Sunday, July 15, 2018

Riwayat] Kesederhanaan Syekh Yasin Al-Fadani

Putra bangsa ini berkiprah dan banyak dihormati oleh para cendekiawan Muslim sedunia. Ialah Syekh Yasin al-Fadani, pria berdarah Sumatra Barat yang lahir di Makkah dan menjadi ahli fikih dan muhadis terkemuka pada abad ini.

Ulama ini bahkan mendapatkan gelar Almusnid Dunya atau yang berarti ulama ahli musnad dunia dalam keahliannya di bidang ilmu periwayatan hadis.

Namanya sangat terkenal, terutama bagi kalangan pelajar Indonesia yang menimba ilmu di Makkah. Mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan ijazah sanad hadis darinya.

Lahir di Makkah pada 1916, pria yang mempunyai nama lengkap Abu al-Faidh' Alam ad-Diin Muhammad Yasin bin Isa al-Padani ini telah menunjukkan kecerdasan yang luar biasa.

Ketika remaja, ia mampu mengungguli rekan-rekannya dalam hal penguasaan ilmu agama, terutama di bidang hadis dan fikih yang membuat para gurunya kagum terhadapnya.

Ini membuat orang tuanya, Syekh Muhammad Isa bin Udiq al-Fadani dan Maimunah binti Abdullah Fadani, sangat bangga.

Selain berguru langsung pada kedua orang tua yang ahli agama ini, ia juga banyak belajar dari pamannya sendiri, yaitu Syekh Mahmud Engku Hitam al-Fadani.

Guru-gurunya yang lain, yang banyak memengaruhi pendidikannya adalah Syekh Muhktar Usman, Syekh Hasan al-Masysath,

Habib Muhsin bin Ali al-Musawa, dan banyak lagi ulama terkemuka lainnya di ash-Shautiyyah, lembaga pendidikan tempatnya mengabdi.
Sekitar 1934, terjadi sebuah konflik di tanah Hijaz. Direktur Ash-Shautiyyah telah menyinggung beberapa pelajar asal Asia Tenggara, terutama dari Indonesia, maka Syekh Yasin mengemukakan ide untuk mendirikan Madrasah Darul Ulum di Makkah.

Niat untuk menunjukkan rasa nasionalisme pada bangsanya ini membuat para pelajar Al-Shawlatiyyah berbondong-bondong pindah ke Madrasah Darul Ulum, padahal madrasah tersebut masih baru. Syekh Yasin kemudian menjabat sebagai wakil direktur Madrasah Darul Ulum Makkah, selain masih mengajar di berbagai tempat, terutama di Masjidil Haram. Materi-materi yang disampaikan mendapat sambutan yang luar biasa, terutama dari para pelajar asal Asia Tenggara.

Satu hal yang menarik dan rahasia dari sosok Syekh Yasin adalah kesederhanaannya. Meski ia adalah ulama terkemuka yang kecerdasannya diakui dunia, ia tak segan untuk keluar masuk pasar sendiri berbelanja, kemudian memikul barang-barangnya sendiri. Ia sering terlihat mengenakan kaus oblong dengan sarung sambil nongkrong di warung teh, menghisap shisha, semacam rokok arab yang menjadi kesukaannya.

Rumahnya pun tak pernah sepi dari kunjungan para cendekiawan dari seluruh penjuru dunia. Apalagi, ketika tiba musim haji karena ia sering mengundang ulama dunia ke rumahnya untuk berdiskusi mengenai perkembangan dunia islam. Bahkan, Gus Dur pun pernah singgah di rumahnya.

Karya-karya yang telah ditelurkannya pun lebih dari 100 judul kitab. Semua hasil karyanya tersebut tersebar dan menjadi rujukan lembaga-lembaga Islam, pondok pesantren, baik itu di Makkah maupun di Asia Tenggara.

Syekh Yasin al-Fadani banyak menuai pujian, baik oleh para ulama maupun para gurunya. Salah satunya adalah seorang ulama hadits bernama Sayyid Abdul Aziz al-Gumari yang menjuluki Syekh Yasin sebagai ulama kebanggaan Haromain (Makkah dan Madinah).

Ulama besar lain yang berasal dari Hadramaut, Yaman, yaitu al-Allamah Habib al-Segaf bin Muhammad Assegaf, juga sangat kagum dengan keluasan keilmuannya hingga ia memberikan sebutan Sayuthiyyu Zamanihi, yang artinya Imam al-Hafid Assayuthy pada zamannya.

Syekh Yasin juga sering mengadakan kunjungan-kunjungan ke berbagai negara, termasuk Indonesia yang merupakan asal dari nenek moyangnya.

Hingga akhirnya, ia meninggal pada 1990. Meski ia telah tiada, ilmunya terus dipakai sebagai rujukan dan selalu berkembang di semua lembaga pendidikan Islam di seluruh dunia.

loading...

0 komentar:

Post a Comment

Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih