Thursday, November 30, 2017

[Kisah Khalifah Harun Al-Rasyid]: Berebut Sandal Guru

Siapa yang tidak kenal Khalifah besar Harun Ar Rasyid. Harun sangat serius mendidik calon penggantinya kelak. Apalagi kekuasaannya terbesar dan terkuat di muka bumi saat itu.

Al Amin dan Al Makmun. Mereka belajar dari banyak ahli ilmu. Di antaranya belajar kepada alim besar bernama Al-Kisai.

Suatu hari Al Amin dan Al Makmun baru selesai belajar. Al Kisai pun berdiri dan berniat meninggalkan majlis.

Al Amin dan Al Makmun segera berlari menuju sandal Al Kisai dan berebut siapa yg menyiapkan sandal gurunya. Akhirnya mereka berdua sepakat bahwa Al Amin menyiapkan sebelah dan Al Makmun yg sebelah lagi.

Berita ini sampai ke Amirul Mu'minin  Harun Ar Rasyid.

Harun memanggil guru anak-anaknya, Al Kisai.

Harun Ar Rasyid bertanya : "Siapakah orang paling mulia?".

Al Kisai : "Aku tdk melihat ada yg lebih mulia dari amirul mu'minin."

Harun : "Justru orang paling mulia adalah orang yg ketika hendak pergi dari majlisnya, dua putra mahkota muslimin berebut utk menyiapkan sandalnya, sampai keduanya sepakat menyiapkan satu-satu."

Mendengar itu Al Kisai menduga bahwa Khalifah marah. Dan segera meminta maaf.

Tapi ternyata Harun Ar Rasyid malah berkata :

"Kalau kamu hentikan kebiasaan mereka berdua itu, aku akan memarahimu. Karena hal itulah yg mengangkat derajat keduanya."

(Allahu Akbar, itu khalifah besar menyikapi kedua anaknya yg kelak keduanya jadi khalifah besar.

Kini, tahukah kita kiamat pendidikan itu?
Kita ini...
Khalifah bukan...
Amirul Mu'minin bukan...
Tapi menempatkan guru anak-anak kita, selayaknya karyawan yg kita gaji.

Kalau ini dilanjutkan... kita bukan bagian dari kebangkitan dan kebesaran.

Maafkan kami, guru...😭

{disadur dari tulisan Ust. Budi Ashari yang viral di Medsos]
loading...

1 comment:

  1. Kita sangat jauh dari itu..harap masih ada peluang & ruang

    ReplyDelete

Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih