Tuesday, January 3, 2017

Tips Menanam Kurma Di Indonesia Agar Bisa Berbuah

Kurma merupakan buah yang digemari banyak orang. Khusus bagi kalangan muslim, buah ini memiliki keistimewaan karena menjadi salah satu menu penting di bulan Ramadhan. [Baca: Sejuta manfaat buah kurma]

Kurma , (dalam Arab: disebut تمر‎, Tamr; nama latin Phoenix dactylifera) adalah tanaman palma (Arecaceae) dalam genus Phoenix, Nama spesies dactylifera "date-bearing" berasal dari Yunani kuno, dáktulos, "kurma" (juga "jari") dan batang dari kata kerja Latin, ferō, "Saya memberi".

Kurma telah menjadi makanan pokok di Timur Tengah selama ribuan tahun lamanya. Pohon Kurma diyakini berasal dari sekitar Teluk Persia dan telah dibudidayakan sejak zaman kuno dari Mesopotamia ke prasejarah Mesir, kemungkinan pada awal 4000 SM. Bangsa Mesir Kuno menggunakan buahnya untuk dibuat menjadi anggur kurma dan memakannya pada saat panen. Ada bukti arkeologi budidaya kurma di bagian Arab timur pada tahun 6000 SM.

Dulu, orang beranggapan bahwa kurma hanya bisa ditanam di Arab, bahkan ada yang sampai bilang kalau "kurma tidak dapat berbuah pada bagian bumi yang tak pernah dipijak oleh Nabi’ Tentu saja opini ini tidak benar. Karena sudah terbantahkan dengan tumbuh dan berbuahnya tanaman kurma di California, Australia, Thailand, Malaysia dan terakhir di beberapa tempat di Indonesia. Di Bangka, tepatnya 10 kilometer dari kota Pangkal Pinang, sudah ada enam hektar kebun kurma yang sudah mulai berproduksi. Tak lama lagi, 100 hektar kebuh kurma di Aceh juga bakal menyusul.

Sejak dulu sudah banyak masyarakat Indonesia yang mencoba untuk membudidayakan tanaman kurma di halaman rumah mereka. Namun karena budidaya tersebut mayoritas dilakukan hanya sekedar coba-coba atau hanya untuk penghias halaman rumah, membuat pembudidayaan dilakukan dengan tidak maksimal, bahkan hanya sekedar ditanam. Akibatnya, hampir semua tanaman kurma yang ditanam di Indonesia, pertumbuhannya tidak maksimal, kalaupun tumbuh maka tidak bisa berbuah, dan jika ada satu-dua pohon yang berbuah, maka ukuran buahnya pun kecil-kecil.

Hal itulah yang membuat munculnya satu anggapan bahwa kurma yang ditanam di Indonesia tidak bisa berbuah. Pendapat tersebut dikuatkan oleh suatu fakta bahwa selama ini Negara-negara yang dikenal sebagai produsen buah kurma adalah Negara-negara Timur Tengah yang nota bene memiliki cuaca yang panas dan berbeda jauh dengan cuaca yang ada di Indonesia.

Menurut ahli perkurmaan, di dunia ini ada lebih dari 1.600 jenis kurma. Kurma termasuk palma yang paling beragam variannya. Harga buahnya juga sangat variatif. Mulai yang termurah, kurma mesir alias kurma curah yang ‘cuma’ seharga Rp.20.000/kg, sampai kepada kurma ajwa (kurma nabi) yang dibanderol seharga 350-500 ribu rupiah per kilogram tergantung ukuran buah. Makin besar makin mahal.  Sedangkan kurma lulu (kurma madu) yang kemarin penulis beli, harganya Rp.110.000/kg.

Dewasa ini di Indonesia ada sementara pihak yang berusaha mengembangkan pertanaman kurma (baca : jualan bibit kurma) dengan motto : ‘menanam satu batang pohon kurma sama hasilnya dengan menanam satu hektar sawit’. Tentu saja ini sekedar penyemangat lho, bukan yang sebenarnya!

Namun begitu, ada satu hal yang sangat mengembirakan para peminat pertanaman kurma di Indonesia. Tanaman kurma yang di tempat asalnya, jazirah Arab, butuh waktu sampai sepuluh tahun baru dapat berproduksi, di Indonesia hanya butuh waktu setengahnya. Mungkin karena tanah kita jauh lebih subur dari pada tanah Arabia yang terkenal tandus dan kadar pasirnya terlalu tinggi.

Di Indonesia, tanaman kurma cocok dibudidayakan di dataran rendah. Tempat di mana cahaya matahari bersinar penuh, cuaca panas di siang hari dan air tanahnya dekat. Daun kurma memang membutuhkan paparan cahaya dan suhu yang relatif tinggi, namun akarnya membutuhkan banyak air. Itulah sebabnya, di negeri asal, kebun kurma umumnya dipasangi irigasi pipa.

Kendala utama pengembangan kurma di negeri kita adalah sulit dan mahalnya harga bibit. Jangan terkejut jika bibit kurma varietas KL1, asal Thailand, dikembangkan dengan teknik kultur jaringan, umur setahun setengah sampai dua tahun, harga  perbatangnya adalah satu setengah juta rupiah!

Kurma termasuk palma dengan kelamin terpisah atau berumah dua. Ada jantan dan ada betina. Yang bisa menghasilkan buah hanyalah yang berkelamin betina, sedangkan yang jantan hanya menghasilkan serbuk sari atau polen. Penyerbukan (polinasi/pendebungan) kurma biasanya juga dilakukan dengan cara buatan atau dengan bantuan manusia, seperti pada proses penyerbukan tanaman salak.

Aslinya, kurma dapat dikembangkan melalui biji. Biji kurma yang Anda dapat dari membeli buah kurma di warung-warung atau toko pangan, dapat dikecambahkan lalu ditanam di depan rumah. Biji kurma itu masih hidup, dan proses pengolahan buah kurma tidaklah melalui perebusan.  Hanya saja, dari 100 biji kurma yang ditanam, hanya sekitar 10 yang akan menjadi betina, 40 hermaprodit dan 50 jantan. Padahal rasio ideal jantan- betina tanaman  kurma adalah 1:40. Artinya, satu batang kurma jantan akan menghasilkan polen yang cukup untuk proses polinasi 40 batang pohon kurma betina. Polen juga dapat disimpan dalam waktu yang lama (6 bulan) jika dimasukan ke dalam wadah kedap udara lalu ditaruh di dalam kulkas.

Orang biasanya hanya menyimpan polennya, tanpa mengikutkan mayangnya. Di Youtube banyak di sharing bagaimana cara melakukan polinasi putik kurma.

Secara fisik, biji, kecambah, bibit dan pohon kurma sulit dibedakan jenis kelaminnya. Kelamin kurma baru diketahui secara pasti saat ia sudah mengeluarkan bunga/mayang. Bunga kurma jantan berwarna putih sedangkan bunga betina cenderung kekuningan. Bunga betina berputik sedangkan bunga jantan bertepung sari .

Pengembangan kurma lewat biji memang cara termurah,namun mengandung dua kerugian mendasar, yakni rasio kelamin yang tak menguntungkan, dan akan berbuah paling cepat dalam masa sembilan tahun terhitung sejak dikecambahkan.

Bibit kurma KL I asal kurtur jaringan Eks Thailand
[sumber: mitratunasmandiri.blogspot.co.id]
Cara kedua adalah menggunakan anakan atau offshot. Pohon kurma dewasa akan mengeluarkan anak, sama seperti anakan pada tanaman salak. Semua anak pohon kurma jantan adalah jantan. Dan 70 persen anakan kurma dari pohon betina adalah betina, sisanya jantan dan hermaprodit. Kita tak terlalu membahas jenis kelamin hermaprodit kurma karena pada kenyataannya, kurma kelamin hermaprodit juga nyaris tak menghasilkan buah.

Cara ketiga adalah melalui proses kultur jaringan. Dengan cara ini, sex ratio bibit kurma dapat diatur sejak awal. Hanya saja, karena di Indonesia belum ada pihak yang membuat bibit kurma kuljar ini, harga bibit impornya jadi begitu mahal. Memang ada bibit kurma kuljar yang harganya hanya separuh dari harga di atas, namun sulit mendapatkanya. Bibit ini masuk dari jalur-jalur tertentu.

Membudidayakan kurma sejatinya tidaklah sulit. Tanah kita jauh lebih subur dan air tanah kita jauh lebih banyak dibandingkan alam di kampung asal kurma itu. Jika berhasil, pertanaman kurma akan memberikan hasil sepuluh kali lebih banyak dari pada berkebun tanaman lain, semisal kelapa sawit tadi. Tanamlah jenis kurma yang harga jual buahnya cukup baik, semisal kurma lulu atau deglet noor. Yang lebih baik adalah kurma bahree dan kurma ajwa. Saya sarankan deglet noor atau bahree, karena ajwa agak sulit berbuah di Indonesia. Ajwa butuh suhu yang lebih tinggi agar buahnya dapat berkembang dengan baik. Sementara kurma lulu rasio biji betinanya terlalu kecil.

Seiring dengan semakin majunya teknologi pertanian, budidaya kurma pun sudah dilakukan di Indonesia, dan terbukti dengan sistem tanam yang intensif, pohon kurma yang ditanam di Indonesia dapat menghasilkan buah. Jika dibandingkan dengan buah kurma yang dihasilkan Negara-negara Timur Tengah, buah kurma dari pohon yang ditanam di Indonesia, kualitasnya memang masih kalah. Namun demikian kurma Indonesia sudah layak jual. Artinya, anggapan yang selama ini berkembang bahwa pohon kurma yang ditanam di Indonesia tidak dapat berbuah, dapat ditepis.

Hanya saja, karena iklim Indonesia memang berbeda jauh dari iklim tempat pohon kurma berasal, sejumlah perlakuan khusus memang harus diberikan, agar pohon kurma yang ditanam di Indonesia dapat berbuah. Perbedaan tersebut diantaranya pada sisi suhu udara yang di Indonesia hanya sekitar 33OC sementara di Timur Tengah mencapai 40OC – 50OC. Begitu juga dengan curah hujan, jika di Timur Tengah jarang sekali terjadi hujan, sementara di Indonesia sering. Padahal untuk mematangkan buah kurma yang ada di atas pohon diperlukan sinar matahari yang cukup. Perlakuan khusus atau beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan budidaya kurma di Indonesia agar dapat berbuah diantaranya adalah:

1. Pilih kultivar kurma dari Jenis yang dipastikan dapat tumbuh baik di Indonesia. Sebab dari puluhan kultivar kurma yang ada, tidak semuanya cocok untuk ditanam di Indonesia. Beberapa kultivar kurma yang dapat ditanam di Indonesia dan dapat menghasilkan buah adalah: ajwa, lulu, amir, dan nabi.

2. Untuk setiap 25 batang pohon kurma betina, tanam satu pohon kurma jantan.

3. Gunakan bibit kurma betina dari tanaman induk yang berkualitas baik.

4. Ketika pohon kurma sudah dewasa dan siap kawin, lakukan penyerbukan buatan dengan cara mengikat bunga jantan dan bunga betina atau dengan merontokkan serbuk sari bunga jantan ke bunga betina.

5. Pada saat pohon kurma berbuah, berikan asupan gizi yang cukup dengan memberikan pupuk, pengairan yang cukup serta menghindarkan dari gangguan burung dan lalat.

6. Lakukan penjarangan dengan memangkas buah yang terlalu kecil dan menyisakan buah yang besar, agar buah yang berukuran besar tersebut dapat tumbuh dengan bagus dan menjadi lebih besar.

Dengan memperhatikan beberapa hal tersebut di atas, pohon kurma akan dapat tumbuh dengan baik, berbuah lebat, dan buahnya memiliki kualitas yang layak untuk dijual, meskipun pohon kurma tersebut ditanam di Indonesia.

Dari berbagai sumber
loading...

0 komentar:

Post a Comment

Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih