Thursday, April 24, 2014

[Kisah Inspiratif]: Mama, Manakah yang Lebih Berharga, Berlian Atau Aku...?

Pagi itu cerah seperti biasanya, seorang ibu yang berprofesi sebagai wanita karir sedang bersiap pergi ke kantor.

"Bibi, apa sarapannya sudah siap?" Tanya wanita itu kepada pembantunya yang sudah baya.

"Sudah, Bu".  Jawab si bibi dengan sopan.

Tengah ia menikmati sarapan, tiba-tiba anaknya datang sambil berlari. Balita kecil itu memang sedang senang-senangnya berlari. Dengan lugunya, ia menyapa sang ibu:

“Mama..” Ujarnya sambil mengerjap-ngerjapkan bola matanya yang bundar, ia berkata lagi,

“Bolehkah aku bertanya sesuatu?”

Dengan terpaksa, sang ibu menghentikan suapannya, ia kemudian menoleh dan menghampiri anaknya, “Ada apa sayang? Cepatlah, mama sedang buru-buru”

Sang anak kemudian berujar,

“Seandainya mama memiliki emas dan berlian yang berharga, akankah mama menitipkannya kepada bibi?”

Ibu tersenyum, merasa itu sebuah pertanyaan yang mudah sekali dijawab,

“Sayang, tentu saja mama tidak akan menitipkan barang berharga mama kepada bibi di rumah. Mama pasti akan menjaga barang berharga itu sebaik-baiknya”

Sang anak menundukkan kepalanya, memain-mainkan kakinya di lantai. Lirih sekali, lalu ia berujar,

“Lalu kenapa mama sering meninggalkanku sendirian bersama bibi? Apakah aku tidak seberharga emas dan berlian?”

Seketika, sang ibu diam. Tidak bisa memberi jawaban berarti. Tanpa berkata apapun, ia lalu memeluk anaknya, erat sekali.

*****

Anda mungkin pernah mendapatkan sebuah pesan singkat seperti cerita di atas. Tentu dengan redaksi yang berbeda. Ya, tulisan ini juga terinspirasi dari pesan singkat itu.

Ada beberapa hal yang menarik dari cerita singkat di atas:

Pertama, pasti tokoh anak dalam cerita di atas adalah anak yang cerdas. Anak pintar yang kepintarannya boleh jadi melebihi teman-teman di kelasnya. Karena, jika hanya anak dengan kepintaran biasa saja, sepertinya mustahil ia bisa mengambil sebuah analogi yang bagus sekali untuk menyadarkan ibunya.

Kedua, ingatlah bahwa setiap anak adalah amanah. Dan amanah, tentu saja akan dimintai pertanggungjawabannya nanti di akhirat. Menyia-nyiakan anak, tidak mendidiknya dengan didikan yang baik, mengabaikannya, tidak memberi perhatian, adalah perbuatan tercela dan berdosa.

Ketiga, sadarilah bahwa kebutuhan anak tidak melulu tentang uang dan kekayaan. Jauh daripada itu semua, kasih sayang dan cinta dari anda, orang tuanya, melebihi apapun yang bisa dibeli dengan uang.

Keempat, bagi anda, para perempuan yang belum menikah, sebaiknya persiapkan diri sebaik mungkin untuk menjadi seorang ibu yang hebat. Ingatlah, anda adalah sekolah pertama untuk anak-anak anda. Anda adalah gurupertama mereka. Tentu saja suami anda juga punya kewajiban yang sama dalam mendidik anak, hanya saja intensitas mereka membersamai anak-anak tidak sebanyak waktu anda. Maka jadilah ibu yang hebat.

Nah, setidaknya ada empat hal yang bisa kita ambil dari cerita di atas.

Semoga bermanfaat.
loading...

0 komentar:

Post a Comment

Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih