Friday, February 10, 2017

Memberi 'Amplop' Kepada Ustad Yang Mengisi Ceramah/Pengajian...

Sudah menjadi kebiasaan di Indonesia, kalau sehabis ceramah, seorang ustad diberi amplop oleh jama'ah atau pengurus mesjid di mana ia memberi pengajian.

Bagi sebagian orang, hal ini kemudian jadi bahan ejekan, yang mana kemudian muncul istilah 'ustad amplop' dan sebagainya.

Padahal, pemberian semacam ini merupakan sesuatu yang wajar, bahkan bisa dikatakan sebagai kewajiban, di mana seseorang yang telah menyampaikan ilmu agama kepada masyarakat, sudah seharusnya masyarakat tersebut memberikan suatu penghargaan. Bukankah seorang guru di sekolah juga dibayar karena mengajar?

Berikut admin kutip sebuah tulisan yang bagus tentang permasalahan ini, tentang bagaimana sebenarnya kita harus bijak menyikapi hal ini. Jemaah yang 'berperasaan' atau 'berotak' tak sepatutnkya membiarkan seorang Ustad pulang ke rumah dengan tangan hampa sehabis pengajian.

Berikut kutipannya:
Sudah menjadi kebiasaan seorang da'i atau ustad selesai ceramah diberikan uang dalam amplop. Ada mengangap ini wajar dan perlu, dan sebaliknya ada pula yang tidak nyaman, apalagi kalau ustad kondang menetapkan tarif tinggi. 
Kalau kita kembali ke masa kejayaan Islam, ternyata para ulama, guru, bahkan santri mendapatkan tunjangan dari waqaf dan negara. Imam Suyuthi (911h) pernah ditanya, apabila waqaf tidak mencukupi untuk beli minyak,roti,daging, dan sabun seorang ulama apakah boleh diambil dari baitul mal/kas umat? (Alhawy Fatawa Suyuthi j 1,h155)
Idealnya setiap masjid atau lembaga keummatan memiliki sumber pendanaan tetap.
 
Kurang enak dirasakan disaat pengurus masjid menghitung uang infak di depan seorang ustad setelah itu diserahkan ke ustad, dan ustad harus sabar menunggu hitungan infaq. 
Menerima amplop itu bukan suatu yang tercela apalagi terlarang. Justru yang tercela itu kadang apabila tidak memberi. 
Buya Hamka bercerita tentang Buya Daud Rasyidi balingka (murid ahmad khatib) sering keliling berdakwah, beliau tidak pernah meminta(amplop), " kalau orang ada "otak" berilah beliau! Kalau tidak ada fikiran beliau pulang"( Ayahku h 284) 
Ketidakpedulian umat terhadap ulama bisa mengurangi bentuk kepedulian ulama terhadap umat. 
Sungguh kita adalah satu umat yang wajib saling memperhatikan, mempedulikan demi tegaknya dakwah dan syiar Islam nan cemerlang"
Dikutip dari FB Ust. Zulhamdi
loading...

0 komentar:

Post a Comment

Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih