Tuesday, July 24, 2018

Misteri Coco de Mer, Buah "Kelapa Laut" Dengan Biji Terbesar dan Terberat di Dunia...

biji buah Coco de Mer
sumber: Seychelles Tourism Board
Bicara tentang buah dan biji-bijian, tahukah anda ada biji yang beratnya melebihi 40 kilogram? Ya, Coco de Mer (latin: Lodoicea maldivica) adalah raksasanya dunia tanaman. Nama Coco de Mer sendiri berasal dari bahasa Perancis, yang berarti “kelapa laut”.

Bagaimana tidak, tumbuhan jenis palem ini memiliki daun terpanjang dan benih terbesar serta terberat dari tanaman manapun di dunia. Batangnya tinggi ramping dan dapat mencapai 34 meter tingginya. Perhatikan bahwa nama latinnya adalah Cocos, karena pohon ini memang masih berkerabat dengan pohon kelapa yang kita kenal yang memiliki nama latin Cocos nucifera.

Daun Coco de Mer berbentuk kipas, dengan panjang 7-10 m dan lebar 4,5 m serta tangkai daun sepanjang 4 m. Tanaman ini dioecious, tanaman jantan terpisah dari tanaman betina. Bunga jantan panjang terkulai hingga 1 m panjangnya.

Bagian yang paling terkenal dari pohon palem ini adalah buahnya yang berukuran sangat besar; Buah yang matang diameternya sekitar 40-50 cm dengan berat sekitar 15-30 kg, dan berisi benih terbesar di kerajaan tumbuhan. Buah membutuhkan 6-7 tahun untuk matang dan dua tahun lagi untuk berkecambah.

Pohon Coco de Mer
Legenda dari Coco de Mer adalah legenda tentang benih dan pohon Coco de Mer atau kelapa bokong, sebuah spesies langka pohon palem yang endemik pulau Praslin dan Curieuse di kepulauan Seychelles, Samudera Hindia.

bunga jantan Coco de mer
Sebelum kepulauan Seychelles ditemukan dan dihuni, benih dari spesies ini diduga terbawa oleh arus laut ke pantai yang jauh, seperti ke Maladewa, di mana pohon kelapa bokong tidak dikenal. Apalagi benih yang telah hanyut ini tidak akan berkecambah. Ukuran dan bentuknya yang luar biasa dan ditambah dengan situasi penemuannya (dimana pohonnya belum diketahui), membuatnya memunculkan beberapa legenda.

Benih dari pohon Coco de Mer sangat besar (benih terbesar di kerajaan tumbuhan) dan berbentuk aneh, menyerupai bentuk dan ukuran bokong wanita tanpa tubuh di satu sisi, dan perut serta paha di sisi lain. Tidak mengherankan, benih ini dipandang oleh orang-orang di bagian lain di dunia sebagai objek langka dan menarik dengan sifat mitologis dan bahkan magis. Sifat dan asal benih yang luarbiasa ini, saat itu masih misterius dan perkembangbiakan pohonnya tidak dipahami. Sejumlah legenda muncul baik tentang buah, dan juga mengenai pohon-pohon yang menghasilkan mereka.

Pohon Coco de Mer memiliki pohon jantan dan pohon betina yang terpisah, tidak seperti kelapa. Dan, tidak seperti kelapa, buah coco de mer tidak beradaptasi untuk menyebar secara alami dengan mengambang di atas air laut.

Ketika buah coco de mer jatuh ke laut, ia tidak bisa mengapung karena berat dan kepadatannya yang besar; melainkan langsung tenggelam ke dasar. Namun, setelah buah berada di dasar laut untuk jangka waktu yang cukup lama, kulitnya mengelupas, bagian internalnya yang mulai membusuk menciptakan gas-gas yang membuat benih kembali ke permukaan. Pada saat itu benih bisa mengapung, tetapi tidak lagi subur, sehingga ketika arus laut menghanyutkan benih ke pantai yang jauh, misalnya di Maladewa, maka tidak akan menumbuhkan pohon disana.

Legenda Sebelum Penemuan Seychelles
Pelaut Melayu telah melihat coco de mer “jatuh ke atas” dari dasar laut, sehingga mereka mengira bahwa pohon kelapa bokong ini tumbuh di bawah air, di sebuah hutan di bagian bawah Samudera Hindia.

pepohonan coco de mer yang masih kecil
Menurut Antonio Pigafetta dan Georg Eberhard Rumphius, orang Melayu percaya bahwa pohon itu juga rumah bagi burung besar atau mahluk seperti burung, Garuda (atau Rukh bagi orang-orang Arab). Dukun Afrika percaya bahwa Garuda mampu berburu gajah dan harimau. Para dukun Afrika juga percaya bahwa kadang-kadang pohon coco de mer naik ke atas permukaan laut, dan ketika hal ini terjadi, gelombang yang dibuat oleh pohon itu tidak memungkinkan kapal-kapal yang berada di sekitarnya pergi menjauh dan pelaut yang tak berdaya menjadi makanan Garuda.

Buah yang ditemukan di laut dan di pantai tidak lagi memiliki kulit, dan mirip dengan bagian bawah tubuh wanita, termasuk bokong. Asosiasi ini tercermin dalam salah satu nama botani kuno tanaman, Lodoicea callipyge, di mana callipyge adalah dari kata Yunani yang berarti “pantat indah”. Buah yang mengambang ini kemudian dikumpulkan dan dijual di Eropa dan Timur Tengah.


Benih Coco de Mer
Di Maladewa, setiap buah coco de mer yang ditemukan di laut atau di pantai harus diberikan kepada raja, dan yang menyimpannya untuk diri sendiri atau menjualnya bisa dijatuhi hukuman mati.

Namun, Rudolf II, Kaisar Romawi Suci mampu membeli salah satu buah ini seharga 4.000 florin emas. Laksamana Wolfert Hermanssen dari Belanda juga menerima buah coco de mer sebagai hadiah atas jasanya, dari Sultan Banten pada tahun 1602, untuk memerangi Portugis dan melindungi ibukota Banten. Namun, bagian atas buah yang diberikan ke laksamana ini hilang; rupanya Sultan telah memerintahkan bagian atas buah dipotong, untuk kesopanan.

João de Barros percaya bahwa coco de mer memiliki kekuatan penyembuhan yang luar biasa, bahkan lebih unggul dari “batu bezoar “. Dalam salah satu bukunya, Dr Berthold Carl Seemann menyebutkan bahwa banyak orang percaya buah menjadi penangkal semua racun.

Legenda Setelah Penemuan Seychelles
Legenda baru tentang coco de mer muncul setelah 1743, ketika pohon coco de mer yang sebenarnya ditemukan. Buah dari Coco de Mer hanya pada pohon betina. Pohon jantan memiliki catkins seperti phallic. Karena bentuk erotis yang tidak biasa ini, beberapa orang percaya bahwa pohon-pohon itu bercinta penuh gairah pada malam badai.

Menurut legenda, pohon jantan mencabut dirinya sendiri, dan mendekati pohon perempuan. Dan legenda juga mengatakan bahwa siapa pun yang melihat pohon Coco de Mer kawin, akan mati atau buta. Kenyataan bahwa bahkan hingga saat ini penyerbukan dari coco de mer tidak sepenuhnya dipahami, adalah salah satu faktor di balik legenda ini.

Dalam era Victoria, General Charles George Gordon, yang mengunjungi Seychelles pada tahun 1881, percaya bahwa Vallée de Mai di Pulau Praslin adalah Taman Eden yang dijelaskan dalam Alkitab, dan bahwa coco de mer itulah buah terlarangnya.

setelah dibelah, ternyata isinya seperti ini.

loading...

0 komentar:

Post a Comment

Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih