Monday, February 12, 2018

Ketika Vonis Mati Dijatuhkan....

Sungguh mengerikan bila vonis mati telah dijatuhkan!

Baik itu oleh seorang dokter kepada pasiennya yang memang mengidap penyakit akut seperti kanker otak yang sudah stadium akhir, atau mungkin hepatitis B yang sudah parah, dan berbagai pernyakit lainnya.

Atau vonis mati  itu dijatuhkan oleh seorang hakim kepada terdakwa kasus kriminal berat, karena dia memang pantas mendapatkannya.

Suara palu terdengar nyaring tatkala vonis dijatuhkan, tok-tok!

Bila seorang dokter memperkirakan[1] dengan ilmu yang dimilikinya serta pengalaman yang didapatnya bahwa organ di tubuh pasien kemungkinan hanya bisa bertahan sampai 6 bulan.

Maka sejak detik itu bermulalah Time Countdown (timer yang menghitung waktu mundur).

Sisa umur pasien hanya tinggal 180 hari saja.[2]

Tatkala matahari terbenam di ufuk barat, maka Time Countdown akan menyatakan 179 hari lagi waktu yang tersisa.

Hari  kedua  tatkala mentari mulai memerah di ufuk barat, maka dengan tenggelamnya Time Countdown akan berubah menjadi 178 hari,  begitulah penghitungan sisa umurnya.

Hari-hari seorang manusia yang divonis mati, akan berisi kecemasan dan kekhawatiran.

Cemas karena akan meninggalkan orang-orang yang dicintainya.

Cemas karena akan berpisah dengan kesenangan dunianya.

Bila dia seorang yang beriman, maka dia akan cemas dengan apa yang akan dihadapinya, tentunya yang akan dilakukan oleh tipe manusia seperti ini adalah mempersiapkan dirinya:

Mengevaluasi masa lalunya.

Memperbaiki  dan memperbanyak amal kebajikan.

Bertaubat kepada Allah ta’ala, sebelum Time Countdown itu berisikan 00:00:00:00.

Karena pintu taubat masih terus dibuka  selama eksekusi mati belum dilaksanakan;

Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang” Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih”. (an Nisaa :18)

Apalagi vonis mati dari dokter itu bisa jadi maju, karena kondisi sang pasien yang kadang terus memburuk.

Maka ia pun akan memanfaatkan sisa waktunya dengan sebaik mungkin.

Berusaha untuk meminta maaf pada saudara dan kerabatnya serta teman-temannya yang mungkin pernah disakitinya.

Al-Qur’an akan selalu menemani detik-detiknya yang tersisa.

Lisannya tidak pernah kering dari asma Allah ta’ala.

Doa dan munajat kepada sang pencipta selalu dipanjatkan siang dan malam.

Siapa tahu ada tambahan umur untuknya.

Usaha dan berobat juga masih dilakukan, siapa tahu vonis dari dokter tidak benar.

Dengan harapan ada tambahan waktu dalam kehidupan ini.

Karena Time Countdown terus berjalan dan tatkala berlalu satu bulan, maka sisa umurnya hanya tinggal 150 hari saja.

Dan ternyata Detik di Time Countdown  begitu cepatnya berlalu menjadi menit, menit terus berlari menuju jam, jarum jam juga tidak berhenti bergerak untuk mengurangi umurnya.

Tik tok, tik tok, tik tok detik-detik umurnya bergerak menuju kehabisan.

Pada hakekatnya, semua manusia di dunia ini tidaklah berbeda dengan pasien yang divonis mati oleh dokternya.

Karena Allah ta’ala Yang Menghidupkan dan Mematikan telah menvonis mati semua yang bernyawa:

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati”. (Ali Imran :185)

Dan khusus untuk manusia Dia menyatakan:

“Kami telah menentukan kematian di antara kamu, dan Kami sekali-kali, tidak dapat dikalahkan”. ( al Waqi’ah:60)

Bahkan Manusia termulia yang pernah menginjakkan kakinya di muka bumi ini, juga tidak luput dari vonis mati:

“Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula)”. (Az Zumar:30)

Dan Beliau pun shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah wafat sejak 1422 tahun yang lalu.

Apa yang Allah ta’ala katakan benar.

Seluruh manusia menyaksikan bahwa vonis mati itu berlaku bagi semuanya.

Baik bagi yang kaya atapun yang miskin.

Bayi yang baru dilahirkan atau manula yang bongkok punggungnya.

Semuanya sudah divonis mati.

Setiap berganti angka di penanggalan maka kematian seorang hamba semakin dekat.

Setiap berganti tahun, maka setahun dari umurnya sudah berkurang.

Eksekusi kematiannya sudah hampir tiba, namun sayangnya dia tidak tahu kapan itu terjadi???

Namun kenapa ada saja manusia yang merayakan hari ulang tahunnya, yang pada hakekatnya setahun dari umurnya sudah habis, waktu untuk eksekusi matinya semakin mendekat???

Namun kenapa ada saja manusia yang berpesta di waktu perpindahan tahun, padahal 360 hari dari umurnya telah lewat, pelaksanaan eksekusi mati untuknya semakin mendekat???

Cobalah menengok bagaimana orang-orang Sholeh tatkala sehari dari sisa umurnya berlalu:

Ibnu Mas’ud rodhiyallahu ‘anhu berkata:

“Tidaklah aku menyesal seperti penyesalannku atas suatu hari yang telah tenggelam mentarinya, dengannya ajalku semakin dekat, sedang amalanku tidak bertambah”.

Subhanallah, itu penyesalan karena sehari dan  bukan setahun

Sudah sepantasnya kita cemas dan khawatir, seperti cemasnya pasien yang divonis mati oleh dokternya.

Karena detik di Time Countdown kita itu terus bergerak menuju ke 00:00:00:00.

Dan kalau saja setiap bergantinya tahun kita disyari’atkan untuk mengucapkan selamat, maka seharusnya yang diucapkan adalah:

Selamat! karena  kematianmu semakin dekat!

Selamat! Pelaksanaan eksekusi mati untukmu semakin mendekat!

Selamat! Kamu akan  mati.

--------------------------------
dikutip dari tulisan: Ust. Syafiq Basalamah

*** catatan:
[1] Manusia tidak ada yang mengetahui kapan ajal itu, hanya Sang Pencipta yang mengetahuinya.

[2] Ini hanya sekedar perkiraan, karena pada realitanya berapa banyak pasien yang divonis mati oleh dokter, dia malah sembuh dari penyakitnya dengan izin sang pencipta.

(http://stdiis.ac.id/index.php/renungan-akhir-pekan-2/181-divonis-mati)

loading...

0 komentar:

Post a Comment

Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih