Orang Rajin Bersedekah Itu Bahagia, begini penjelasan ilmiahnya...

Pernahkah kita merasakan, ketika kita mengeluarkan sedekah kepada orang yang membutuhkan, ketika kita bisa membantu meringankan beban orang lain, lalu muncul perasaan bahagian entara dari mana dalam lubuk hari kita?;

Thursday, July 24, 2014

Kisah Wanita Bersama 3 Orang Miskin

Pada suatu ketika, ada seorang wanita kaya yang sedang menikmati pemandangan di taman. Tak berapa lama, seorang anak yang lusuh duduk di sebelahnya. Ia tidak bicara dan tidak pula melihatnya. Hanya saja bocah itu memegangi perutnya, sepertinya ia kelaparan. Wanita itu meliriknya dengan risih, setelah beberapa lama ia meninggalkannya.

Sambil berjalan ia membatin, "Anak jaman sekarang sudah diajari mengemis dan mengiba-iba. Aku tidak akan membiarkan sedekahku dimakan orang yang tak seharusnya."
loading...

Wednesday, July 23, 2014

[Foto]: Laut Aral Yang Mengering Selama 30 Tahun

Laut Aral merupakan danau lautan yang terletak di antara 2 negara bekas Uni Soviet, yaitu Uzbekistan dan Kazakhstan banyak menyimpan cerita.

Berdasarkan pemantauan satelit dan foto udara, banyak yang terkejut karena Laut Aral itu kini telah menyusut dan lenyap sedikit demi sedikit. Para ilmuwan selama ini tidak menyadari fenomena ini.

Sejak tahun 1960-an, Laut Aral terus menyusut karena kejadian bencana sehingga perairannya menyusut sehingga 80% daripada volume awal. Dan kini Laut Aral yang mengering telah menjadi gurun yang luas dan kering serta tandus. Foto satelit mengenai penyusutan Laut Aral pada saat-saat terakhir.
loading...

Tuesday, July 22, 2014

[Video]: Kekaguman Seorang Pastor Terhadap Ummat Islam dan Menyatakan Bahwa Masa Depan Akan Dikuasai Ummat Islam

Seorang Pastur di Eropa menyatakan kekagumannya terhadap Ummat Islam...

Apa yang membuat dia kagum...?

Silahkan tonton di video di bawah ini:
loading...

Thursday, July 17, 2014

Gambar Memilukan Seorang Anak Palestina, Rumahnya Dihancurkan Ketika Ia Sedang Melukis

Bagaikan tragedi dalam drama-drama haru, itulah yang dialami oleh rakyat Palestina saat ini. Seperti yang terjadi pada anak ini.

Ia tengah melukis gambar ketika rudal-rudal Israel menggempur rumahnya. Kepalanya cidera berat, hingga ia tak sadarkan diri.

Dan ketika ia siuman, ia kembali melanjutkan lukisannya yang belum selesai, tapi tentu bukan lagi di rumahnya...
loading...

Tuesday, July 15, 2014

Menelah Air Ludah Gusi Berdarah, Apakah Membatalkan Puasa?

Di saat berpuasa, ada kalanya gusi kita mengalami pendarahan (berdarah atau keluar darah) yang kemudian bercampur dengan air ludah. Nah, bagaimana hukumnya jika air ludah yang bercampur darah tersebut tertelan? Apakah hal tersebut membatalkan puasa?

Seperti diketahui, darah termasuk dalam kategori benda najis, yang mana maka menelan darah hukumnya haram, sebab benda yang najis diharamkan untuk ditelan atau dimakan.

Dalam sebuah hadits dinyatakan bahwa hanya ada dua jenis darah yang halal dimakan, yaitu hati dan limpa dari hewan sembelihan.

Namun demikian, ketentuan tentang haramnya menelan darah ini Ketentuan dikecualikan apabila apabila darah dari gusi tersebut keluar terus menerus, dan dirasa sangat sulit membersihkannya tiap kali darah keluar, dalam keadaan seperti ini apabila memang sulit menghindari tertelannya darah tersebut, maka tertelannya darah tersebut hukumnya adalah ma'fu anhu (dimaafkan atau ditolerir) dalam artian tidak dihukum haram.

Begitu juga halnya dalam keadaan puasa, pada dasarnya menelan ludah yang telah bercampur dengan darah dapat membatalkan puasa. Namun apabila memang sangat sulit menghindari tertelannya darah karena darah terus keluar, maka dari itu dalam keadaan tersebut jika ada darah yang tanpa sengaja tertelan puasanya tidak batal. Artinya, jika ludah bercampur darah itu ditelan dengan sengaja, maka hal itu akan membatalkan puasa, namun jika tidak disengaja atau sulit dihindari, maka tidak membatalkan puasa.

Dalam Hasyiyay Imam al-Ramli 'ala Asna al-Mathalib  disebutkan: 5 hal. 305

 لَوْ ( ابْتَلَعَ رِيقَهُ الصِّرْفَ ) بِكَسْرِ الصَّادِ أَيْ الْخَالِصَ ( لَمْ يُفْطِرْ ) لِعُسْرِ التَّحَرُّزِ عَنْهُ ( وَلَوْ بَعْدَ جَمْعِهِ ) وَلَوْ بِنَحْوِ مُصْطَكَى فَإِنَّهُ لَا يُفْطِرُ بِهِ لِأَنَّهُ لَمْ يَخْرُجْ مِنْ مَعْدِنِهِ وَابْتِلَاعُهُ مُتَفَرِّقًا جَائِزٌ ( وَيُفْطِرُ بِهِ إنْ تَنَجَّسَ ) كَمَنْ دَمِيَتْ لِثَتُهُ أَوْ أَكَلَ شَيْئًا نَجِسًا وَلَمْ يَغْسِلْ فَمَهُ حَتَّى أَصْبَحَ وَإِنْ ابْيَضَّ رِيقُهُ وَكَذَا لَوْ اخْتَلَطَ بِطَاهِرٍ آخَرَ كَمَا أَفْهَمَهُ قَوْلُهُ الصِّرْفُ كَمَنْ فَتَلَ خَيْطًا مَصْبُوغًا تَغَيَّرَ بِهِ رِيقُهُ ( أَوْ زَايَلَ ) رِيقُهُ ( فَمَهُ ) أَيْ خَرَجَ مِنْهُ وَلَوْ إلَى ظَاهِرِ الشَّفَةِ ( وَلَوْ فِي خَيْطِ ) الْخَيَّاطِ أَوْ امْرَأَةٍ فِي غَزْلِهَا لِإِمْكَانِهِ التَّحَرُّزَ عَنْ ذَلِكَ وَلِمُفَارِقَةِ الرِّيقِ مَعْدِنَهُ فِي الْأَخِيرَةِ ( لَا ) إنْ زَايَلَ رِيقُهُ فَمَهُ ( فِي لِسَانِهِ ) فَلَا يُفْطِرُ بِبَلْعِهِ إذْ اللِّسَانُ كَيْفَمَا تَقَلَّبَ مَعْدُودٌ مِنْ دَاخِلِ الْفَمِ فَلَمْ يُفَارِقْ مَا عَلَيْهِ مَعْدِنَهُ

Artinya:
"Jika seseorang menelan air ludahnya murni (tidak bercampur), maka hal itu tidak membatalkan puasa, sebab hal itu sangat sulit untuk dihindari. Hukum ini berlaku walaupun seseorang mengumpulkan air ludahnya hingga banyak kemudian ia telan, hal itu juga tidak membatalkan puasa, sebab air ludah itu belum keluar dari sumbernya, dan ketika ia menelannya sedikit demi sedikit itu juga dibolehkan (tidak membatalkan puasa). Namun puasa seseorang akan batal bila ia menelan air ludah yang bercampur najis, seperti seseorang yang gusinya berdarah, atau sehabis memakan sesuatu yang najis lalu tidak membasuh mulutnya di malam hari hingga pagi harinya, hal ini berlaku meskipun air ludahnya itu tetap berwarna putih. Begitupun seseorang yang menelan ludahnya yang telah bercampur dengan sesuatu yang suci (batal puasanya), hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh pengarang bahwa yang yang tidak membatalkan puasa itu hanyalah menelan air ludah murni. Contohnya adalah seseorang yang memintal benang berwarna yang kemudian merubah warna air ludahnya (kemudian ia menelan ludah tersebut), atau seseorang yang mengeluarkan air ludah dari mulutnya, walau hanya sampai ke pinggir bibirnya, kemudian ia telah kembali, atau seorang wanita yang memintal benang dengan mulutnya (sehingga mengenai ludahnya dan kemudian ia talah), sebab semua itu merupakan hal-hal yang dapat dihindari, begitupun karena air ludahnya telah meninggalkan tempat asalnya pada contoh terakhir. Dan tidak batal puasa jika seseorang mengeluarkan air ludahnya melalui lidahnya, kemudian ia telan kembali, sebab lidah ketika bergerak, ia tetap dihitung sebagai organ dalam mulut, karena itu tidak dianggap air ludah tersebut telah meninggalkan sumber asalnya.
(Hasyiah al-Ramli 'ala Asna al-Mathalib, Juz. V, Hlm. 305)

Dalam kitab I'anah al-Thalibin juga disebutkan:

(وقوله: المتنجس) أي الريق المتنجس. وقوله: بنحو دم لثته) متعلق بالمتنجس، أي متنجس بسبب نحو دم لثته ونحوه كالقئ، وكأكله شيئا نجسا ولم يغسل فمه منه. (قوله: فيفطر) أي الصائم. (وقوله: بابتلاعه) أي الريق المتنجس بما ذكر. (قوله: وإن صفا) أي الريق من نحو الدم. وهو غاية في فطره بما ذكر. (وقوله: ولم يبق فيه) أي الريق، أثر: أي من آثار نحو الدم. (وقوله: مطلقا) أي أصلا - لا كثيرا ولا قليلا - هذا هو المراد من الإطلاق. (قوله: لأنه لما حرم إلخ) علة للفطر بابتلاعه ما ذكر.
Artinya:
"Air ludah yang bernajis, seperti bercampur dengan darah yang keluar dari gusi, maka air ludah tersebut telah bercampur dengan najis, artinya bernajis disebabkan darah gusinya dan sebagainya, seperti halnya muntah. Begitupun seperti seseorang yang memakan sesuatu yang bernajis, kemudian ia tidak membasuh mulutnya, maka semua itu dapat membatalkan puasa seseorang jika ia menelan air ludah bernajis tersebut, kendati pun air ludah tersebut terlihat jernih tidak tampak padanya bekas-bekas darah. Maka dengan menelan air ludah tersebut, batal puasa seseorang, walapun ia menelan sedikit atau banyak, yang menjadi illat adalah perbuatan menelan tersebut seperti yang telah disebutkan".
(I'anah al-Thalibin, Juz. II, Hlm. 261)

Wallahu A'lam. 
Dari berbagai sumber.
loading...

Friday, July 11, 2014

Mengenang Shalahuddin al-Ayyubi, Panglima Pembebas Yerussalem dan Masjidil Aqsha

Di tengah serangan Israel ke Ghaza beberapa hari terakhir ini, kaum muslimin di seluruh dunia berduka cita yang mendalam. Bagaimana tidak, saudara-saudara seiman mereka di tanah kelahiran Imam Syafi'i tersebut tengah menderita di saat menjalani puasa Ramadhan.

Berbicara tentang Palestina, kita teringat pada sosok Shalahuddin al-Ayyubi. Namanya seakan telah terpatri di hati sanubari Kaum Muslimin yang memiliki jiwa patriotik dan heroik, telah terlanjur terpahat dalam sejarah perjuangan umat Islam karena telah mampu menyapu bersih, menghancurleburkan Tentara Salib yang merupakan gabungan pilihan dari seluruh Benua Eropa.

Maka sudah sepantasnya kita membicarakan tentang beliau dalam satu bab tersendiri. Sebab, apabila disebutkan tentang Perang Salib, maka nama beliau tidak akan terlupakan sebagai pahlawan perang dari pihak Islam yang paling berjasa.

Salahuddin Yusuf bin Najmuddin Ayyub atau Salah ad-Din (Bahasa Arab: الأيوبيصلاح الدين, Kurdi: صلاح الدین ایوبی) (Sho-lah-huud-din al-ay-yu-bi) atau Saladin (biasa disebut oleh orang Barat) (1137 – 4 Maret 1193) adalah seorang jendral dan pejuang Muslim Kurdi dari Tikrit (daerah Utara Irak saat ini). Ia mendirikan Dinasty Ayyubiyah di Mesir yang wilayah kekuasaannya meliputi Suriah, sebagian Yaman, Irak, Hijaz dan Diyar Bakr.

Salahuddin terkenal di dunia Muslim dan Kristen karena kepemimpinan, kekuatan militer, dan sifatnya yang kesatria, bijaksana dan pengampun pada saat ia berperang melawan Tentara Salib. Jarang sekali dunia menyaksikan sikap patriotik dan heroik bergabung menyatu dengan sifat perikemanusian seperti yang terdapat dalam diri pejuang besar ini. Rasa tanggung jawab terhadap agama Islam telah ia baktikan dan buktikan dalam menghadapi serbuan Tentara Salib ke Tanah Suci Palestina selama dua puluh tahun, dan akhirnya dengan kegigihan, keampuhan dan kemampuannya dapat memukul mundur tentara Eropa di bawah pimpinan Richard The Lionheart dari Inggris. Disamping sebagai panglima perang, Sultan Shalahuddin al-Ayyubi juga adalah seorang ulama, beliau banyak memberikan catatan kaki dan berbagai macam penjelasan dalam kitab hadits Abu Dawud.

Latar Belakang
Shalahuddin Al-Ayyubi berasal dari bangsa Kurdi. Ayahnya Najmuddin Ayyub dan pamannya Asaduddin Syirkuh hijrah (migrasi) meninggalkan kampung halamannya dekat Danau Fan dan pindah ke daerah Tikrit (Irak). Shalahuddin lahir di benteng Tikrit, Irak tahun 532 H/1137 M yaitu sekitar hampir empat puluh tahun kaum Salib menduduki Baitul Maqdis, ketika ayahnya menjadi penguasa Saljuk di Tikrit. Saat itu, baik ayah maupun pamannya mengabdi kepada Imaduddin Zanky, Atabek (gubernur) Kerajaan Saljuk untuk kota Mousul, Irak. Pendidikan dari ayah dan pamannya ini telah memberi andil yang tidak kecil dalam membentuk kepribadian Shalahuddin.

Ketika Imaduddin Zanky berhasil merebut wilayah Balbek, Lebanon tahun 534 H/1139 M, Najmuddin Ayyub (ayah Shalahuddin) diangkat menjadi gubernur Balbek dan menjadi pembantu dekat Penguasa Syiria (Suriah) Nuruddin Mahmud (Nuruddin Zanky). Selama di Balbek inilah Shalahuddin mengisi masa mudanya dengan menekuni teknik perang, strategi, maupun politik. Setelah Damaskus dikuasai Nuruddin Zanky, beliau melanjutkan pendidikannya di sana untuk mempelajari agama Islam Sunni selama sepuluh tahun.

Dari usia belasan tahun Shalahuddin selalu bersama ayahnya di medan pertempuran melawan Tentara Salib atau menumpas para pemberontakan terhadap pemimpinnya Sultan Nuruddin Mahmud. Ketika Nuruddin berhasil merebut kota Damaskus tahun pada tahun 549 H/1154 M maka keduanya ayah dan anak ini telah menunjukkan loyalitas yang tinggi kepada pemimpinnya.

Dalam tiga pertempuran di Mesir bersama-sama pamannya, Asaduddin Syirkuh melawan Tentara Salib, beliau dan pamannya berhasil mengusir mereka dari Mesir pada tahun 559-564 H/ 1164-1168 M.

Mencapai Kekuasaan
Paman Shalahuddin, Asaduddin Syirkuh adalah seorang jenderal yang gagah berani, beliau merupakan komandan Angkatan Perang Syiria yang telah memukul mundur Tentara Salib baik di Syiria maupun di Mesir. Syirkuh memasuki Mesir pada bulan Februari 1167 M dan menghadapi perlawanan Shawar, seorang Wazir (Perdana Menteri) Khalifah Fathimiyah yang menggabungkan diri dengan Tentara Salib Perancis dari Kerajaan Yerussalem. Hal ini terjadi karena Shawar merasa cemburu terhadap Syirkuh yang semakin populer dikalangan istana maupun masyarakat.

Dengan diam-diam Shawar pergi ke Baitul Maqdis dan meminta bantuan dari Pasukan Salib untuk menghalau Syirkuh berkuasa di Mesir. Pasukan Salib yang dipimpin oleh King Almeric I Raja Yerussalem menerima baik permintaan itu. Maka terjadilah pertempuran antara pasukan Asaduddin dengan King Almeric I yang berakhir dengan kekalahan Asaduddin. Setelah menerima syarat-syarat damai dari kaum Salib, panglima Asaduddin dan Shalahuddin dibenarkan kembali ke Damaskus.

Kerjasama Shawar dengan orang kafir itu telah menimbulkan kemarahan Emir Nuruddin Mahmud dan para pemimpin Islam lainnya termasuk Baghdad. Lalu dipersiapkanlah tentara yang besar yang tetap dipimpin oleh panglima Syirkuh dan Shalahuddin Al-Ayyubi untuk menghukum si pengkhianat Shawar. King Almeric I terburu-buru menyiapkan pasukannya untuk melindungi Wazir Shawar setelah mendengar kemarahan pasukan Islam. Akan tetapi Panglima Syirkuh kali ini bertindak lebih tepat dan berhasil membinasakan pasukan King Almeric I dan menghalaunya dari bumi Mesir dengan aib sekali.

Panglima Syirkuh dan Shalahuddin terus maju ke ibu kota Kaherah dan mendapat tantangan dari pasukan Wazir Shawar. Akan tetapi pasukan Shawar hanya dapat bertahan sebentar saja, dia sendiri melarikan diri dan bersembunyi. Wazir Besar Shawar lari dan bersembunyi di sebuah pekuburan. Ia berhasil ditemukan oleh Shalahuddin, kemudian ia ditangkap dan dibawa ke istana serta dihukum mati.

Serbuan Syirkuh yang gagah berani serta kemenangan akhir yang direbutnya atas gabungan Tentara Salib Perancis dari Yerussalem dan tentara Mesir itu memperlihatkan kehebatan strategi tentara yang bernilai ringgi.

Ibnu Aziz al-Athir menulis tentang serbuan panglima Syirkuh ini sebagai berikut: "Belum pernah sejarah mencatat suatu peristiwa yang lebih dahsyat dari penghancuran tentara gabungan Mesir dan Perancis dari pantai Mesir, oleh hanya seribu pasukan berkuda".

Pada tanggal 8 Januari 1169 M Syirkuh sampai di Kairo dan Khalifah Fathimiyah Al-Adhid melantik panglima Asaduddin Syirkuh menjadi Wazir Besar menggantikan Shawar. Wazir baru itu segera melakukan perbaikan dan pembersihan setiap institusi kerajaan secara berperingkat. Sementara anak saudaranya, panglima Shalahuddin al-Ayyubi diperintahkan membawa pasukannya mengadakan pembersihan di kota-kota sepanjang Sungai Nil hingga Assuan di sebelah Utara dan bandar-bandar lain termasuk bandar perdagangan Iskandariah. Tetapi sayang, Syirkuh tidak ditakdirkan untuk lama menikmati hasil perjuangannya.

Dua bulan setelah pengangkatannya itu, dia berpulang ke rahmatullah. Sepeninggal Syirkuh, keponakannya Shalahuddin al-Ayyubi pada tahun 1169 diangkat menjadi Perdana Menteri Mesir (Wazir) dengan mendapat persetujuan pembesar-pembesar Kurdi dan Saljuk Irak. Walaupun berkhidmat di bawah Khalifah Daulat Fathimiyah, Shalahuddin tetap menganggap Emir Nuruddin Mahmud sebagai pemimpinnya. Tidak begitu lama ia telah disenangi oleh rakyat Mesir karena sifat-sifatnya yang pemurah dan adil bijaksana.

Pada tahun itu pula Shalahuddin menerima tugas sulit mempertahankan Mesir dari serangan Raja Latin Yerusalem King Almeric I dan Tentara Templarnya yang bersekutu dengan Byzantium. Pada awalnya kedudukan beliau cukup sulit, sedikit sekali orang yang optimis bahwa ia akan bertahan lama di Mesir mengingat dalam beberapa tahun terakhir telah banyak terjadi pergantian kekuasaan disebabkan bentrok yang terjadi antar anak-anak Khalifah untuk posisi wazir. Sebagai pemimpin dari pasukan asing Syiria, dia juga tidak memiliki kekuasaan atas pasukan Syi’ah Mesir yang masih berada di bawah Khalifah yang lemah, Al-‘Adhid. Namun Shalahuddin Al-Ayyubi berhasil mematahkan serangan Tentara Salib King Almeric I dan pasukan Romawi Byzantium yang melancarkan invasi terhadap Mesir.

Sultan Nuruddin memerintahkan Shalahuddin mengambil kekuasaan dari tangan Khilafah Fathimiyah dan mengembalikan kepada Khilafah Abbasiyah di Baghdad. Setelah Khalifah Al-’Adhid, Khalifah Fathimiyah terakhir meninggal maka kekuasaan sepenuhnya berada di tangan Shalahuddin al-Ayyubi.

Ketika sang Khalifah meninggal bulan September 1171 M / 567 H, Shalahuddin mengambil alih kekuasaan Dinasty Fatimiyah di Mesir. Beliau menutup riwayat Khilafah Fatimiyah Syi’iyah itu dan mengembalikan Mesir kepada Ahlussunnah. Beliau saat itu secara resmi bertindak sebagai wakil dari Nuruddin Mahmud Penguasa Syiria, yang berada dibawah Khilafah Abbasiyah di Baghdad. Maka doa untuk Khalifah Al-Adhid pada khutbah Jumat hari itu ditukar kepada doa untuk Khalifah Al-Mustadhi dari Daulat Abbasiyah. Setelah menjadi pemimpin Mesir Shalahuddin merevitalisasi perekonomian Mesir, mengorganisir ulang kekuatan militer, dan mengikuti nasihat ayahnya untuk menghindari konflik apapun dengan Nuruddin, pemimpinnya yang resmi.

Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Daulat Fatimyah yang dikuasai oleh kaum Syi’ah selama 270 tahun. Keadaan ini memang telah lama ditunggu-tunggu oleh golongan Ahlussunnah di seluruh negara Islam, lebih-lebih lagi di Mesir sendiri, setelah Wazir Besar Shawar berkomplot dengan Kaum Salib musuh Islam. Pengembalian kekuasaan kepada golongan Sunni itu telah disambut meriah di seluruh wilayah-wilayah Islam, terutama di Baghdad dan Syiria atas restu Khalifah Al-Mustadhi dan Emir Nuruddin Mahmud.

Mereka sangat berterima kasih kepada Panglima Shalahuddin Al-Ayyubi yang dengan kebijaksanaan dan kepintarannya telah menukar suasana itu secara aman dan damai. Serentak dengan itu pula, Wazir Besar Shalahuddin al-Ayyubi meresmikan Universitas Al-Azhar yang selama ini dikenal sebagai pusat pendidikan Syi’ah menjadi pusat pendidikan Ahlussunnah Wal Jamaah. Semoga Allah membalas jasa-jasa Shalahuddin.

Pada tahun 1174 Amelric I meninggal dunia dengan mewariskan tahta Kerajaan Yerusalem kepada putranya yang baru berusia 13 tahun, Baldwin IV yang menderita penyakit lepra. Walaupun demikian, ia adalah seorang pimpinan militer yang aktif dan efektif. Di tahun yang sama (659 H/1174 M) Nuruddin Mahmud penguasa Saljuk di Syiria yang termasyhur itu juga meninggal dunia dan digantikan oleh putranya yang berumur 11 tahun bernama Malikus Saleh.

Sultan muda ini diperalat oleh pejabat tinggi yang mengelilinginya, terutama seorang wali yang bernama Gumushtagin. Dibawah seorang wali terjadilah perebutan kekuasaan diantara putra-putra Nuruddin dan wilayah kekuasaan Nurruddin menjadi terpecah-pecah. Shalahuddin mengirimkan utusan kepada Malikus Saleh dengan menawarkan jasa baktinya dan ketaatannya.

Shalahuddin bahkan melanjutkan untuk menyebutkan nama raja itu dalam khotbah-khotbah Jum’at dan mata uangnya. Tetapi segala macam bentuk perhatian ini tidak mendapat tanggapan dari raja muda itu berserta segenap pejabat di sekelilingnya yang penuh ambisi. Shalahuddin al-Ayyubi pergi ke Damaskus untuk membereskan keadaan, tetapi ia mendapat perlawanan dari pengikut Nuruddin yang tidak menginginkan persatuan. Akhirnya Shalahuddin al-Ayyubi melawan dan menghancurkan mereka.

Selanjutnya Shalahuddin menyerahkan kekuasaan di Syiria kepada Malikus Saleh dan memproklamasikan kemerdekaan Mesir dari Kesultanan Saljuk serta menyatakan diri sebagai sultan untuk wilayah Mesir pada tahun 571 H/1176 M. Beliau melakukan beberapa tindakan militer yang serius, diantaranya menaklukkan wilayah Muslim yang lebih kecil, lalu mengarahkan mereka melawan para Prajurit Salib.

Sementara itu suasana yang tidak menentu dan kelemahan Malikus Saleh memberi angin kepada Tentara Salib Perancis dar Yerussalem untuk menyerang Damaskus yang selama ini dapat ditahan oleh Nuruddin Mahmud dan panglimanya yang gagah berani, Jenderal Syirkuh. Atas nasihat Gumushtagin, Malikus Saleh mengundurkan diri ke kota Aleppo, dengan meninggalkan Damaskus diserbu oleh tentara Perancis dibawah pimpinan Baldwin IV.

Tentara Salib dengan segera menduduki ibukota kerajaan itu, dan hanya bersedia untuk meninggalkan kota itu setelah menerima uang tebusan yang sangat besar. Peristiwa itu menimbulkan amarah Shalahuddin al-Ayyubi yang segera datang ke Damaskus dengan sebuah pasukan yang kecil dan merebut kembali kota itu.

Setelah berhasil menduduki Damaskus ia tidak terus memasuki istana rajanya Nuruddin Mahmud, melainkan bertempat di rumah orang tuanya. Umat Islam sebaliknya sangat kecewa akan tingkah laku Malikus Saleh, dan mengajukan tuntutan kepada Shalahuddin untuk memerintah daerah mereka. Tetapi Shalahuddin hanya mau memerintah atas nama raja muda Malikus Saleh. Ketika Malikus Saleh meninggal dunia pada tahun 1182 Masehi, kekuasaan Shalahuddin telah diakui oleh semua raja-raja di Asia Barat.

Shalahuddin menyatukan Syria dengan Mesir dan membangun Dinasty Al-Ayyubiyah dengan beliau sendiri sebagai sultannya yang pertama. Tidak lama kemudian, Sultan Shalahuddin dapat menggabungkan negeri-negeri An-Nubah, Sudan, Yaman, Maghrib, Mousul dan Hijaz ke dalam kekuasaannya yang besar. Negara di Afrika yang telah diduduki oleh Laskar Salib dari Normandia juga telah dapat direbutnya dalam masa yang singkat. Dengan ini kekuasaan Shalahuddin telah cukup besar dan kekuatan tentaranya cukup banyak untuk mengusir tentara Kristen yang menduduki Baitul Maqdis berpuluh tahun.

Merebut Kota Yerussalem
Sekarang Shalahuddin menghadapkan perhatian sepenuhnya terhadap kota Yerussalem yang diduduki Pasukan Salib Templar dengan kekuatan melebihi enam puluh ribu prajurit. Siasat yang mula-mula dijalankannya adalah mengajak Tentara Salib Templar untuk berdamai. Pada lahirnya, Kaum Salib mengira bahwa Shalahuddin telah menyerah kalah, lalu mereka menerima perdamaian ini dengan sombong.

Sultan sudah menyangka bahwa orang-orang Kristen itu akan mengkhianati perjanjian, maka hal ini akan menjadi alasan bagi beliau untuk melancarkan serangan. Untuk itu, beliau telah membuat persiapan secukupnya. Menurut ahli sejarah Perancis Michaud: "Kaum Muslimin memegang teguh perjanjiannya, sedangkan golongan Nasrani memberi isyarat untuk memulai lagi peperangan."

Ternyata dugaan Sultan Shalahuddin tidak meleset, baru sebentar perjanjian ditandatangani, Tentara Salib telah mengadakan pelanggaran. Penguasa Nasrani Renanud atau Count Rainald de Chatillon penguasa Benteng Akkra menyerang suatu kafilah Muslim yang lewat di dekat istananya, membunuh sejumlah anggotanya dan merampas harta bendanya.

Maka Sultan Shalahuddin, segera bergerak melancarkan serangan kepada Pasukan Salib yang dipimpin oleh Count Rainald de Chatillon dan Baldwin IV Raja Yerussalem, tapi kali ini masih gagal dan beliau sendiri hampir tertawan. Perang ini terkenal dengan nama Battle of Montgisard yang terjadi pada tahun 1177. Beliau mengadakan gencatan senjata dan kembali ke markasnya serta menyusun kekuatan yang lebih besar.

Suatu kejadian yang mengejutkan Sultan adalah Count Rainald de Chatillon yang bergerak dengan pasukannya untuk menyerang kota Suci Makkah dan Madinah. Akan tetapi pasukan ini hancur binasa digempur mujahid Islam di laut Merah dan Count Rainald dan sisa pasukannya kembali ke Yerussalem. Dalam perjalanan, mereka berjumpa dengan satu iring-iringan kafilah kaum Muslimin yang didalamnya terdapat seorang saudara perempuan Sultan Shalahuddin. Tanpa berpikir panjang, Count Rainald dan prajuritnya menyerang kafilah tersebut dan menawan mereka, termasuk saudara perempuan Shalahuddin.

Dengan angkuh Count Rainald berkata: “Apakah Muhammad, Nabi mereka itu mampu datang untuk menyelamatkan mereka?”. Seorang anggota kafilah yang dapat meloloskan diri terus lari dan melapor kepada Sultan Shalahuddin tetang apa yang telah terjadi. Sultan sangat marah terhadap pengkhiatan gencatan senjata itu dan mengirim perutusan ke Yerussalem agar semua tawanan dibebaskan. Tapi mereka tidak memberikan jawaban. Buntut kejadian ini, Sultan keluar membawa pasukannya untuk menghukum kaum salib yang sering mengkhianati janji itu dengan mengepung kota Tiberias. Maka terjadilah pertempuran yang sangat besar di gunung Hittin sehingga dikenal dengan Perang Hittin. Pasukan Salib dipimpin oleh Rainald de Chatillon dan Raja Guy de Lusignan, Raja Yerussalem sesudah kematian Baldwin IV (1185).

Dalam pertempuran ini Tentara Salib Templar yang berjumlah 45.000 orang ini tidak sanggup menahan serbuan pasukan Sultan Shalahuddin dan menyerah pada tahun 1187. Seluruh Pasukan Salib hancur binasa dan hanya tinggal beberapa ribu saja yang sebagian besarnya menjadi tawanan termasuk Count Rainald de Chatillon sendiri. Pasukan Salib yang tertawan diperlakukan dengan sangat baik oleh Shalahuddin.

Sikap penuh perikemanusiaan Sultan Shalahuddin dalam memperlakukan Tentara Nasrani itu merupakan suatu gambaran yang berbeda seperti langit dan bumi, dengan perlakuan dan pembunuhan secara besar-besaran yang dialami kaum Muslimin ketika dikalahkan oleh Tentara Salib sekitar satu abad sebelumnya.

Setelah pertempuran ini, dua pemimpin Tentara Salib, Count Rainald de Chatillon yang telah menawan saudara perempuan Sultan dan mengejek Nabi Muhammad, dan Guy de Lusignan dibawa ke hadapan Salahuddin. Beliau menghukum mati Rainald de Chatillon, yang telah begitu keji karena kekejamannya yang hebat yang ia lakukan kepada orang-orang Islam dan penghinaannya kepada Nabi Muhammad. Namun beliau membiarkan Guy de Lusignan pergi, karena ia tidak melakukan kekejaman yang serupa. Palestina sekali lagi menyaksikan arti keadilan yang sebenarnya.

Kekalahan tentara salib ini berdampak besar terhadap kekuatan tentara Islam. Sebaliknya, tentara salib semakin lemah, karena yang ditawan bukan saja prajurit biasa, melainkan juga panglima-panglimanya, Guy dan Reginald. Oleh karena itu, penaklukkan kota-kota lainnya, seperti benteng Tabariyyah, Akkra, Al-Nasiriyyah, Qisariyah, Haifa, Saida, dan Beirut dilakukan dengan mudah, dan merupakan kulminasi atau puncak reputasi Salahuddin yang makin ditakuti oleh pihak salib

Tiga bulan setelah pertempuran Hittin, dan pada hari yang tepat sama ketika Nabi Muhammad SAW diperjalankan dari Mekah ke Yerussalem untuk perjalanan mi’rajnya ke langit, Salahuddin memasuki Yerusalem dan mengepungnya selama empat puluh hari. Hal ini membuat penduduk di dalam kota itu tidak dapat berbuat apa-apa dan kekurangan makanan. Waktu itu Yerussalem dipenuhi dengan kaum pelarian dan orang-orang yang selamat dalam Perang Hittin. Tentara pertahanannya sendiri tidak kurang dari 60.000 orang yang terdiri dari Kesatria Templar.

Referensi:
Wattpad, Darunnjah, dll
loading...

Thursday, July 10, 2014

Buang Saja Kentang busuk Itu...!

Suatu hari di sebuah sekolah, seorang guru mengajarkan sesuatu pada murid-muridnya. Beliau meminta agar para murid membawa sebuah kantong plastik besar dan mengisinya dengan kentang. Kentang-kentang itu mewakili setiap orang yang pernah menyakiti hati mereka dan belum dimaafkan. Setiap kentang yang dibawa, dituliskan sebuah nama orang yang pernah menyakiti hati murid-murid itu.

Beberapa murid memasukkan sedikit kentang, sebagian membawa cukup banyak. Para murid harus membawa kentang dalam kantong itu kemanapun mereka pergi. Menemani mereka belajar, dibawa pulang, dibawa lagi ke sekolah, diletakkan di samping bantal mereka saat tidur, pokoknya, kentang dalam kantong itu tidak boleh jauh dari mereka.
loading...

Muhammad Muhammadi Kailani: Hakim Yang Menghukum Mati 3 Putra Kandungnya

Muhammad Muhammadi Kailani bersama
mantan presiden Mahmud Ahmadi Nejad
Salah satu kisah dramatis di peradilan dunia ini adalah tentang hakim yang menjatuhkan vonis hukuman mati terhadap putranya sendiri. Bahkan, putra yang dihukum mati itu bukan 1 orang, tapi 3 orang sekaligus!

Adalah Muhammad Muhammadi Kailani, seorang hakim agung dari Iran, yang pernah menjabat sebagai Ketua Mahkamah Agung Iran, beliau adalah seorang hakim yang dikenal pernah melakukan hal tersebut.
loading...

Tuesday, July 8, 2014

Ramadhan di Mauritania: Cukur Rambut dan Musim Nikah...!

Lain negeri, lain kebiasaan. Kedatangan bulan Ramadhan di negara-negara muslim disambut dengan gembira dan dimeriahkan dengan berbagai kebiasaan dan tradisi.

Seperti di Mauritania, negara muslim di sebelah utara Afrika yang terkenal dengan para penghafal al-Qur'an ini. Bulan Ramadhan di Mauritania disambut penuh sukacita. 

Menjelang kedatangan bulan Ramadhan, kebanyakan kaum pria di Mauritania mencukur rambut mereka tanda gembira menyambut bulan suci.
loading...

Monday, July 7, 2014

[Foto]: Kisah Cinta Ganga dan Jamuna Mondal: Satu Tubuh, Dua Jiwa, Satu Cinta

Saudara kembar siam asal India, dikenal sebagai Spider Sisters, menemukan pelabuhan cinta. Mereka mencintai pria yang sama setelah bertahun-tahun mengalami kegagalan karena penolakan atas penampilan mereka.

Seperti dilansir Daily Mail, Ganga dan Jamuna Mondal jatuh cinta kepada seorang guru bernama Jasimuddin Ahmad. Si kembar siam yang hidup di tubuh yang sama ini berbagi empat lengan, tiga kaki, dan satu perut, tetapi memiliki jantung yang terpisah.
loading...

Friday, July 4, 2014

Kisah Mereka Yang Sukses Karena Ide Kecil Yang Tak Disengaja

Banyak sudah kita dengar, sukses tak datang dengan mudah. Perlu perjuangan untuk mewujudkannya. Tapi perlu disadari suatu hal penting, sukses tak selalu lahir dari ide-ide besar.

Ide-ide kecil tak selalu menggambarkan pendapatan kecil. Ide kecil juga bisa berarti big success. Tergantung bagaimana menggarapnya. Sejumlah ide kecil bahkan menjadi penemuan besar karena produk sepele itu menjadi barang yang amat bermanfaat di masa sekarang.

Berikut ini adalah sejumlah orang yang sukses mengembangkan ide kecil menjadi sesuatu yang luar biasa. Sebagian mengantarnya menjadi pengusaha dengan penghasilan luar biasa sebagian lain memperoleh kedudukan bergengsi dan tercantum namanya di dalam deretan penemu-penemu hebat dunia.
loading...

Wednesday, July 2, 2014

Ramadhan, Tayangan Televisi di Arab Dihiasi Tayangan Vulgar...!

ٍSinetron 'Kalam ala Waraq'
Bila tayangan televisi di tanah air dilarang menayangkan tayangan vulgar selama bulan Ramadhan seperti yang disampaikan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), lain pula ceritanya di Timur Tengah.

Siaran Televisi di Timur Tengah diwarnai tayangan-tayangan vulgar yang kontradiktif dengan kesakralan bulan Ramadhan. Penayangan ini dipicu persaingan sinetron serial (musalsal) Arab yang ditayangkan beberapa televisi.

Seperti dalam sinetron Kalam 'Ala Waraq كلام على ورق (Ucapan di atas Kertas) yang dibintangi oleh artis panas Haifa Wahbi, yang mana dialog dalam sinetron tersebut mengandung ungkapan-ungkapan dan tayangan vulgar yang tidak wajar.
loading...

[Kisah Penuh Hikmah]: Ibu dan Menantu Yang Shalehah

Seorang ibu dengan mata berbinar-binar bertutur kepada istri anaknya yang baru saja menjalani masa-masa indah bulan madu:

“Ananda, engkau telah mampu menjadikan anak lelakiku sebagai orang yang rutin menunaikan sholat di masjid. Engkau berhasil melakukannya dalam waktu 30 hari saja. Namun aku tak berhasil melakukan hal yang sama dalam rentang waktu 30 tahun.”

Buliran air mata sang ibu pun mengalir sejuk mengalir dan membasahi pipinya.
loading...

Tuesday, July 1, 2014

[Kisah Nyata Inspiratif]: Air Mata Penyesalan Seorang istri


Berikut ini admin berbagi sebuah kisah nyata, mudah-mudahan memberikan menginspirasi kita semua, tentang bagaimana membangun rumah tangga, menjalin hubungan mesra suami istri. Untuk menjaga privasi, admin menyembunyikan nama pelaku peristiwa.
***

Suamiku kini telah tiada, dan penyesalanku yang terus ada. Ini adalah kisah nyata di kehidupanku. Seorang suami yang kucintai yang kini telah tiada. Begitu besar pengorbanan seorang suamiku pada keluargaku. Begitu tulus kasih sayangnya untukku dan anakku.
loading...

Sepotong Baju dan Kebesaran Jiwa Imam Syafi'i

Suatu ketika di Mesir, Imam Syafi'i ingin membuat sehelai baju. Beliau pergi mengantarkan kain ke tukang jahit.

Ternyata tukang jahit itu adalah seorang yang tidak suka kepada beliau. Sebabnya adalah karena ia beranggapan bahwa kedatangan sang Imam ke Mesir telah membawa mazhab baru, sehingga banyak orang yang meninggalkan mazhab Imam Malik. Sementara tukang jahit itu pengikut mazhab Imam Malik yang fanatik.

Tukang jahit itu berkata kepada temannya:
loading...