Orang Rajin Bersedekah Itu Bahagia, begini penjelasan ilmiahnya...

Pernahkah kita merasakan, ketika kita mengeluarkan sedekah kepada orang yang membutuhkan, ketika kita bisa membantu meringankan beban orang lain, lalu muncul perasaan bahagian entara dari mana dalam lubuk hari kita?;

Wednesday, May 31, 2017

Keabsahan Waktu Imsak Dalam Perpektif Fiqih

Dalam beberapa tahun ini muncul berbagai fatwa dari sebagian Ulama yang menfatwakan tentang terlarangnya dan sesatnya jadwal waktu Imsakiyah yang muncul pada bulan Ramadhan.

Fatwa semacam ini  -menurut pandangan ulama tersebut- disebabkan ada beberapa hal yaitu waktu imsak adalah bid’ah dan tidak ada pada zaman nabi, waktu imsak di asumsikan sebagai awal waktu berpuasa padahal mengakhirkan waktu sahur adalah sunnah dan utama, waktu imsak termasuk dalam kategori membuat syareat baru dan kalaupun ada tentu nabi telah melakukannya.

Beberapa alasan tersebut begitu mengemuka di permukaan dan difatwakan untuk mensesatkan jadwal waktu imsakiyah yang berkembang di masyarakat, utamanya di daerah muslim Sunni.

PERSPEKTIF IMSAK MENURUT ILMU FALAK

Waktu imsak adalah waktu tertentu sebelum shubuh, saat kapan biasanya seseorang mulai berpuasa[1]. Mengenai watu imsak ada yang berpendapat 15 menit[2],10 menit[3], dan ada yang menggunakan 18 menit dan 20 menit sebelum fajar shodiq yang merupakan awal waktu shubuh dan juga awal berpuasa[4].

Dalam hal ini para ahli astronomi berbeda pendapat mengenai irtifa’ (ketinggian matahari ) fajar shadiq yang pada waktu itu dibawah ufuq (horizon) ada yang berpendapat -18,-19,dan -20[5].

Fenomena ini dalam astronomi disebut dengan Twilight, fenomena ini muncul dibawah horizon sampai matahari terbit pada pagi hari atau setelah matahari terbenam pada sore hari[6]. Pada waktu itu cahaya kemerahan dilangit sebelah timur sebelum matahari terbit, yaitu saat matahari menuju terbit pada posisi jarak zenith 108 derajad dibawah ufuq sebelah timur[7].

Dalam Explanatory Supplemen to The Astronomical Almanac dijelaskan”:

"This is caused by the scattering of sunlight from upper layer of the earth atmosphere. It begins at sunset (ends at sunrise) and is conventionally taken to end (or begin) when the center of the sun reaches an altitude of -18”.[8]

Fajar sendiri dibagi menurut ahli astronomi dapat dibagi menjadi dua, yaitu fajar waktu pagi dan fajar waktu senja hari, secara fiqhi fajar dibagi menjadi dua juga yaitu fajar shodiq dan fajar kadzib, dalam hal ini K. Maisur mengatakan

وهو المنتشر ضوؤه معترضا ينواحى السماء. بخلاف الكاذب فإنه يطلع مستطيلا ثمّ يذهب ويعتقبه ظلمة.وذالك قبل الصادق[9]

Dalam ranah fiqih fajar dapat dibagi atas dua macam yaitu fajar shadiq dan fajar kadzib, fajar kadzib adalah fenomena cahaya kemerahan yang tampak dalam beberapa saat kemudian menghilang sebelum fajar shadiq, dalam dunia ilmu astronomi sering disebut Twilight False atau Zodiacal light, Fajar kadzib terjadi akibat hamburan cahaya matahari oleh debu-debu antar planet di ekliptika,sedangkan fajar shadiq adalah fenomena astronomical twilight yang muncul setelah fajar kadzib.

Para Ahli Fiqih memberi gambaran bahwa fenomena fajar shadiq ketika mega putih (biyadh) dari horizon telah tampak dari arah timur, hal tersebut telah dijelaskan dalam surat Al-Baqoroh ayat 187 dimana waktu melakukan puasa adalah ketika terbitnya fajar (fajar shadiq) sampai tenggelamnya matahari.[10]

WAKTU IMSAK DALAM PERDEBATAN

Dalam pemaparan diatas waktu imsak adalah suatu waktu sebelum waktu shubuh dimana juga menjadi awal untuk menjalankan ibadah Puasa, dari gambaran ini sungguh salah apabila diyakini bahwa awal berpuasa dimulai pada waktu imsak ini dan ini kemudian yang disalah persepsikan oleh ulama-ulama yang berbeda pendapat, penggunaan waktu imsak ternyata berkaitan dengan kehati-hatian (ihhtiyat) dalam menjalankan awal ibadah puasa. Karena itu,  dalam menyikapi fatwa-fatwa yang berbeda, ada beberap hal yang penting diperhatikan, antara lain:

Pertama, masalah auqot terkait dengan masalah fenomena alam untuk itu kita harus memahami bahwa masalah auqot berkaitan dengan Sunnatulloh, Sunnatullah mengatur dan berlaku untuk alam semesta (makro kosmos) dan alam manusia (mikro kosmos), hukum ini tidak diwahyukan, tetapi dihamparkan dalam bentangan realitas alam semesta dan alam manusia, yang semuanya tunduk patuh kepadanya dengan sukarela maupun terpaksa, hukum ini berlaku obyektif, pasti dan tetap, diperoleh melalui observasi dan lahirlah science dengan berbagai disiplin ilmu yang melingkupinya, berbeda dengan Dinullah yang khusus mengatur alam manusia yaitu tentang bagaimana harus berprilaku terhadap penciptanya,dirinya sendiri, dan lingkungannya, hukumnya bersifat subyektif, tidak pasti, tidak tetap, hukum ini diwahyukan dan terangkum di dalam Alqur’an dan Hadist, pengetahuannya di peroleh dari telaah kita terhadap teks-teks wahyu, maka lahirlah ilmu fiqih, tafsir, hadits, dll, derajad kebenarannya seberapa akurat ia didukung oleh dalil-dalil naqli yang sifatnya legal formal, ayat-ayat yang berkiatan dengan fajar nampak jelas merupakan bagian dari ayat-ayat kauniyah dan akan dapat difahami dari Sunnatullah.

Kedua, waktu imsak merupakan bagian dari ikhiyat, artinya waktu imsak diperlukan dalam rangka untuk menjauhkan kita dari kesalahan untuk makan dan minum, maksudnya supaya kita hati-hati dan tidak makan dan minum ketika waktu puasa telah tiba[11].

Hal ini sangat jelas bahwa dalam waktu imsak bukanlah awal melaksanakan puasa, tapi ihtiyat sangat penting sekali dalam menjalankan ibadah kita, Syekh Ali al-Shobuni mengisyaratkan hal tersebut dengan sebuah qaidah :

أمور العبادة ينبغي فيها الإحتياط[12]

Akhirnya dari pemaparan tersebut, maka waktu Imsak yang banyak beredar bukanlah suatu bid’ah yang sesat, tetapi merupakan bagian dari keahati-hatian dalam ibadah, atau juga bagian dari bid’ah hasanah -bagi ulama yang mengakui adanya bid'ad hasanah- dalam rangka memudahkan kita dalam menjalankan ibadah Puasa.

---------------------------------------------------------

[1] Nur Ahmad Shadiq bin Saryani, Abu Saiful Mujab, Nur al-Anwar min Muntaha al-Aqwal, Madrasah Tasywiq al-Thullab al-Salafiyah, Kudus, 1407H/1986M, hal 66
[2] ……..opcit, hal 66
[3] Sjamsul Arifin,Drs.H, Ilmu Falak, STAIN PONOROGO, Ponorogo, 1997M. hal 56
[4] Al Istanbuly, Sa’id bin Husaein Hamly, Kitab Mawaqit al-Sholat, Hakikat Kitabevi, Istanbul, 1988 M, hal 33
[5] ……..opcit, hal 33.
[6] Azhari, Susiknan, Ensiklopedia Hisab Rukyat, Pustaka Pelajar, Jogjakarta, 2005, hal 156.
[7] …….opcit, hal 53
[8] Yallop, B.D, Astronomical Phenomena, Explanatory Supplemen to The Astronomical Almanac, University Science, California, 1992, hal 492
[9] Al-Tursidi, Maisur,K, Al-Hawashil , PP. Mahir al-Riyadh, Kediri, tt, hal 50
[10] Sabiq, Sayyid, al-Syekh, Fiqh al-Sunnah, Dar el-Fikr,Beirut, 1403H/1983M, hal 369
[11] Al Istanbuly, Sa’id bin Husaein Hamly, Kitab Mawaqit al-Sholat, Hakikat Kitabevi, Istanbul, 1988 M, hal 33
[12] Al-Shobuny, Mohammad Ali, Al-Syekh, Rawai’ al-Bayan Tafsir ayat al-Ahkam min al-Qur’an, jilid 2, Dar el-Fikr, Beirut,tt,, hal 205
loading...

Tuesday, May 30, 2017

Subhanallah... Para Malaikat Pun Tidak Diberi Keutamaan Membaca Al-Qur'an...

Imam Ibnu Solah rahimahullah mengatakan:

"Bahwasannya para Malaikat tidak diberi keutama'an untuk membaca Al-qur'an,  maka oleh karena itu para Malaikat bersemangat untuk selalu mendengar saja dari baca'an manusia".

Berkata Abu Zanad:

"Di tengah malam,  aku keluar menuju masjid Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam sungguh tidak ada satu rumahpun yang aku lewati melainkan pada nya ada yang membaca Al-qur'an".

Berkata Syaikhul Islam ibnu Taimiyyah: "tidak ada sesuatu yang lebih bisa memberikan nutrisi otak, kesegaran jiwa, dan kesehatan tubuh serta mencakup segala kebahagiaan melebihi dari orang yang selalu melihat kitabullah ta'ala".

Bergantunglah pada Alqur'an niscaya kau akan mendapatkan keberkahan.
Allah berfirman: "ini adalah kitab yang kami turunkan kepadamu yang penuh keberkahan agar mereka mau mentadaburi ayat-ayatnya".

Berkata sebagian ahli tafsir
"Manakala kita menyibukkan diri dengan Al-qur'an maka kita akan di banjiri oleh sejuta keberkahan dan kebaikan di dunia".

"Saya memohon kepada Allah agar mberikan taufiqnya kepada saya dan kalian semua untuk selalu membaca Al-qur'an dan mengamalkan kandungannya".
Berkata Ibnul Qudamah: "sangat dimakruhkan orang yang menghatamkan Al-qur'an lebih dari 40 hari".

Berkata Imam Qurtubi: "40 hari adalah waktu bagi orang -orang yang punya kelemahan membaca Al-qur'an dan orang memiliki banyak kesibukan".

Adakah di antara kita dalam sebulan atau 40 hari mengkhatamkan Al-qur'an..??

Jika kita memang orang yang berakal akan bergetarlah jiwa ini (karena kelalaian).

di antara kebaikan Al-qur'an bahwa Allah akan memberkahi pembaca dan penghafalnya

Berkata Abdul Malik bin Umair:

"Satu-satunya manusia yang tidak pikun adalah orang yang selalu membaca Al-qur'an".

Dalam redaksi lain
"Manusia yang paling jernih akalnya adalah para pembaca Al-qur'an".

Berkata Al-imam Qurtubi:
"Barang siapa yang membaca Al-qur'an,  maka Allah akan menjadikan ingatannya segar meskipun umurnya telah mencapai 100 tahun".

Imam besar Ibrahim al-Maqdisi memberikan wasiat pada muridnya Abbas bin Abdi Daim rahimahullah.

"Perbanyaklah membaca Al-qur'an jangan pernah kau tinggalkan, karena sesungguhnya setiap yang kamu inginkan akan di mudahkan setara dengan yang kamu baca".

Bila anda Cinta pada Alqur'an maka sebarkanlah,,,
Demi Allah, sekian banyak orang yang membaca Alqur'an maka pahala anda akan selalu mengalir..
loading...

Monday, May 29, 2017

Baca Ini... Masih Berani Tidur Setelah Sahur Atau Subuh Di Bulan Puasa?

Di bulan puasa, habis sahur memang ngantuk karena perut terisi, tapi jangan langsung tidur, sebaab:

Ketika tidur semua organ dalam tubuh akan melambat metabolisme nya, seperti usus dan lambung akan lambat dalam mencerna makanan, akibatnya makanan tidak tercerna dengan sempurna, makanan yg tidak tercerna dgn sempurna akan di "makan" oleh bakteri buruk.

  • Jumlah bakteri buruk di lambung & usus menjadi dominan, dimana sifat bakteri ini: 
  • anaerob (miskin oksigen), hasil metabolisme bakteri bersifat asam,
  • Bakteri akan menghasilkan zat asam nitrit yang bersifat SANGAT ASAM,
  • Asam nitrit akan meningkatkan derajat keasaman tubuh,
  • Derajat keasaman tubuh meningkat drastis akan membebani sistem metabolisme tubuh,
  • Asam nitrit SANGAT, SANGAT, dan SANGAT beracun untuk liver anda!
  • Liver akan bekerja keras melawan racun,
  • Sel darah putih akan gencar diproduksi untuk melawan bakteri jahat tadi....
  • Tubuh akan bekerja keras hanya utvk menghilangkan racun,
  • Terjadi penumpukan gas racun amonia dalam tubuh anda akibat makanan yang tidak tercerna menjadi busuk dalam usus & lambung anda,

Semua itu terjadi hanya karena .....anda langsung tidur setelah sahur....

Kesimpulan:

Tidur setelah sahur akan berkontra-indikasi terhadap salah satu tujuan puasa: yaitu ingin sehat,
Tidur setelah sahur merusak liver,

Membuat keberadaan bakteri jahat dalam tubuh jadi dominan,
Menambah derajat PH keasaman tubuh, INGAT, jika PH tubuh anda <4 maka SEL KANKER AKAN MULAI TUMBUH,

Keadaan tubuh menjadi an-aerob (miskin oksigen), SEL KANKER AKAN TUMBUH PESAT PADA SEL TUBUH YANG PALING ANAEROB,

Ingat! Rasulullah SAW tidak pernah tidur setelah sahur dan setelah sholat shubuh,  Usahakan lawan kantuk dengan langsung berwudhu dan sholat shubuh dilanjut bertadarus, membaca buku, dan atau berolah raga.
loading...

Friday, May 26, 2017

3 Sikap Manusia Menyambut Datangnya Bulan Ramadhan

Tanpa terasa,  kita telah memasuki akhir bulan Sya’ban. Besok, Insya Allah, kita akan kedatangan bulan Ramadhan. Setelah sekian lama berpisah, kini Ramadhan kembali akan hadir di tengah-tengah kita. Bagi seorang muslim, tentu kedatangan bulan Ramadhan akan disambut dengan rasa gembira dan penuh syukur, karena Ramadhan merupakan bulan maghfirah, rahmat dan menuai pahala serta sarana menjadi orang yang muttaqin.

Yang kita tunggu-tunggu akhirnya dating juga. Bulan suci Ramadhan yang penuh berkah dan keagungan. Bulan yang segala amal perbuatan dilipatgandakan pahalanya. Tidurnya dinilai sebagai ibadah, diamnya dianggap sama seperti orang yang membaca tasbih, dan diturunkannya Al-Qur'anul Karim sebagai pedoman hidup kaum muslimin, serta pembeda antara yang hak dan batil.

Ada tiga sikap umat Islam dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.

Pertama, cuek dan masa bodoh. 

Sebagian orang -naudzu billah- tidak begitu peduli dengan datangnya bulan Ramadhan. Mau datang atau tidak Ramadhan, tidak peduli. Datang atau tidak Ramadhan,  emang gua pikirin. Ia tidak punya kepentingan apa-apa dengan bulan Ramadhan. Ia tidak merasa diuntungkan maupun dirugikan dengan datangnya bulan Suci Ramadhan.

Kedua, merasa susah, sedih, dan kesal dengan datangnya bulan Ramadhan. 
Ada pula yang merasa jengkel dan susah hati dengan datangnya bulan Ramadhan. Kenapa? Karena pada bulan suci ini dianggapnya telah merampas kesenangannya dalam melahap makanan dan minuman yang biasa ia lakukan setiap pagi, siang, dan sore hari. Bahkan sebagian masyarakat yang lain menganggap kedatangan bulan Ramadhan dianggap telah merampas keuntungannya dalam usaha kulinernya.  Mereka menganggap bulan susi ini telah menghambat pelanggannya yang biasa datang untuk menikmati hidangan makan dan minum di warung atau restorannya.

Ketiga, sikap senang dengan datangnya bulan suci Ramadhan. 

Inilah sikap seorang mukmin. Ia menganggap bulan ini sebagai bulan istimewa yang tidak boleh dilewatkan begitu saja. Setiap detik, menit, dan jam harus dimanfaatkan untuk ibadah, baik yang wajib maupun yang sunah. Shalat tarawih pada malan hari tidak pernah ditinggalkan. Demikian pula mengaji Al-Qur'an tidak pernah lepas setiap harinya. Pokoknya tidak ada hari tanpa ibadah.

Orang yang merasa senang dengan kehadirannya, karena dia telah membiasakan diri untuk mengerjakan puasa dan menyiapkan dirinya untuk menanggung beban puasa. Maka, dia tidak merasa berat ketika berpuasa. Bahkan ia akan mencela dirinya jika meninggalkannya. Para salafus shalih sering berpuasa (meninggalkan makan, minum dan segala hal yang membatalkan- red) hingga menjadi terbiasa. Barang siapa meninggalkan sesuatu karena Allah Azza wa Jalla, maka Allah Azza wa Jalla akan memberikan ganti yang lebih baik darinya. Allah Azza wa Jalla berfirman:

كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الْأَيَّامِ الْخَالِيَةِ

(Kepada mereka dikatakan): “Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu” [al-Haqqah/69:24]

Sebagaimana membiasakan diri untuk berpuasa, dia juga membiasakan qiyâmul lail (shalat malam) yang merupakan penjagaan malam sebagaimana puasa juga merupakan penjagaan siang. Dalam qiyâmul lail terdapat kesungguhan jiwa dan konsentrasi peribadatan sehingga bisa mengalahkan setan; serta kabar gembira berupa balasan surga dan keselamatan dari neraka. Qiyâmul lail adalah kemuliaan bagi seorang Mukmin dan syi‘ar orang-orang shâlih. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ ، فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ ، وَهُوَ قُرْبَةٌ لَكُمْ إِلَى رَبِّكُمْ ، وَمَكْفَرَةٌ لِلسَّيِّئَاتِ ، وَمَنْهَاةٌ عَنِ الإِثْمِ

Hendaknya kalian mengerjakan qiyâmul lail (shalat malam) karena itu merupakan kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian. Ia merupakan bentuk pendekatan diri kepada Rabb kalian, sebagai penghapus kesalahan dan mencegah perbuatan dosa”.

Mereka menyambut Ramadhan dengan banyak berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla, membaca al-Qur‘ân dengan rutin, melaksanakan amar makruf dan nahi mungkar, memberikan sedekah kepada orang-orang fakir dan yang membutuhkan dan juga memberikan buka kepada orang yang berpuasa. Karena dengan memberi makan orang yang berpuasa, akan mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa. Mereka menyibukkan diri mereka dengan cara berdzikir dan mengkhatamkan al-Qur‘ân. Sehingga mereka mendapatkan pahala yang sempurna pada akhir bulan, mendapatkan Lailatul Qadr dan mendapatkan kemenangan dengan pahala dari Allah Azza wa Jalla. Mereka berharap mendapatkan ampunan dari berbagai dosa.

Setelah keluar dari Ramadhan, keadaan mereka seperti ketika dilahirkan dari perut ibu mereka. Mereka mendapatkan pahala pada hari Iedul Fitri. Mereka menyelesaikan Ramadhan dalam keadaan mendapat ampunan. Dan mereka adalah orang-orang yang berdoa kepada Allah Azza wa Jalla selama berbulan-bulan agar dipertemukan dengan bulan Ramadhan ; karena mereka mengetahui keutamaan bulan itu. Ramadhan merupakan saat-saat kebaikan dan berlomba-lomba dalam mendekatkan diri.

Lantas, Apa Yang Harus Kita Persiapkan Menyambut Ramadhan?

Sudah sepatutnya kita melakukan persiapan diri untuk menyambut kedatangan bulan Ramadhan, agar Ramadhan kali ini benar-benar memiliki nilai yang tinggi dan dapat mengantarkan kita menjadi orang yang bertaqwa.

Tentu saja persiapan diri yang dimaksud di sini bukanlah dengan memborong berbagai macam makanan dan minuman lezat di pasar untuk persiapan makan sahur dan balas dendam ketika berbuka puasa. Juga bukan dengan mengikuti berbagai program acara televisi yang lebih banyak merusak dan melalaikan manusia dari mengingat Allah Subhanahu Wata’ala dari pada manfaat yang diharapkan, itupun kalau ada manfaatnya. Bukan pula pergi ke pantai menjelang Ramadhan untuk rekreasi, makan-makan dan bermain-main.

Jadi, bagaimana sebenarnya cara kita menyambut Ramadhan? Apa yang mesti kita persiapkan dalam hal ini? Maka tulisan ini mencoba memberi jawaban dari pertanyaan tersebut. Menurut penulis, banyak hal yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan menyambut kedatangan Ramadhan, yaitu:

Pertama, berdoa kepada Allah Subhanahu Wata’ala, sebagaimana yang dicontohkan para ulama salafusshalih. Mereka berdoa kepada Allah Subhanahu Wata’ala dengan sungguh-sungguh agar dipertemukan dengan bulan Ramadhan sejak enam bulan sebelumnya dan selama enam bulan berikutnya mereka berdoa agar puasanya diterima Allah Subhanahu Wata’ala, karena berjumpa dengan bulan ini merupakan nikmat yang besar bagi orang-orang yang dianugerahi taufik oleh Allah Subhanahu Wata’ala, Mu’alla bin al-Fadhl berkata, “Dulunya para salaf berdoa kepada Allah Ta’ala (selama) enam bulan agar Allah mempertemukan mereka dengan bulan Ramadhan, kemudian mereka berdoa kepada-Nya (selama) enam bulan berikutnya agar Dia menerima (amal-amal shaleh) yang mereka kerjakan” (Lathaif Al-Ma’aarif: 174)

Di antara doa mereka itu adalah: ”Ya Allah, serahkanlah aku kepada Ramadhan dan serahkan Ramadhan kepadaku dan Engkau menerimanya kepadaku dengan kerelaan”. Dan doa yang populer: ”Ya Allah, berkatilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan”.

Kedua, menuntaskan puasa tahun lalu. Sudah seharusnya kita mengqadha puasa sesegera mungkin sebelum datang Ramadhan berikutnya. Namun kalau seseorang mempunyai kesibukan atau halangan tertentu untuk mengqadhanya seperti seorang ibu yang sibuk menyusui anaknya, maka hendaklah ia menuntaskan hutang puasa tahun lalu pada bulan Sya’ban.

Sebagaimana Aisyah r.a tidak bisa mengqadha puasanya kecuali pada bulan Sya’ban. Menunda qadha puasa dengan sengaja tanpa ada uzur syar’i sampai masuk Ramadhan berikutnya adalah dosa, maka kewajibannya adalah tetap mengqadha, dan ditambah kewajiban membayar fidyah menurut sebagian ulama.

Ketiga, persiapan keilmuan (memahami fikih puasa). Mu’adz bin Jabal r.a berkata: ”Hendaklah kalian memperhatikan ilmu, karena mencari ilmu karena Allah adalah ibadah”. Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah mengomentari atsar diatas, ”Orang yang berilmu mengetahui tingkatan-tingkatan ibadah, perusak-perusak amal, dan hal-hal yang menyempurnakannya dan apa-apa yang menguranginya”.

Oleh karena itu, suatu amal perbuatan tanpa dilandasi ilmu, maka kerusakannya lebih banyak daripada kebaikannya. Maka dalam hal ini, hanya dengan ilmu kita dapat mengetahui cara berpuasa yang benar sesuai dengan petunjuk Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassallam. Begitu juga ilmu sangat diperlukan dalam melaksanakan ibadah lainnya seperti wudhu, shalat, haji dan sebagainya. Maka, menjelang Ramadhan ini sudah sepatutnya kita untuk membaca buku fiqhus shiyam (fikih puasa) dan ibadah lain yang berkaitan dengan Ramadhan seperti shalat tarawih, i’tikaf dan membaca al-Quran.

Kempat, persiapan jiwa dan spiritual. Persiapan yang dimaksud di sini adalah mempersiapkan diri lahir dan batin untuk melaksanakan ibadah puasa dan ibadah-ibadah agung lainnya di bulan Ramadhan dengan sebaik-sebaiknya, yaitu dengan hati yang ikhlas dan praktek ibadah yang sesuai dengan petunjuk dan sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassallam.

Persiapan jiwa dan spiritual merupakan hal yang penting untuk diperhatikan dalam upaya untuk memetik manfaat sepenuhnya dari ibadah puasa. Penyucian jiwa (Tazkiayatun nafs) dengan berbagai amal ibadah dapat melahirkan keikhlasan, kesabaran, ketawakkalan, dan amalan-amalan hati lainnya yang akan menuntun seseorang kepada jenjang ibadah yang berkualitas. Salah satu cara untuk mempersiapkan jiwa dan spritual untuk menyambut Ramadhan adalah dengan jalan melatih dan memperbanyak ibadah di bulan sebelumnya, minimal di bulan Sya’ban ini seperti memperbanyak puasa Sunnat.

Memperbanyak puasa pada bulan Sya’ban merupakan sunnah Rasul Shalallahu ‘alaihi Wassallam. Aisyah ra, ia berkata, “Aku belum pernah melihat Nabi Shalallahu ‘alaihi Wassallam berpuasa sebulan penuh kecuali bulan Ramadhan, dan aku belum pernah melihat Nabi Shalallahu ‘alaihi Wassallam berpuasa sebanyak yang ia lakukan di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam riwayat lain, dari Usamah bin Zaid r.a ia berkata, aku bertanya, “Wahai Rasulullah, aku belum pernah melihatmu berpuasa pada bulan-bulan lain yang sesering pada bulan Sya’ban”. Beliau bersabda, “Itu adalah bulan yang diabaikan oleh orang-orang, yaitu antara bulan Ra’jab dengan Ramadhan. Padahal pada bulan itu amal-amal diangkat dan dihadapkan kepada Rabb semesta alam, maka aku ingin amalku diangkat ketika aku sedang berpuasa.” (HR. Nasa’i dan Abu Daud serta dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah).

Adapun pengkhususan puasa dan shalat sunat seperti shalat tasbih pada malam nisfu sya’ban (pertengahan Sya’ban) dengan menyangka bahwa ia memiliki keutamaan, maka hal itu tidak ada dalil shahih yang mensyariatkannya. Menurut para ulama besar, dalil yang dijadikan sandaran mengenai keutamaan nisfu sya’ban adalah hadits dhaif (lemah) yang tidak bisa dijadikan hujjah dalam persoalan ibadah, bahkan maudhu’ (palsu). Oleh Sebab itu, Imam Ibnu Al-Jauzi memasukkan hadits-hadits mengenai keutamaan nishfu Sya’ban ke dalam kitabnya Al-Maudhu’at (hadits-hadits palsu).

Al-Mubarakfuri berkata, “Saya tidak mendapatkan hadits marfu’ yang shahih tentang puasa pada pertengahan bulan Sya’ban. Adapun hadits keutamaan nisfu Sya’ban yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah saya telah mengetahui bahwa hadits ini adalah hadits sangat lemah” (Tuhfah Al-Ahwazi: 3/444).

Syaikh Shalih bin Fauzan berkata, “Adapun hadits-hadits yang terdapat dalam masalah ini, semuanya adalah hadits palsu sebagaimana dikemukakan oleh para ulama. Akan tetapi bagi orang yang memiliki kebiasaan berpuasa pada ayyamul bidh (tanggal 14, 15, 16), maka ia boleh melakukan puasa pada bulan Sya’ban seperti bulan-bulan lainnya tanpa mengkhususkan hari itu saja.”

Syaikh Sayyid Sabiq berkata, “Mengkhususkan puasa pada hari nisfu Sya’ban dengan menyangka bahwa hari-hari tersbut memiliki keutamaan dari pada hari lainnya, tidak memiliki dalil yang shahih” (Fiqh As-Sunnah: 1/416).

Kelima, persiapan dana (finansial). Sebaiknya aktivitas ibadah di bulan Ramadhan harus lebih mewarnai hari-hari ketimbang aktivitas mencari nafkah atau yang lainnya. Pada bulan ini setiap muslim dianjurkan memperbanyak amal shalih seperti infaq, shadaqah dan ifthar (memberi bukaan). Karena itu, sebaiknya dibuat sebuah agenda maliah (keuangan) yang mengalokasikan dana untuk shadaqah, infaq serta memberi ifhtar selama bulan ini. Moment Ramadhan merupakan moment yang paling tepat dan utama untuk menyalurkan ibadah maliah kita. Ibnu Abbas r.a berkata, ”Nabi Shalallahu ‘alaihi Wassallam adalah orang yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan pada bulan Ramadhan.” (H.R Bukhari dan Muslim). Termasuk dalam persiapan maliah adalah mempersiapkan dana agar dapat beri’tikaf dengan tanpa memikirkan beban ekonomi untuk keluarga.

Keenam, persiapan fisik yaitu menjaga kesehatan. Persiapan fisik agar tetap sehat dan kuat di bulan Ramadhan sangat penting. Kesehatan merupakan modal utama dalam beribadah. Orang yang sehat dapat melakukan ibadah dengan baik. Namun sebaliknya bila seseorang sakit, maka ibadahnya terganggu. Rasul Shalallahu ‘alaihi Wassallam bersabda, “Pergunakanlah kesempatan yang lima sebelum datang yang lima; masa mudamu sebelum masa tuamu, masa sehatmu sebelum masa sakitmu, masa kayamu sebelum masa miskinmu, masa luangmu sebelum masa sibukmu, dan masa hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Al-Hakim)

Maka, untuk meyambut Ramadhan kita harus menjaga kesehatan dan stamina dengan cara menjaga pola makan yang sehat dan bergizi, dan istirahat cukup.

Ketujuh, menyelenggarakan tarhib Ramadhan. Disamping persiapan secara individual, kita juga hendaknya melakukan persiapan secara kolektif, seperti melakukan tarhib Ramadhan yaitu mengumpulkan kaum muslimin di masjid atau di tempat lain untuk diberi pengarahan mengenai puasa Ramadhan, adab-adab, syarat dan rukunnya, hal-hal yang membatalkannya atau amal ibadah lainnya.

Menjelang bulan Ramadhan tiba, Rasul Shalallahu ‘alaihi Wassallam memberikan pengarahan mengenai puasa kepada para shahabat. Beliau juga memberi kabar gembira akan kedatangan bulan Ramadhan dengan menjelaskan berbagai keutamaannya. Abu Hurairah ra berkata, “menjelang kedatangan bulan Ramadhan, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassallam bersabda, “Telah datang kepada kamu syahrun mubarak (bulan yang diberkahi). Diwajibkan kamu berpuasa padanya. Pada bulan tersebut pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, syaithan-syaithan dibelunggu. Padanya juga terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa yang terhalang kebaikan pada malam itu, maka ia telah terhalang dari kebaikan tersebut.” (HR. Ahmad, An-Nasa’i dan Al-Baihaqi). Selain itu, banyak lagi hadits-hadits yang menjelaskan tentang keutamaan Ramadhan. Hal ini dilakukan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassallam untuk memberi motivasi dan semangat kepada para sahabat dan umat Islam setelah mereka dalam beribadah di bulan Ramadhan.

Akhirnya, penulis mengajak seluruh umat Islam khususnya di Aceh untuk menyambut bulan Ramadhan yang sudah di ambang pintu ini dengan gembira dan mempersiapkan diri untuk beribadah dengan optimal. Selain itu kita berharap kepada Allah Subhanahu Wata’ala agar ibadah kita diterima, tentu dengan ikhlas dan sesuai Sunnah Rasul Shalallahu ‘alaihi Wassallam. Semoga kita dipertemukan dengan Ramadhan dan dapat meraih berbagai keutamaannya.*

loading...

Wednesday, May 24, 2017

Sahabat... Karangan Bunga Itu Tak Berguna Dan Tak Menambah Apa-Apa... Jika...

Kisah nyata di bawah ini patut menjadi perenungan buat kita semua... Alkisah, ada seseorang ustad bercerita:

Ada seorang kenalan kami yang diberikan kedudukan yang tinggi di dunia ini dihadapan manusia. beliau orang baik. Beberapa waktu yang lalu, beliau rahimahullah wafat. 

Masya Allah, selang satu jam tersiar berita duka, semua masyarakat bergerak. Tamu berdatangan ke rumah megahnya. Tidak sampai tiga jam, jalan raya disekitar rumah duka, penuh dengan karangan bunga yang tersurat dari rupa-rupa orang besar di negeri ini. 

Jalanan ditutup untuk umum, dijaga oleh polisi militer. Patroli pengawal disiapkan, panitia pengurusan jenazah didatangkan khusus. Keluarga tidak mau pengurusan oleh jamaah masjid. Tak masalah. 

Hingga selesailah jenazah dikafani, dan siap dishalatkan. Diluar rumah, orang ratusan sudah berjejalan, hadir! Maka diputuskan jenazah dishalatkan di masjid. Dengan segera, beberapa handai taulan mempersiapkan jenazah.  

Masjid siap, jenazah sudah dihadapan imam, tapi.... 

..yang berbaris dibelakang imam baru sepuluh orang! Subhanallah, kami susul para pelayat diluar masjid, 

"Pak, bu, ayo ambil wudhu! Shalat jenazah mau dimulai! Ayo pak!!", kami menyeru. 

Namun tamu-tamu elite dan sosialita ini berujar diluar dugaan, "ini susah buka sepatunya, dek!" atau "kami doakan saja, dek, dari sini", timpal ibu yang lain sambil bercermin ke kaca mobil. 

Subhanallah, kami seru tetangga-tetangga kampung kami yang sama-sama hadir menyaksikan prosesi megah ini, "Pak, Bu, Hayu! Cepet wudhu! Ayo pak, diminta keikhlasannya!!" 

Bapak ibu tetangga kami ini hanya menggeleng, sambil tersenyum, "Moal cep, ah... Isin! Seueur jalmi ageung!" (Nggak dek, ah.. Malu! Banyak orang besar!). Kami terhenyak menyerah.

Akhirnya kami kembali ke dalam masjid, yang saat itu terhimpun sekitar 20 orang yang kemudian kami bagi menjadi tiga shaf. Jenazah pun dishalatkan. 

Semoga Allah mengampuni beliau, menyayangi beliau, dan memasukan beliau ke dalam syurgaNya yg penuh kenikmatan. 

Ibrah bagi yang hidup:

Berkawanlah dengan mereka yang pada waktunya, ikhlas menyhalatkan jenazah kita, bahkan walaupun harus menempuh jarak. Mereka yang ikhlas mau mendoakan ampunan Allah bagi kita ketika jasad ini sudah kaku. Berdekatanlah dengan mereka yang benar-benar menyayangi kita dunia-akhirat. 

Karena karangan bunga tidak menambah apa-apa.

loading...

Friday, May 19, 2017

Bersemangatlah! Ini 5 Ayat Motivator Dalam Al-Qur'an

1. Anda dapat berubah, jika Anda mau mengubah diri Anda:



ِإِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ ۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِ مِن وَالٍ  


"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri,”    QS. Ar-Ra’d :11

2. Ada kebaikan di balik yang tidak kita sukai:

وَعَسَىٰ أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَن تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ


"Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu tetapi ia baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu tetapi ia buruk bagimu dan Allah mengetahui dan kamu tidak mengetahui,“      QS. Al-Baqarah: 216

3. Anda pasti sanggup:

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ َ

Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya,”      QS. Al-Baqarah: 286

4. Ada kemudahan bersama kesulitan:

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا   إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan,”    QS. Al-Insyirah: 5-6

5. Takwa dan tawakallah:

ِ وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا  وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ  إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا 

  “Barang siapa bertakwa kepada Allah maka Dia akan menjadikan jalan keluar baginya dan memberinya rezeki dari jalan yang tidak ia sangka,dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah maka cukuplah Allah baginya, Sesungguhnya Allah melaksanakan kehendak-Nya, Dia telah menjadikan untuk setiap sesuatu kadarnya,”   QS. Ath-Thalaq: 2-3
loading...