Friday, March 16, 2018

Kisah Nyata: Pak Kiyai dan Supir Taksi

Ini kisah nyata yang dialami seorang ulama, (sebut saja Pak Kiyai Ust Umar/Um, bukan nama sebenarnya). Sekitar tahun 2014, beliau mendapat undangan ceramah keluar kota, berangkatlah beliau dari rumah menuju bandara Soekarno-Hatta dengan taksi.

Sepanjang perjalanan beliau ngobrol dengan pak supir (ST);

Um: "Ngomong-ngomong (by the way), udah berapa lama nyupir taksi pak?

ST: "Owh belum lama pak, baru beberapa bulan saja".

Um: "Ooh gitu, emang sebelumnya kerja dimana?".

ST: "Dulu sempat kerja di perusahaan perkapalan di Surabaya pak, kebetulan dulu pernah ambil Tehnik Mesin di ITS, trus perusahaannya bangkrut jadi saya kena PHK, lama nganggur di Surabaya akhirnya saya putuskan pindah ke Jakarta.

Uy "Wah, sayang sekali ya, ngomong² anak sudah berapa?".

ST: "Alhamdulillah sudah 4 pak, yang besar malah udah mau tamat SMA".

Um: "Oh gitu, kalo boleh tau, narik taksi sehari bersih bisa dapet berapa sih...?".

ST: "Ya alhamdulillah pak, kalo di rata-rata sehari bisa dapet 75 ribu, kalo lagi rame bisa sampe 150 ribu, dan gak tentu jugalah pak".

Um: "Oh ya, tapi sebelumnya mohon maaf nih, emang segitu cukup buat anak istri?".

ST: "Ya insya Allah cukup pak, daripada gak ada sama sekali".

Um: "Masyaa Allah, kok bisa cukup ya pak, ini di Jakarta lho?".

ST: "Ya kalo dihitung² sih gak cukup pak, tapi sekarang saya merasa lebih tenang pak. Alhamdulillah sekarang kerja bisa sambil ngurus masjid. Alhamdulillah juga saya masih bisa rutin sedekah,10% dari hasil naksi saya infakkan ke masjid".

Um:" Ya Allah, jadi uang segitu masih dipotong lagi buat sedekah?".( tak terasa air matanya menetes
haru).

ST: "Iya pak, mumpung Allah lagi ngasih kesempatan saya bersedekah, dulu waktu masih jaya boro-boro saya mau sedekah pak. Makanya habis apa yang saya miliki. Saya bersyukur kali sekarang
bisa dekat sama Allah".

Tak terasa, mobil sudah memasuki portal menuju terminal 1B Soetta, argo menunjukkan 115 ribu lalu
dibayar oleh Pak Umar 150 ribu. Karena rasa haru yang mendalam dari cerita supir taksi tadi, sebelum keluar dari mobil pak Umar mengeluarkan lagi uang Rp. 2 juta dan diberikannya ke bapak supir tsb.

"Ini buat anak istri dirumah ya, salam buat keluarga". sambil beranjak keluar dari mobil.
Tiba² bapak supir keluar dari mobilnya dan menyusul Ust. Umar.

"Masyaa Allah pak, ini kebanyakan" Ujar pas supir sambil menyodorkan kembali uang tsb.

"Oh gak papa, kebetulan saya lagi ada titipan rezeki dari Allah dan saya mau sedekah sama
orang yang Ahli Sedekah, senang ketemu sama bapak. Tolong jangan dikembalikan. Berilah
kesempatan Allah mencatat sebuah Amal Jariyah buat saya". Jawab Ust. Umar.

Dengan mata yang berkaca-kaca, pak supir menerima uang tersebut sambil memeluk Ust. Umar. Mereka berpisah dan suasana haru itupun berlalu. Sebagaimana detik yang lari meninggalkan waktu.

Pada tahun 2016, di suatu malam, Ust. Umar sedang bersilaturahmi dengan teman-temannya di lobby sebuah hotel, ketika asik ngobrol, tiba-tiba datang office boy menghampirinya sambil menyerahkan sebuah amplop.

"Apa ini?" tanya Ust. Umar,

"Tak tau pak, saya disuruh sama bapak-bapak diluar tadi, itu titipan dari dia pesannya, supaya diserahkan ke bapak", jawab office boy.

"Bapak yang mana?", tanya Ust. Umar.

"Wah, saya juga gak kenal pak, orangnya diluar sana pak" jawab office boy.

Melihat kejadian itu, salah satu teman Ust. Umar yang kebetulan berdinas di kepolisian memberi
saran untuk segera membuka amplop tersebut dan ternyata didalamnya berisi uang US 2000 dollar.
Dalam kondisi keheranan dan terkejut, muncul rasa penasaran dan curiga, jangan-jangan uang ini diberikan sebagai jebakan, akhirnya Ust. Umar berlari keluar hotel meninggalkan temannya di lobby.

"Mana bapak yang ngasih amplop ini?" tanyanya kembali ke office boy yang menyerahkan amplop
tadi. "Itu pak, bapak itu masih diluar".

Dengan setengah berlari, Ust. Umar akhirnya menemukan bapak yang ditunjuk OB tadi

"Pak, maaf ya, bapak yang ngasih amplop ini? Apa maksudnya? bapak siapa?" tanyanya dengan nada
agak meninggi karena beliau takut sedang menerima jebakan dari seseorang.

"Iya saya pak, saya memang udah lama mencari bapak, saya supir taksi yang pernah nganterin bapak dulu ke bandara, masak bapak lupa?"

"Waduh maaf pak, mana saya inget, saya sering naek taksi" jawab Ust. Umar penasaran.

"Saya supir taksi yang 2 tahun dulu pernah bapak kasih uang Rp 2 juta".

"Masyaa Allah maaf pak, saya bener-benar gak inget".

"Saya yang pernah anter bapak dari Lebak Bulus ke terminal 1B pas bapak mau ke Bangka Belitung".
Ust. Umar mulai mengingat kejadian 2 tahun yang lalu.

"Terus terang pak, saat itu saya memang sedang membutuhkan uang sebanyak itu untuk bayar
kontrakan yang jatuh tempo. Hari itu juga sama saya harus bayar sekolah anak saya. Dan saya
tidak tau lagi kemana harus saya cari uang sebanyak itu. Jadi ketika bapak kasih Rp 2 juta itu
saya kaget sampe nangis. Saya berterima kasih sekali sama bapak".

"Masyaa Allah pak, maafkan saya, saya baru ingat, Lagian itu kejadian 2 tahun yang lalu. Trus ini
kenapa kok bapak ngasih sebanyak ini?".

"Saya cuma ingin berterima kasih saja sama bapak, Alhamdulillah pak sekarang saya sudah bekerja di perusahaan konsultan teknik untuk proyek-proyek".

"Masyaa Allah pak, ya udah pak saya terima tapi ini kebanyakan" sambil bermaksud menyerahkan
amplop itu kembali, namun ditolak..

"Ma'af pak, tolong diterima pak, jangan dikembalikan, berilah kesempatan Allah mencatat
sebuah Amal Jariyah buat saya".

*Pelukan dan air mata mengiringi haru pertemuan kembali dua hamba yang saling mencintai karena
Allah.*

***
Allah Azza wa jalla berfiman :

Barangsiapa membawa Amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat Amalnya. Dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)... (QS. Al An'am : 160)

Boleh dishare ke yang lain ya...
loading...

0 komentar:

Post a Comment

Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih