Monday, February 6, 2017

5 Perkara Perusak Hati

Hati adalah panglima diseluruh tubuh manusia. Disanalah bersemayamnya iman, tauhid, taqwa, takut serta harap kepada Allah. Seluruh perbuatan manusia tergantung kepada niat. Dan niat itu tempatnya di hati.

Bila hati bersih, baik, penuh dengan keimanan, maka niscaya jasadnya akan menjadi bersih dan baik. Sebaliknya bila hati kotor, buruk dan banyak kemungkaran, maka niscaya jasadnya juga akan menjadi kotor, buruk dan rusak serta banyak kemaksiatan.

Rasulullah saw bersabda:

ألا إن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله وإذا فسدت فسد الجسد كله, ألا وهي القلب "  (البخاري).


"Ketahuilah, di dalam setiap tubuh itu ada segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuh itu. Apabila ia rusak maka rusak pulalah seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa ia adalah Hati". (HR Bukhari dari Nukman bin Basyir)

Hati yang baik akan mudah menerima petunjuk Islam. Sedangkan hati yang rusak akan membawa kepada kesesatan dan berat menerima tuntunan Islam. Dalam firmanNya Allah memberikan gambaran:
فَمَن يُرِدِ اللّهُ أَن يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلإِسْلاَمِ وَمَن يُرِدْ أَن يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاء كَذَلِكَ يَجْعَلُ اللّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ
Artinya:
"Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya (hatinya) untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya (hatinya) sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman". (QS, 6:125).

Hati yang menerima kebenaran akan selalu hidup dan dapat merespon ayat-ayat Allah dengan baik. Sebaliknya hati yang rusak akan menjadi sakit bahkan mati. Tak tersentuh oleh petunjuk-petunjuk Allah yang ada disekitarnya.

إنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ.


"Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya". (QS Qaf: 37)
Kenapa hati bisa rusak? Apa sajakah yang dapat menimbulkan kerusakan hati? Imam Ibnul Qayyim Aljauziah menyimpul adanya 5 perusak hati.
1. Terlalu Banyak Bergaul

Pergaulan itu terpuji bila dalam amal shaleh, ibadah, menambah ilmu, mencari rezeki yang halal serta tolong-menolong dalam kebaikan.

Namun bila banyak bergaul dalam hal kejelekan atau berlebihan dalam hal yang mubah/boleh, maka akan membuat hati menjadi rusak dan sakit. Pergaulan yang didasarkan pada kasih sayang duniawi, akan membuat banyak melihat, mendengar, mengucapkan bahkan mengerjakan yang tidak diredhai Allah. Akibatnya hati menjadi rusak dengan kabut dan kotoran dosa. Akibatnya hati menjadi lemah dan ruang untuk iman dan tauhid menjadi semakin sempit bahkan hilang.

Allah menceritakan penyesalan orang-orang yang sengsara di akhirat kelak gara-gara pergaulan yang salah ketika di dunia:

وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا (27) يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا (28) لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا (29)


Artinya: "Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim (berdosa) gigit jari, seraya berkata, “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan orang itu teman akrab(ku).
Sesungguhnya dia telah menyesatkanku dari mengingat Allah dan dari al-Quran, padahal al-Quran itu telah datang kepadaku. Demikianlah setan menjerumuskan manusia ke jurang kehancuran". (QS Al Furqan: 27-29)

Bila seseorang dalam kondisi tidak bisa menghindari pergaulan buruk itu, baik karena profesinya, jabatan dan posisinya, atau karena lingkungan disekitarnya, maka minimal hendaklah dia tetap mengingkari keburukan tersebut di dalam hatinya.

Adapun bila ia dalam kondisi pergaulan yang mubah, namun sudah berlebihan dalam porsi dan waktu, maka hendaklah ia berusaha menjadikan yang mubah itu bernilai ibadah.

Hari ini dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, pergaulan semakin luas tanpa batas. Tidak saja bertemu dalam satu ruang atau tempat, bahkan bisa menembus batas-batas pulau dan negara. Ada pertemanan di facebook, group-group whatsapp, bbm dan sebagainya. Semuanya bisa menjadi sumber-sumber perusak hati bila sudah berlebihan, apalagi melanggar aturan Allah.

Bersikap waspada terhadap keburukan pada pergaulan, dan tidak berlebihan dalam kemubahan pada pergaulan, menjadi mendesak dilakukan pada era sekarang ini.

2. Tenggelam dalam Angan-Angan

Angan-angan adalah lautan yang tak bertepi. Ia adalah modalnya orang-orang yang tak punya apa-apa alias bangkrut. Janji-janji syetan mudah masuk ke dalamnya, dipenuhi kemustahilan dan kebohongan, sementara orang yang berangan-angan tidak menyadari bahwa selama berangan-angan ia hanya berbaring di tikarnya.

Indikator sederhana bahwa seseorang dalam angan-angan adalah, dia berharap pahala yang berlipat ganda dari Allah, tapi amalannya sangat sedikit dan sederhana. Ia berharap ampunan dosa dari Allah, tapi dia jarang bertobat dan memohon ampun.

Inilah perilaku kaum yahudi dan nashrani yang dicela oleh Allah. Mereka mengklaim bahwa merekalah yang akan menjadi penduduk sorga. Sementara perbuatan mereka dimurkai Allah (kaum yahudi) dan mereka dalam kesesatan (kaum nashrani). Allah berfirman:

وَقَالُوا لَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ كَانَ هُوداً أَوْ نَصَارَى تِلْكَ أَمَانِيُّهُمْ } [البقرة:111)


Artinya:
"Mereka berkata, "Sekali-kali tak akan masuk sorga kecuali orang-orang yahudi dan nashrani". Itulah angan-angan mereka..." (QS Albaqarah: 111)

Rasulullah saw juga menegaskan bahwa orang yang lemah lagi bodoh adalah yang berangan-angan tapi tak beramal shaleh:

الكيِّس من دان نفسه وعمل لما بعد الموت، والعاجز من أتبع نفسه هواها وتمنى على الله الأماني (رواه الترميذي وابن ماجه)
 Artinya: "Orang yang cerdas adalah orang menekan dirinya dan beramal untuk setelah mati. Sedang orang yang lemah adalah yang memperturutkan hawa nafsunya, lalu berangan-angan kepada Allah". (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah, isnadnya dhaif tapi maknanya shahih).

3. Bergantung Kepada Selain Allah

Ini merupakan perusak hati yang paling berbahaya. Apalagi pada saat ini, ketergantungan dan keterpautan hati manusia kepada selain Allah sangat dominan. Kalau sudah terdesak saja baru ingat Allah. Ada musibah, sakit, kecelakaan dan lain sebagainya, barulah banyak berdoa, banyak istigjfar dan beramal shaleh. Tapi bila kondisi normal, semua itu hanya sekedarnya atau minimalis.

Indikasi sederhana keterpautan hati kepada selain Allah misalnya: sering terlambat (masbuq) shalat, tidak berlomba-lomba dalam kebaikan, sedikit berinfaq dan bersedeqah, shalat terburu-buru, setelah itu langsung sibuk dengan hape dan urusan dunia lainnya.

Allah menyerahkan orang yang bergantung kepada selainNya, kepada apa yang menjadi gantungannya. Akibatnya dia akan kehilangan kemaslahatan, kebahagiaan dan perlindungan dari Allah. Dan Allah akan membiarkan orang ini mencari pertolongan dari apa yang menjadi gantungannya.

Mungkin seorang muslim tidak menyembah patung, tapi dia mempercayai jimat, bergantung kepadanya, meminta tolong kepada dukun atau orang pintar, atau meyakini adanya kekuatan khusus sebuah benda, keris, barang antik dan lain sebagainya.

لَا تَجْعَلْ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آَخَرَ فَتَقْعُدَ مَذْمُومًا مَخْذُولًا (22)
Janganlah kamu adakan tuhan yang lain di samping Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah). (QS Al Isra: 22)

4. Terlalu Banyak Makan

Makanan akan menjadi sumber perusak hati dalam dua kondisi. Pertama, secara zat merusak karena dia Haram (seperti darah, bangkai, daging babi) dan/atau barangnya halal tapi diperoleh dengan cara yang bathil (hasil curian, korupsi, mengambil tanpa diridhai oleh yang memiliki). Kedua, makanan yang halal namun dikosumsi secara berlebihan atau membuat terlalu kenyang.

Dua situasi ini akan merusak hati. Badan menjadi lemah dan berat untuk beramal shaleh. Semakin banyak badan mengkosumsi yang haram, maka akan semakin berat untuk beribadah.

Idealnya makanan itu cukup untuk membuat pisik sehat dan kuat, mampu.bekerja secara baik dan halal. Bila harus lebih standarnya, maka isi perut mesti dibagi untuk 3 ruang, sepertiga makanan, sepertiga minuman dan sepertiga lagi untuk bernafas:


قَالَ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ : مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ . رواه الترمذي

Artinya: "Tidak kantong yang paling buruk yang selalu dipenuhi oleh anak cucu Adam melebihi perut. Cukuplah seharusnya sejumlah suap yang mampu menegakkan (mengokohkan) punggungnya (badannya). Seandainya harus berlebih maka hendaknya sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga untuk nafasnya". (HR Tirmidzi, shahih)

Kekenyangan atau makan berlebihan biasanya akan menyebabkan rasa berat melakukan ketaatan, membuat diri sibuk hanya untuk urusan pemenuhan perut, sehingga nafsunya semakin kuat dan syetan mudah menguasai tubuhnya. Sebab, syetan mengalir pada manusia seperti mengalirnya darah. Sedangkan puasa mempersempit aliran darahnya dan membendung jalannya, sedangkan kenyang membuka, melapangkannya dan menguatkannya.

5. Terlalu Banyak Tidur

Berlebihan dan terlalu banyak tidur menyebabkan badan terasa berat, waktu tersia-siakan, menimbulkan banyak kelalaian dan kemalasan. Akibatnya luput dari banyak amal shaleh.

Tidur yang paling bermanfaat adalah tidur yang dilakukan ketika sangat diperlukan. Tidur lebih awal pada malam hari lebih terpuji dari pada mulai tidur di akhir malam atau begadang. Tidur pada tengah hari selwpas zhuhur (qailulah) lebih bermanfaat daripada tidur pada pagi hari dan petang hari.

Tidur yang paling baik dan paling bermanfaat adalah tidur pada separuh malam pertama sampai seperenam malam terakhir. Sehingga pisik menjadi kuat dan sehat untuk bangun malam melakukan tahajjud. Rasulullah saw membenci tidur setelah shubuh sampai matahari terbit, dan tidur setelah magrib sampai isya.

Wallahu A'laa wa A'lam.
loading...

0 komentar:

Post a Comment

Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih