Friday, March 21, 2014

Kisah Wanita Yang Melahirkan di Dalam Kubur

Kata sahibul hikayat, pada zaman khalifah Umar bin Khattab Radiyallahu ‘anhu, ada seorang laki-laki datang bersama anaknya menghadap Amirul Mu’minin.

Pasangan ayah dan anak tersebut mempunyai wajah yang sangat mirip, sehingga membuat Amirul Mu’minin terkaget-kaget sambil berkata,

“Demi Allah, aku tidak pernah melihat keajaiban ini sebelumnya. Kemiripan anda dengan anakmu ini laksana kemiripan seeokor burung gagak dengan kawannya”

Seperti diketahuai, burung gagak mempunyai kemiripan yang sulit dibedakan antara satu dengan yang lai. Sehingga orang Arab menjadi ini sebagai kiasan pribahasa untuk mengungkapkan dua orang yang mempunyai kemiripan wajah.

Ayah dari anak tersebut berkata:

“Wahai Amirul Mu’minin, percayakah engkau jika aku beritahu bahwa anak ini dilahirkan oleh ibunya di dalam kuburan dan ibunya dalam keadaan wafat?”

Mendengar perkataan ayah anak itu, Umar langsung berdiri dari tempat duduknya, merubah posisinya sehingga memusatkan perhatiannya kepada sang ayah tersebut. Umar termasuk orang yang senang sekali mendengar cerita-cerita aneh.

“Ceritakanlah kepadaku” kata Umar dengan semangat.

Dengan segera ia pun menceritakannya kepada Umar bin Khattab,

“Wahai Amirul Mu’minin, pada suatu waktu ketika istriku, yakni ibu dari anak ini, tengah mengandungnya, aku besiap-siap untuk melakukan suatu perjalanan yang sangat penting, tapi ia melarangku. Ketika aku sampai depan pintu rumah, ia terus memaksaku untuk tidak pergi sambil berkata: ‘Wahai suamiku, teganya engkau meninggalkan aku di sini, sementara aku dalam keadaan hamil?!’

Kemudian aku letakkan tanganku pada perutnya sambil berdo’a:

“Ya allah, aku titipkan anakku yang dalam kandungan ibunya ini kepada-Mu”

Kemudian aku keluar dari rumah meninggalkan istriku. Hari-hari berlalu, bulan berganti bulan, aku belum juga punya kesempatan pulang. Hingga beberapa bulan kemudian akhirnya aku pulang dan sampai ke rumah.

Sesampainya dirumah, ku lihat banyak orang berkumpul di depan pintu, termasuk sepupu dan keluargaku. Sejurus kemudian mereka mengelilingiku serya memberitahu bahwa istriku telah meninggal dunia.

Dengan sedih aku berkata,

Innalillahi wa innailaihi raji’un

Kemudian mereka membawaku kedalam rumah dan memberiku makan, makanan yang sebelumnya telah mereka siapkan untukku.

Ketika aku sedang memakan makanan tersebut aku melihat adanya asap yang keluar dari area pemakaman, kemudian aku bertanya:

"Mengapa ada asap di sana?".

Mereka pun menjawab:

"Entahlah... asap ini sudah keluar dari kuburan istrimu setiap hari pertama sejak istrimu dikuburkan, hingga saatpun masih terus keluar tak berhenti ’

Mendengar jawaban tersebut, aku pun langsung berkata:

"Demi Allah, istriku adalah seorang wanita yang rajin berpuasa, selalu mengerjakan sholat, dan selalu menjaga dirinya dari maksiat, tak pernah melakukan kemungkaran, dan selalu menyeru kepada kebaikan, dan Allah tidak akan menghinakannya”

Dengan segera aku menuju kuburan istriku tersebut, sesampainya aku di kuburan tersebut, aku langsung menggalinya, sampai akhirnya aku melihat jasad istriku sedang duduk dalam keadaan wafat. Sedangkan bayinya ini duduk diantara kedua kaki ibunya dalam keadaan hidup. Kemudian terdengar suara dari arah yang tidak diketahui,

“WAHAI ENGKAU YANG MENITIPKAN BARANG TITIPANMU, AMBILLAH BARANG TITIPANMU KEMBALI.”

Subhanallah... Allah benar-benar mengembalikkan padaku anak yang pernah aku titipkan kepada-Nya sebelum aku melakukan perjalanan".
* * *

Para ulama yang meriwayatkan cerita ini berkata:

Bahwa seandainya ayah tersebut menitipkan kepada Allah anak dan istrinya juga dalam doanya sebelum ia meninggalkan istrinya, niscaya ia akan mendapati istrinya juga hidup seperti anak yang dititipkannya kepada Allah.

Kisah ini diceritakan kembali oleh Syaikh Shalih al-Maghamisi (Imam Besar Masjid Quba di Madinah al-Munawwarah). Bagi yang ingin menonton ceramah beliau tentang ini, silahkan lihat di video di bawah ini:

loading...

0 komentar:

Post a Comment

Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih