Tuesday, January 13, 2015

Pendorong Utama Kemaksiatan

ٍUlama salaf mengatakan:
salah satu hukuman terberat dari maksiat adalah
apabila Allah Swt mencabut dari hatimu perasaan
bahwa maksiat itu tidak buruk sehingga engkau
menganggapnya baik
Syaitan itu bukan pemeran utama yang menyebabkan kita melakukan kemaksiatan.

Pemeran utama yang sebenarnya adalah Nafsu (النفس) yang ada dalam diri kita.

Ibarat petinju, syaitan itu hanya pelatih saja, dan nafsu adalah petinju yang sebenarnya.

Jadi, biar diikat sekuat apapun pelatihnya, si nafsu sang petinju akan tetap garang di atas ringnya.

Makanya Nabi Yusuf as tidak menyalahkan syaitan, ketika Zulaikha mengajak Nabi Yusuf as untuk bermaksiat, padahal Nabi Yusuf as sangat mengetahui bahwa dibelakang Zulaikha ada banyak sekali syaitan yang membisik-bisikan telinga Zulaikha.

Tapi Nabi Yusuf as adalah hamba Allah yang mengerti hakekat, beliau tidak serta merta menyalahkan syaitan seperti halnya kita yang cepat sekali melemparkan kesalahan kita kepada syaitan jika sudah terjatuh pada kubangan kemaksiatan, namun justru Nabi Yusuf as berkata:

إن النفس لأمارة بالسو
"Sesungguhnya nafsulah yang menyuruh berbuat keburukan." (QS. Yusuf: 53)

Maka mungkin di dunia yang fana ini, kita bisa melontarkan kesalahan kepada syaitan tetapi di akhirat kelak, jika kita sudah berhadapan dengan pengadilan Allah yang maha tahu, kita tidak akan bisa lempar batu sembunyi tangan, menyalah-nyalahkan syaitan yang telah menggoda kita sebab sesungguhnya syaitan itu tidak berperan apapun kecuali hanya sedikit. Sesungguhnya godaan dan tipu daya syaitan itu sangat lemah.

إن كيد الشيطان كان ضعيفا )

"…sesungguhnya tipu daya syaitan itu sangat lemah" (QS. An-Nisa: 76)

Dan syaitan akan tertawa melihat kita yang berlagak bodoh bin idiot merasa tak bersalah dengan kesalahan sendiri, dengan berkata:

إني برئ منك إني أخاف الله رب العالمين )

"Sesungguhnya aku "cuci tangan" dari (perbuatan) kalian, bahkan sebenarnya aku ajapun takut kepada Allah Tuhan semesta Alam." (QS. Al-Hasyr: 16)

Itulah dia NAFSU yang ada dalam diri kita sendiri. Biang kerok yang menyebabkan diri jatuh ke dalam kubangan kemaksiatan.

Nafsu itulah yang ditiup-tiup (dilatih) syaitan agar menyalahi perintah Allah dan melakukan larangan-Nya, tidak peduli mau di luar bulan Ramadan atau di dalam bulan Ramadan...yang namanya NAFSU tetap ADA

Maka Allah memerintahkan kita untuk melakukan ibadah puasa, tak lain tujuannya adalah untuk menundukkan hawa nafsu yang ada dalam rongga jasad kita ini, barulah kita bisa bertakwa.

Di dalam kitab-kitab tasawuf, para ulama tasawuf merangkum nafsu itu ada empat saja: nafsu makan, nafsu tidur, nafsu kalam dan nafsu bergaul (kumpul-kumpul dengan makhluk). Adapun nafsu-nafsu yang lain akan bersumber kepada yang empat ini juga.

Jika kita kebanyakan makan, tidur, berbicara dan bergaul maka sudah dipastikan nafsu kita begitu subur. Jika nafsu sudah subur, akan sulit untuk melakukan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya...tinggal pupuk aja supaya jadi teman syaitan di neraka.

Maka para ulama kita juga sudah merangkum empat buah solusi. Untuk menundukkan nafsu itu, yaitu dengan menyedikitkan makan (ini ditempuh dengan memperbanyak lapar atau berpuasa), menyedikitkan tidur (ini ditempuh dengan memperbanyak jaga untuk ibadah di malam hari), menyedikitkan berbicara (ditempuh dengan memperbanyak dzikir lisan atau hati) dan menyedikitkan bergaul (ditempuh dengan memperbanyak uzlah/intropeksi diri pada Allah).

Imam Al-Haddad rahimahullah telah merangkum empat cara menundukkan nafsu di atas dalam sya'irnya:

و النفس رضها باعتزال و الصمت مع سهر الدجى و تجوع

"Nafsu itu keseimbangannya dengan Uzlah. Diam, Jaga di waktu gelap dan lapar".

Wa Allahu a'lam
loading...

0 komentar:

Post a Comment

Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih