Tuesday, December 17, 2013

Kisah Imam al-Ghazali Yang Mengubur Gurunya Hidup-hidup...!

Siapa yang tak kenal dengan Imam al-Ghazali. Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazalه, berkunyah Abu Hamid.

Beliau merupakan orang alim di bidang Fiqh (madzhab Syafi'i), tampak melalui kitab beliau berjudul al-Wasiith fi al-Madzhab, juga kitab ringkasannya bernama al-Wajîz, yang kemudian disyarh oleh Abdul Karim ar-Rafi'iy (w. 623 H) dan menjadi kitab besar bernama Fathul Azîz. 

Pintu gerbang keilmuan Fiqh Syafi'i terbuka seluas-luasnya terutama setelah kedatangan an-Nawawy (w. 676 H) dengan 3 kitab utamanya, yaitu Minhâj ath-Thâlibin, Raudhah ath-Thâlibîn dan al-Majmû' Syarh al-Muhadzdzab

Al-Ghazaly tergolong pembangkit ilmu Ushul Fiqh melalui kitab legendarisnya, al-Mustashfâ, yang kemudian Ibnu Qudamah al-Maqdisy (w. 620 H), seorang ulama mujtahid dari madzhab Hanbali mengukir kitab Raudhah an-Naazhir wa Jannah al-Munâzhir, berdasarkan madhmûn dan tartîb kitab al-Mustashfâ karya al-Ghazaly.

Al-Ghazaly adalah seorang ilmuwan cerdas, lebih cerdas dari guru-gurunya. Saking cerdasnya, beliau mengubur gurunya hidup-hidup!

Syahdan, suatu ketika di masa beliau masih belajar dan mendalami ilmu, beliau menulis sebuah karya di bidang Ushul Fiqh yang dinamakan al-Mankhûl min Ta'lîqât al-Ushûl. Kitab ini asalnya adalah catatan beliau dari dirasât dan kajian selama berguru pada para guru.

Selesai mengkhatamkan karya, beliau datang pada guru tertingginya, yaitu Abu al-Ma'aaly Abdul Malik al-Juwainy (w. 478 H), ulama besar penulis kitab al-Burhan dan al-Waraqaat di bidang Ushul Fiqh.

Sang guru terkaget.

Al-Juwainy, sang guru pun berkata padanya:

دفنتني وانا حي، هلا صبرت ﺣﺘﻰ اموت؟

"Kamu telah menguburku hidup-hidup!!! Tidakkah kamu bersabar hingga aku mati?!"

Maksud dari perkataan al-Juwainy ini adalah: "Kitabmu ini telah mengubur karyaku (di bidang Ushul Fiqh)! Kenapa kamu karyakan sekarang? Bukankah lebih baik kau karyakan setelah aku wafat?!"

Begitulah pengakuan dan kekaguman tersirat dari sang guru besar. Dan itu baru kitab al-Mankhûl, bagaimana jadinya jika al-Juwainy melihat karya beliau setelah meninggalnya, yaitu al-Mustashfâ? Akan lebih tercekat lagi.

Kitab al-Mankhûl min Ta'lîqât al-Ushûl dicetak oleh Dâr al-Fikr, dengan tahqîq Syaikh Dr. Muhammad Hasan Heito dan sudah menjalani pencetakan sekian kali.

Kuburlah guru-gurumu sebelum wafat mereka. Jadilah lebih hebat dari mereka dan buktikan!

loading...

1 comment:

  1. subhanallah..........

    jika ada waktu kunjungi kami di warkop:

    peutrang.blogspot.com

    ReplyDelete

Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih