Monday, May 13, 2013

Kisah Hakim dan Nenek Yang Menyebalkan

Pada suatu hari, ada seorang pemuda yang diajukan ke pengadilan. Dia didakwa melakukan tindakan kekerasan. Tak tanggung-tanggung, ia dituding menggebuki seorang nenek di Kereta Api jurusan Jakarta - Surabaya, yang mengakibatkan kematian si nenek itu.

Dalam persidangan, Hakim ketua sidang berkata kepada si pemuda yang bertampang beringas:

"Sekarang saudara ceritakan semuanya, apa yang sebenarnya terjadi, secara detil, lengkap, berurutan. Bayangkan..... Kok saudara itu kejam sekali. Tega-teganya memukuli nenek-nenek, orang yang lemah ... sampai mati!".

Pemuda sangar itupun memulai ceritanya :

"Begini Pak hakim , hari Minggu sebulan yang lalu, saya menerima kabar ibu saya sakit keras. Lalu saya naik kereta jurusan Jakarta - Surabaya di Gambir yang berangkat di pagi hari. Saya duduk bersebelahan dengan seorang perempuan tua. Nenek ini membawa tas besar yang di letakkan di bawah kakinya. Saya menawarkan pertolongan untuk menaruh tas besarnya itu di rak atas, tapi dia menolak. Tas barang yang besar itu sangat mengganggu kenyamanan saya, karena kaki saya tidak bisa bebas bergerak.

Kemudian kereta berangkat dan beberapa saat kemudian tiba di stasiun Jatinegara Di stasiun ini , kereta berhenti untuk pemeriksaan tiket. Kondektur pun datang ke gerbong tempat saya berada , kemudian menanyakan tiket. Saya langsung tunjukkan tiket saya ke dia. Giliran tiket si nenek. Wah ini repot sekali. Nenek itu mengangkat tas besarnya ke bangku. Dia mengeluarkan handbag dari tas pakaian itu , lantas dari dalam handbag dia mengeluarkan dompet besar. Dari dompet besar dia mengeluarkan dompet kecil. Dari dompet kecil itu ia mengeluarkan tas kain kecil berserut. Di dalam tas kain itu ada bungkusan yang diikat dengan karet gelang. Bungkusan itu di buka dan didalamnya ada kotak korek api.

Rupanya nenek itu menyimpan tiketnya di dalam kotak korek api. Setelah diperiksa kondektur , dia kembali melipat tiketnya dan menaruh kembali ke kotak korek api. Lalu kotak itu dibungkus , diikat karet. Dimasukkan ke tas kain. Lalu masuk ke dompet kecil. Dompet kecil masuk ke dompet besar, lalu ditaruh di handbag. Handbag masuk kembali ke tas besar. Tas besar ditaruh kembali ke bawah kakinya.

Keretapun meneruskan perjalanan. Perhentian berikutnya di setasiun Bekasi. Di sana juga sama ada pemeriksaan tiket. Tiket saya dengan cepat di periksa. Sementara si nenek , kembali mengangkat tas besarnya ke bangku. Keluarkan handbag , lalu berturut-turut dari dalamnya dompet besar, lalu dompet kecil , tas kain, lalu ada bungkusan berkaret , di buka ada kotak korek api , ada tiket di dalamnya. Diperiksa kondektur, lantas tiket masuk lagi ke kotak korek api , dibungkus , diikat karet , masuk ke tas kain serut , ke dompet kecil , masuk ke dompet besar, handbag , akhirnya masuk ke tas besar. Di taruh di bawah kaki, ..."

"Kereta jalan terus sampai di stasiun Karawang. Lagi-lagi ada pemeriksaan tiket. Tiket saya cepat diperiksa, sementara nenek itu angkat tas besarnya ke bangku, keluarkan handbag, lalu dompet besar, dompet kecil , lalu keluarkan tas ka.............,"

Belum sempat si pemuda meneruskan ceritanya, sang hakim keburu membentaknya.

"Saudaraaa .......  Jangan main-main ya! Anda itu melantur atau apa? Tau nggak ini pengadilan .... bukan warung kopi!".

Langsung saja pemuda itu berdiri dan tak kalah gertak juga:

"Nah lihat kan, bapak hakim yang cuma mendengar cerita saya saja sudah marah. Padahal baru sampai Karawang. Coba bayangkan, bagaimana rasanya saya harus mengalami hal ini sepanjang perjalanan dari Jakarta - Surabaya..... Bapak tau nggak ada berapa stasiun yang dilewati!"
loading...

0 komentar:

Post a Comment

Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih