Wednesday, February 12, 2014

[Foto dan Video]: Pembantaian Lumba-Lumba di Kepulauan Faroe, Denmark.

Kepulauan Faroe adalah sebuah wilayah otonomi di dalam kerajaan Denmark. Negara ini terletak di antara Laut Norwegia dan Samudra Atlantik Utara, yaitu antara Norwegia dan Islandia. Luas total wilayah ini sekitar 1.400 km 2 dengan populasi sekitar 50.000 orang.

Kepulauan Faroe memiliki pemerintahan sendiri dalam lingkungan Kerajaan Denmark sejak tahun 1948. Selama bertahun-tahun, orang-orang Faroese diberi otonomi seluas-luasnya menangani urusan dalam negeri mereka. Dalam ajang piala Eropa, Faroe tampil dengan delegasi sendiri. Sedangkan yang menjadi tanggung jawab dari Denmark meliputi pertahanan militer, kepolisian, hukum, mata uang dan urusan luar negeri.

Salah satu ajang kontroversial di Faroe adalah kegiatan berburu iklan lumba-lumba pilot (Dolphin Massacre) yang diadakan terus menerus untuk diambil dagingnya. Kegiatan ini mengundang kecaman banyak pecinta binatang dari seluruh dunia karena dianggap sebagai pembantaian sadis. Sebuah petisi ditandatangani untuk menghimbau penghentian aksi ini, namun pemerintah di sana tidak bergeming.

Dikabarkan, kegiatan berburu lumba-lumba ini biasa dilakukan oleh kalangan dewasa dan remaja untuk membuktikan kedewasaan mereka.

Menurut pengunjung, mereka amat kasihan mendengar lumba-lumba itu menjerit saat dibantai, suaranya seperti tangisan bayi yang baru dilahirkan.

Kecaman kelompok pelindung binatang tidak hanya sampai di situ, bahkan sudah diingatkan bahwa daging ikan lumba-lumba tidak layak di makan karena beracun dan mengandung merkuri, sebab lumba-lumba kebanyakan memakan ikan-ikan yang sudah tercemar merkuri. Mereka mencontohkan dengan kasus di Jepang masa lalu, yang mana banyak anak-anak yang lahir cacat karena orangtua mereka mengkonsumsi ikan lumba-lumba.

The Cove berhasil memenangkan beberapa penghargaan tahun lalu karena berhasil mengungkap pembantaian lumba-lumba di wilayah tersebut.

Menurut laporan sebuah situs, tak kurang dari 1085 ekor lumba-lumba telah dibunuh sejak 21 Juli 2013. Beberapa foto beredar di dunia maya menunjukkan aksi-aksi perburuan tersebut yang oleh sebagian orang dianggap mengerikan, di mana beberapa foto menunjukkan air laut yang berubah warna menjadi merah karena darah lumba-lumba yang dibantai.

Namun sebuah artikel di Huffingtonpost justru membuah pembelaan terhadap aksi pembantaian lumba-lumba ini dan menganggapnya sebagai isyu belaka. Artikel tersebut ditulis oleh Megan Stamper, seorang mahasiswi Phd dari Universitas Cambridge. Menurutnya, kegiatan berburu lumba-lumba itu tidak dapat hanya dinilai dari aspek moralitas. Pembunuhan ini tidak dilakukan sebagai semacam 'ritual' oleh penduduk setempat seperti yang diberitakan beberapa media. Sebaliknya, motif sebenarnya adalah karena faktor makanan, di mana orang-orang di pulau-pulau ini cukup terisolasi, mereka memiliki lahan yang layak sangat sedikit untuk mempertahankan pertanian berbasis lahan, sumber pangan alternatif untuk membantu mereka melalui musim dingin adalah daging lumba-lumba ini. Jadi, pembunuhan itu tidak dilakukan untuk keuntungan komersial, dan daging itu hanya didistribusikan kepada masyarakat setempat.

Menurutnya juga, gambar-gambar dari laut berwarna merah darah yang mengejutkan sebagian orang itu tidak lebih mengerikan dibanding kegiatan pertanian intensif komersial yang ada negara maju, yang mana banyak penggunaan racun dan pestisida yang merugikan umat manusia.

Terlepas dari kontroversi ini, bagi anda yang ingin melihat kegiatan perburuan lumba-lumba di Faroe, silahkan lihat videonya di bawah ini:


loading...

0 komentar:

Post a Comment

Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih