan nama Abdullah Samudri. Syahdan, ketika ia hendak pulang ke kerajaannya, ia wafat di dalam perjalanan, saat berada di Salalah, Oman. Sehingga, di Oman saat ini dikenal sebuah situs Raja Hindia muslim yang meninggal di sana.

Hingga saat ini, di Muziris,Kodungallur masih berdiri sebuah masjid bernama Cheraman Juma Musjid Masjid ini, pada dindingnya terpahat prasasti bahwa masjid itu dibangun tahun 629 M. Diyakini bahwa masjid tersebut dibangun oleh Malik bin Dinar pada tahun 629 M tersebut. Dan saat ini, masjid tersebut masih dianggap sebagai masjid tertua di India dan sering mendapat kunjungan dari para pejabat sebagai bentuk penghormatan pada sejarah.

Namun, tidak sedikit pula yang meragukan kebenaran cerita tersebut. Disebutkan bahwa legenda Cheraman Perumal baru muncul dalam buku abad ke-16 dalam kitab Tuhafat-ul Mujahidin yang ditulis oleh  Shaik Zainuddin.

Pendapat lain menyebutkan bahwa Cheraman Perumal tidak pernah bertemu dengan Rasulullah. Hal ini dikarenakan, bahwa ketika ia datang, saat itu di Jazirah Arab tidak lagi masa Rasulullah Saw, tapi sudah di bawah khilafah Abu Bakar ra. dan Rasulullah telah wafat.

Jika demikian, siapa sosok dari Raja al-Hind sesungguhnya ? Adakah kemungkinan bahwa Raja al-Hind dari Nusantara?

Jika kita membuka lembaran sejarah, istilah “Malik al-Hind” sebagaimana tersebut di dalam Hadis al-Hakim diatas, juga dipergunakan oleh Raja-Raja dari kepulauan melayu atau Nusantara. Hal ini bisa dilihat pada surat yang dikirimkan Raja Sriwijaya kepada Khalifah Bani Umayyah. Surat tersebut berbunyi:
Dari Raja al-Hind – atau tepatnya Kepulauan India) yang kandang binatangnya berisikan seribu gajah, (dan) yang istananya terbuat dari emas dan perak, yang dilayani seribu putri raja-raja, dan yang memiliki dua sungai besar (Batanghari dan Musi), yang mengairi pohon gahana (aloes), kepada Mu’awiyah...
Seperti disebutkan di atas, ada yang menyebut bahwa Raja Hindia tersebut dikenal juga dengan nama Abdullah Al-Samudri. Kata-kata al-Samudri menunjukkan bahwa beliau berkemungkinan berasal dari Sumatera.

Menurut wikipedia, nama Sumatera berasal dari kata 'Samudera'. Dan ada kemungkinan bahwa istilah “Samudera” sudah lama ada, jauh sebelum masa kerajaan “Samudera Pasai” di Aceh.

Kendati demikian, mengklaim atau mengidentifikasikan sosok raja Hindia dimaksud sebagai Raja dari Nusantara memang perlu ada kajian lagi lebih mendalam.

Namun hipotesa ini bukan hal yang mustahil, mengingat hubungan perniagaan antara Asia Tenggara dengan Jazirah Arab, sudah berlangsung sejak abad-7 M. Indikasi lain bahwa ajaran Islam di kepulauan Melayu telah ada di masa Rasulullah masih hidup.
loading...

2 comments:

  1. Sangat suka dan sangat menambah wawasan saya. Terima kasih.

    ReplyDelete
  2. Keterangan surat Raja sriwijaya untuk muawiyah dari buku/ mana ya?

    ReplyDelete

Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih