Wednesday, December 13, 2017

[Kisah Nyata]: Halusnya Perangkap Syetan Menggoda Iman Manusia....

Dalam postingan kali ini, admin akan berbagi sebuah kisah nyata yang pernah dimuat di Majalah Nasihat Perkawinan pada tahun 1995. 

Kisah nyata ini  bercerita tentang bagaimana halus dan dahsyatnya cara setan menggoda manusia, sehingga orang-orang yang sudah sedemiian rajin beribadan dan menjaga diri pun dapat terjerumus ke dalam perangkap tersebut. 

Mudah-mudahan, kisah ini dapat membuat kita lebih waspada dalam menghadapi godaan syetan yang senantiasa membisikkan manusia untuk memperturutkan hawa nafsunya sehingga merkea terjerumus dalam dosa.

Berikut kisahnya:

***

Setelah lulus SMA aku tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. Padahal Waktu itu aku lulus ujian Sipenmaru dan diterima di IKIP Bandung. Namun karena orang tuaku tidak mampu untuk membiayainya. terpaksa keinginan kuliah jadi batal. Kendati demikian aku tidak putus asa. Untuk mengisi waktu kosong, aku ikut berdagang sayur-sayuran di kota Bandung bersama orang sekampungku yang sudah sukses menjadi pedagang sayur, dengan harapan aku bisa mengumpulkan uang untuk biaya jika aku kuliah.

Tapi ternyata hanya tinggal harapan saja. Aku gagal dan rugi dalam berdagang, mungkin karena aku tidak punya bakat berdagang. Se_ telah empat bulan aku berdagang akhirnya aku berhenti dan pulang kampung. Yang berarti harapan untuk kuliah kandas sudah.

Menganggur merupakan siksaan batin bagiku. Maka daripada tidak mempunyai kegiatan sama sekali aku memutuskan untuk masuk pesantren di pondok Kiai A. Jarak dari rumahku ke pondok itu hanya seratus meter hingga aku tidak perlu tinggal di pendok pesantren pak Kiai.

Pak Kiai punya banyak kenalan orang kota yang mempunyai kedudukan. Aku sering melihat tamutamu yang datang rata-rata bukan orang sembarangan. Dari jenis kendaraan yang dipakai para tamu itu aku bisa menduga, kalau bukan pejabat tentu seorang pengusaha Sukses. Namun sejauh ini aku tidak pasti tujuan mereka datang ke Kiai.

*Menunggu Surat Panggilan Kerja* 
Suatu hari Pak Kiai memperkenalkan aku dengan seorang tamu, dan meminta bantuannya untuk memasukkan aku menjadi pegawai negeri. Alhamdulillah tamu itu bersedia membantuku untuk menjadi pegawai negeri di kantornya.

Sementara belum mendapat SK panggilan, aku tinggal di nanah pak Suganda (bukan nama sebenarnya) Selama di sana aku membantu pekerjaan apa saja. Dari mulai mencuci, mengepel lantai dan mengurus kebun di halaman rumahnya. Walau aku merasa terhina dengan perlakuan keluarga Pak Suganda karena aku tak ubahnya seperti pembantu dan mereka menyuruhku seenaknya saja, tetapi aku paksakan untuk bertahan karena aku membutuhkan bantuannya.

Banyak sekali penderitaan yang kualami selama di rumah itu. Di antaranya aku pernah dituduh mencuri uang oleh istrinya. Mereka menekanku untuk mengakuinya, padahal aku tidak tahu sama sekali apalagi mencurinya. Walaupun kemudian uang tersebut itu ada dan utuh, hanya lupa menyimpannya, tetap mereka mencurigaiku dan menuduhku yang menyembunyikannya.

Sebenarnya Pak Suganda sangat baik padaku. ia juga yang menyuruhku untuk tinggal di rumahnya. Bahkan ia menyamakan untuk tinggal tema di rumahnya sebelum aku punya isteri. Aku tidak tahu, apakah ia mengetahui atau tidak perlakuan isteri dan anak-anaknya yang memperbudakku. Aku tidak tahu. apa sebabnya, mereka menbenciku. Padahal aku selalu menuruti perintah mereka. Tak pernah sekalipun aku membantah. Tetapi mereka memandangku dengan sebelah mata.

Ketika SK panggilan datang dan aku sudah dapat masuk kerja aku masih tetap tinggal di rumah itu. Tapi kemudian, aku pindah dari rumah itu, walau Pak Suganda memaksaku tinggal di rumahnya, kemudian aku mengontrak rumah.

Selama aku bekerja di kantor, Pak Suganda sangat baik padaku dan aku diperkenalkan kepada seluruh pegawai bahwa aku keponakannya. Dengan demikian seluruh pegawai baik padaku. Pekerjaan yang sifatnya agak basah terkadang dilimpahkan kepadaku, hingga penghasilankn cukup memadai.

Disamping tugas di kantor, aku juga aktif di masjid dengan mengajar anak-anak mengaji dan memberi les privat di rumah-rumah penduduk yang membutuhkannya Dan juga memberi ceramah di majelis taklim kaum ibu pada acara pengajian rutin setiap minggu

Terjerat Perangkap Syetan, Tergoda Wanita Kesepian
Suatu hari aku kedatangan seorang rang wanita muda. Katakanlah ibu N. ia memintaku untuk mengajar mengaji di mmahnya. Setelah kupertimbangkan mengenal jadwalnya, akhirnya aku bersedia memenuhi keinginan ibu N itu. Ibu N adalah Illorang ibu rumah tangga bina berusia 33 tahun dengan satu anak yang masih kecil. Suaminya seorang pengusaha sukses dan jarang berada di rumah, terkadang satu minggu bahkan satu bulan lamanya.

Ibu N sangat baik padaku, rilsamping memberi honor dua kali llpat dari honor di rumah yang lain, juga sering membelikan aku pekalan, sarung dan lain-lain. Terkadang aku merasa malu diperlakukan demikian olehnya. Setiap mengajar anaknya aku selalu disuruhnya nrakan.

Yang membuatku risih, setiap aku berada di rumahnya, lbu N selalu berpakaian minim. Terkadang ia hanya memakai slngletdan celana pendek seperti pemain bola voli wanita. Sering aku memalingkan muka rnelihatnya tapi ibu N seperti sengaja memperlihatkan auratnya padaku.

Suatu hari, seperti biasa aku mengajar mengaji anaknya sore hari dan ketika waktu magrib tiba aku hendak pulang, ibu N mencegahku dan menyuruh salat di rumahnya saja. Di sini aku sering bertanya-tanya mengenai diri ibu N. Kulihat ia tidak melakukan salat sedangkan pembantunya biasa salat. Menurut pembantunya ibu N tidak pernah melakukan salat.

Selesai salat magrib aku hendak langsung pulang, tapi ibu N mencegahku, ia memintaku untuk menunggu rumahnya sebentar karena ia mau keluar bersama pembantunya. Aku dititipi menjaga anaknya yang memang dekat denganku. Ia tak ubahnya seperti kepada bapaknya manjanya padaku. Dapat kumaklumi anak itu kurang kasih sayang bapaknya.

Tepat jam 9 malam, mereka pulang dan hujan turun deras sekali. Ibu N mencegahku untuk pulang dan menyarankan untuk tidur di rumahnya. Tetapi aku menolak. Ketika semuanya sudah tidur dan malam makin larut sedang hujan belum reda, aku termenung sendirian di ruang dcpan. Tiba-tiba muncul ibu N menghampiriku. Ia hanya mangenakan sarung yang dililitkan sebatas dada. lbu N menyuruhku untuk memijitnya karena masuk angin. Mulanya aku menolak, tetapi karena ia memaksa dan tampaknya seperti benar-benar sakit, terpaksa aku mau memijitnya. Sebagai lelaki bujangan, aku merasa gugup ketika melihat ibu N dengan tenang membuka kain sarungnya. Hanya tinggal pakaian (dalamnya yang tidak dibuka. Kemudian tanpa memperdulikan aku yang terpaku gugup, ia menyuruhku membaluri tubuhnya dengan minyak angin. Dengan ragu aku mengerjakan itu.

Dan setelah itu,... Ya Allah! syetan benar-benar telah memperdayaku. Aku terjerumus pada perbuatan hina, perbuatan dosa besar. Entah mengapa tiba-tiba aku jadi lupa diri, ibu N sengaja memancing gejolak kelelakianku, aku hanyut dalam buaian nafsu Syetan yang terlaknat.

Sejak peristiwa itu, aku merasa gelisah. Salatku terasa mengambang karena tak bisa konsentrasi. Aku benar-benar menyesal dengan perbuatan itu. Terbayang di pelupuk mataku wajah ibuku, wajah kiyai yang selalu menganjurkan berbuat baik dan taat.

Setelah peristiwa itu, ibu N bersikap biasa seakan tak pernah terjadi apa-apa. Ketika aku hendak memutuskan untuk tidak mengajar lagi, ia sangat menghiba padaku untuk terus mengajar anaknya. Aku bimbang sekali waktu itu, tapi syetan amat pandai membisikkan rayuan padaku. Akhirnya aku mengalah dan mau datang lagi ke rumahnya untuk mengajar. Anehnya, kalau sudah berhadapandengannya akuinisepertilupa segalanya. Niatku untuk menghindar darinya supaya tidak tergoda malah cenderung mendekatinya. Dan selanjutnya perbuatan terkutuk itu terulang dan terulanglagi hingga aku makin ketagihan untuk mengulangnya berkali-kali hingga perbuatan itu menjadi sebuah perbuatan yang dilandasi atas dasar saling membutuhkan.

Kian hari hatiku semakin gelisah, tidurku tidak nyenyak dan membuatku tidak tenang serta selalu dibayangi rasa berdosa. Akhirnya aku menyelidiki siapa sebenarnya ibu N ini dengan bertanya pada tetangganya. Dari para tetangganya aku tahu bahwa ibu N sering mengajak laki-laki ke rumahnya manakala sua-minya pergi keluar. Sejak itu aku memutuskan untuk tidak mengajar lagi walau pun ibu N datang dan meminta aku untuk mengajar lagi.

Sejak itu aku jadi pemurung dan tak mau keluar rumah. Aku merasa dikejar-kejar dosa dan rasa malu pada masyarakat. Kurasa percuma aku memberikan ceramah pada ibu-ibu dan anak-anak kalau aku sendiri tak bisa membimbing ahklakku sendiri. Maka dalam beberapa hari aku tidak mengajar anak-anak di masjid dan pengajian rutin pun aku tak hadiri begitu juga les privat di rumah-rumah dengan alasan aku sakit.

Dalam kegalauan hatiku tidak ada lagi yang kulakukan selain minta ampun pada Allah, setiap malam aku salat tahajud dan salat taubat, siangnya aku puasa dengan harapan semoga Allah mengampuni kesalah= anku. Akhirnya lambat laun perasaan hatiku seakan terbuka kembali menatap masa depan.. Kekalutan yang menyelimuti hati dan pikiranku berangsur-angsur hilang.

Ya Allah, inilah aku, hamba-Mu yang lemah dan berlumur dosa. Ampunilah aku dan tunjukkanlah aku jalan yang penuh dengan ridha-Mu. Akhirnya aku dapat menjalani tugasku kembali baik di kantor maupun mengajar mengaji di masjid dan di rumah-rumah, kecuali di rumah ibu N.

(seperti yang di ceritakan S di Cirebon) "*

Dikutip dari Majalah Nasehat Perkawinan Edisi No. 22/Th.XXIV/Juli 1995 yg diterbitkan oleh Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan Pusat (BP4 Pusat) (mitra Kementerian Agama) dengan judul Asli" Terjerat Wanita Kesepian" hlm 57-61
loading...

0 komentar:

Post a Comment

Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih