Tuesday, April 16, 2013

Kisah Dokter Yang Membedah Dirinya Sendiri…!!! WOOOOOW

Pernahkah anda membayangkan ada orang yang melakukan operasi pembedahan atas dirinya sendiri? Rasanya sangat tidak mungkin, tapi itu pernah terjadi. Adalah Leonid Rogozov (14 Maret 1934 – 21 September 2000), seorang ilmuwan Rusia tercatat sebagai manusia yang pernah melakukan aksi fantastis tersebut.

Bagaimana ceritanya? Pada bulan September 1960 hingga Oktober 1962, Rogozov bekerja di Antartika sebagai dokter satu-satunya dalam tim peneliti di stasiun Novolazarevskaya yang didirikan pada Januari 1961.

Nah, pada suatu pagi tanggal 29 April 1961
, Rogozov merasakan tubuhnya melemah. Ia mual, demam dan kemudian rasa sakit di bagian kanan bawah perut. Semua tindakan pengobatan konservatif sudah diusahakan untuk mengobatinya, tapi ternyata tidak membantu. Keesokan harinya, tanggal 30 April, tanda peritonitis lokal pada tubuhnya semakin jelas, dan kondisinya makin memburuk pada sore hari. Jelas sudah, penyakit usus buntunya tidak mau bertoleransi lagi. Mau tidak mau, ia harus dibedah. Tapi, tempat pembedahan terdekat hanya ada di Mirny, yaitu sebuah stasiun penelitian Soviet yang berjarak lebih dari 1.600 km dari Novolazarevskaya. Sementara, stasiun penelitian Antartika dari negara-negara lain tidak memiliki pesawat terbang. Kondisi badai salju yang parah semakin memperburuk situasi.


Leonid Rogozov saat membedah dan usus buntunya sendiri!

Dalam buku hariannya, Rogozov mencatat:
“Saya tidak tidur sama sekali tadi malam. Rasanya sakit seperti setan! Badai salju mendera lewat jiwaku, meratap seperti seratus serigala. Masih tidak ada gejala yang jelas bahwa perforasi sudah dekat, tapi perasaan menindas firasat menggantung di atas saya … Ini dia … Saya harus memikirkan satunya cara yang mungkin keluar: mengoperasi diri sendiri … Ini hampir mustahil … tapi aku tidak bisa hanya melipat tangan saya dan menyerah…”


Akhirnya, Rogozov tidak punya pilihan lain: ia melakukan operasi bedah pada usus buntunya sendiri! Operasi ini ia mulai sekitar pukul 22:00 pada 30 April. Dengan bantuan sopir dan seorang meteorolog, Rogozov meminta mereka untuk menyediakan instrumen dan memegang cermin agar ia dapat melihat daerah-daerah tidak dapat langsung terlihat oleh matanya.

Rogozov berada dalam posisi semi-berbaring. Tanpa ragu, larutan novocaine digunakannya untuk anestesi lokal pada dinding perut. Setelah itu, Rogozov membuat sayatan sebesar 10-12 cm pada perutnya, lalu mengekspos usus buntunya sendiri. 30 menit setelah dimulainya operasi, Rogozov merasakan tubuhnya lemah dan mual, sehingga ia sesekali melakukan jeda singkat untuk beristirahat, lalu melanjutkan kembali operasi ‘impossible‘nya itu.

Menurut laporannya sendiri, ternyata ia menemukan usus buntu di dalam perutnya memiliki perforasi 2×2 cm. Ia kemudian memberikan antibiotik secara langsung ke dalam rongga peritoneal. Dan sekitar tengah malam, operasi dahsyat itu selesai! 

Hebatnya, setelah operasi tersebut, tanda-tanda peritonitis menghilang. Suhu tubuh Rogozov kembali normal setelah lima hari, dan jahitan di perutnya sembuh tujuh hari pasca operasi. Dia pun melanjutkan tugas reguler dalam waktu dua minggu kemudian.

Atas operasi pada diri sendiri ini, publik Soviet dibuat heboh dan kagum, hingga akhirnya ia kemudian dianugerahi penghargaan Order of the Red Banner of Labour pada tahun 1961, sebuah penghargaan kehormatan yang diberikan pemerintah Soviet di Ilmu Pengetahuan, Budaya, Kesehatan dll. 

Siapa gerangan dokter hebat ini? Leonid Rogozov lahir di Dauriya Station, Chita Oblast, sebuah desa terpencil di Siberia Timur, 17 km dari perbatasan Soviet dengan Mongolia dan China (dekat Manzhouli). Ayahnya tewas dalam Perang Dunia II pada tahun 1943. Pada tahun 1953 ia menyelesaikan studinya di sebuah sekolah menengah di Minusinsk, Krasnoyarsk Krai. Setelah lulus pada tahun 1959, ia lantas bekerja sebagai dokter umum, kemudian ia mulai mengkhususkan diri dalam bedah. Pada bulan September 1960, pada waktu itu usianya sekitar 26 tahun, ia menyempatkan diri bertugas dan bergabung dengan Ekspedisi Antartika Soviet keenam sebagai dokter. Dan di saat itulah pembedahan fenomenal itu berlangsung.

Bulan Oktober 1962 Rogozov kembali ke Leningrad dan bekerja sebagai pengajar di program pasca sarjana di almamaternya. Pada bulan September 1966, ia mengelurkan tesis PhD berjudul “Reseksi esofagus untuk mengobati kanker kerongkongan”. Di samping itu, ia juga bekerja sebagai dokter di berbagai rumah sakit di Saint Petersburg. Dari tahun 1986 sampai 2000 ia menjabat sebagai kepala departemen bedah dari Saint Petersburg Balai Penelitian Pulmonologi TBC. Hingga akrhinya, Rogozov meninggal dunia pada usia 66 di Saint Petersburg, Rusia karena serangan kanker paru-paru.
loading...

0 komentar:

Post a Comment

Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih